Sabtu, 05 Juni 2010

Personal Taste episode 3


“Lelaki itu adalah gay” kata Kae-in kesal. In-hae kaget tak percaya, Kae-in menantang In-hae untuk merayu Jin-ho siapa tahu Jin-ho bisa kembali normal. In-hae masih tak percay adan menuduh Kae-in bohong. “Saya tak pernah berkat bohong. Kamu kira saya sama denganmu kah?”. In-hae kesal ia balik menghina Kae-in yang tinggal dengan gay. Kae-in membela diri ia berkata “Aku hanya meminjamkannya 1 kamar saja dan ada lagi dibandingkan dengan kamu ini, merayu taman lelaki teman sendiri”. In-hae ssemakin kesal ia menuduh Kae-in hanya mencari rasa nyaman saja dan berkata bahwa pria didunia ini tidak akan ada yang menyukai wanita seperti itu. “Kamu jangan memikirkan saya yang merampas teman lelaki kamu. Tapi kamu harus berpikir kenapa teman lelakimu bisa dirampas orang lain?” lanjut In-hae kesal. Kae-in tak bisa bicara, ia mengambil koper-koper In-hae dan menyuruhnya pergi dar rumahnya karena ia sedang tidak mood bicara dengan In-hae. In-hae dengan enteng berkata bahwa ia sudah tidak ada tempat yang dituju lagi selain disana. “Kim In-hae. kamu tak tahu malu datang di depan saya kah?”. In-hae kaget “Kamu, telah berubah”. “Saya karena siapa baru berubah?” kata Kae-in kesal. In-hae tetap ngotot mau tinggal disana, tapi Kae-in juga tetap pada pendiriannya dan menyuruh In-hae pergi sebelum ia bertindak keterlaluan. “Baik, saya akan berikan kamu waktu untuk pikirkan baik-baik” kata In-hae akhirnya mau pergi. “Saya ridak ingin memikirkan hal yang berkaitan denganmu lagi dan juga tak ingin bertemu denganmu lagi” kata Kae-in kesal. Jin-ho keluar, In-hae meliriknya sebelum pergi. “Gadis jahat. Membuat orang begitu terluka” kata Kae-in sedih.

Kae-in hendak masuk kamar dan melihat Jin-ho berdiri di depannya. Ia kaget dan sedikit takut. “Apa yang kau katakan tadi?” kata Jin-ho. “Apa?”. “Katakan siapa yang gay?”. “Maaf”. “Apa otak kamu sudah rusak bicara sembarangan seperti itu”. “Aku tahu itu adalah rahasia yang memalukan. Tadi saya terlalu marah jadi bicara demikian. Tapi hal seperti itu apakah bisa disembunyikan? Orang lain tetap akan bisa meihatnya”. “Melihatnya?”. “Tapi saya mengerti, kamu tidak perlu khawatir. Tapi kamu ini benar-benar playboy”. “Playboy?”. “Di pesta kemarin dan juga di hotel waktu itu. Sebaiknya kamu pilih salah satu diantara mereka akan lebih baik karena jikaa terluka karena cinta itu sangat menyakitkan. Orang yang tak pernah mengalaminya tak akan tahu” kata Kae-in lalu pergi ke bengkel kerjanya. Jin-ho tak percaya apa yang diucapkan Kae-in dan mulai mengingat perkataan Kae-in dihotel dulu serta saat pertanyaan Kae-in saat Sang-joon mengantarnya tadi. Jin-ho kesal ia segera mengemasi barang-barangnya lalu menemui Kae-in di bengkelnya. Jin-ho minta nomor telepon Kae-in, Kae-in yang tak tahu apa-apa memberikan nomornya beegitu saja. Jin-ho lalu bolanng kalau ia akan keluar dari rumah itu dan lain kali ia akan minta uang sewanya kembali. Kae-in kaget ia mencoba mencegah Jin-ho pergi tapi Jin-ho tak peduli, ia terlalu kesal karena dianggap gay.



Jin-ho akhirnya malam itu menginap di kantornya. Sang-joon yang datang pagi-pagi heran melihat Jin-ho sudah ada di sana, ia bertanya apa yang sedang terjadi. Jin-ho berkata ia sudah tidak tahan tinggal di rumha itu lagi. Sang-joon mengira Jin-ho pergi karena Kae-in mengutarakan rasa sukanya pada Jin-ho. Jin-ho menyangkalnya, dan mau menjelaskan yang sebenarnya tapi tak jadi. Jin-ho berkata ia sudah putuskan untuk keluar dari sana, lagipula ia sudah tahu ide dasar Sang Go-jae adalah rumah tradisional korea, “Aku rasa sebaiknya bahan kayunya diganti dengan bahan lain”. Sang-joon berkata itu adalah ide bagus dengan perasaan sedih, ia berkata bahwa jika bisa masuk perusahaan besar adalah sesuati yang baik, di sana seorang arsitek ahli akan diperhatikan ide-idenya. Jin-ho tak mengerti ia meminta Sanng-joon memperhatikan idenya. “Ide akli ini walapun tak digunakan kamu akan baik-baik saja. Kamu asalkan pindah keperusahaan lain sudah bisa, tapi saya tidak akan bisa memasarkan apapun, paling hanya bisa memasarkan wortel dan sayuran” kata Sang-joon sedih.

Young-soon kesal karena Jin-ho meninggalkan rumah Kae-in begitu saja, ia menyarankan Kae-in merayu Jin-ho agar kembali kesana. Tapi Kae-in takut Jin-ho tak mau mendengarkannya. Young-soon jadi kesal pada Kae-in juga, ia heran kenapa kae-in membuka rahasi Jin-ho padahal ia tidak salah apa-apa. Kaae-in mencoba menelpon Jin-ho tapi tak diangkat, ia kemudian mendapat sms dari Jin-ho yang menyuruhnya mengembalikan uang sewanya kerekeningnya. Young-soon makin kesal pada Kae-in. Kae-in tak tahan, ia bilang asalkan ia bertemu Won-ho dan mendapatkan uangnya kembali ia bisa mengembalikan uang Jin-ho kembali.

Kae-in pergi mencari Won-ho kemana-mana tapi tak ketemu juga. In-hae pergi ketempat pemandian umum, di sana ia mendengar 2 orang wanita yang membicarkannya. In-hae tak terima ia menghina kedua wanita itu, kedua wanita itu pun tak terima ia balik menghina In-hae hingga ia tak dapat membalas kedua wanita itu. Kae-in pergi kerumah sakit untuk melepas perban dikakinya. Saat aan pulang ia melihat seorang pria sedang memapah teman wanitanya, Kae-in jadi teringat Jin-ho yang membantunya dulu dan ingata kalau ia belum mengembalikan biaya perawatan waktu itu.

Jin-ho dan Sang-joon sedang berdiskusi tentang desain Sang Go-jae. Sang-joon heran kenapa ketua Choi begitu menyukai desain Sang Go-jae. Jin-ho teringat artikel yang ia baca tentang Sang Go-jae, di san ditulis bahwa Sang Go-jae adalah sebuah hadiah dari Prof. Park, tapi Jin-ho masih belum menemukan apa maksudnya itu. Sang-joon menyarankan agar Jin-ho kembali ke sana lagi saja. Jin-ho menolah ia berkata sudah meminta uangnya kembali dan sudah membawa barang-barangnya. Sang-joon membujuk kembali dan berkata ini demi kepentingan bersama. “Kepentingan bersama apa?” kata Jin-ho kesal. Sanng-joo menasehati lagi jika Jin-ho kembali kesana ia akan sekali panah kena dua target sekalihus, yakni selain memenangkan tender, ia juga kan menjadi menantu Prof. Park. “Kamu sangat ribut!” kata Jin-ho kesal. Lalu tiba-tba Tae-hoon masuk, Sang-joon langsung menutupi desain Sang Go-jae dengan tubuhnya, ia juga kesal karena Tae-hoon masuk tampa ketuk pintu dulu. Tae-hoon curiga dengan sikap Sang-joon yang menyembunyikan sesuatu. Jin-ho bertanya sebenarnya Tae-hoon ada perlu apa, Tae-hoon ingat ia berkata kalau ada tamu. Ternyata tamu itu adalah Kae-in dan sudah ada di depan pintu ruangan Jin-ho. Jin-ho panik ia segera mengajak Kae-in untuk bicara diluar saja. Sang-joon senang dan berkata “Ada tamu mahal”, Tae-hoon bingung melihat semuanya.


Di luar Kae-in minta maaf karena sudah bermulut besar dan minta Jin-ho memakluminya karena saat itu otak dan mulutnya sedang tak menyatu, ia berjanji akan mengubah sikapnya itu. Jin-ho tak peduli ia berkata Kae-in sudah bicara banyak jadi ia masuk lagi. Kae-in berusaha mencegah ia memohon agar Jin-ho mau pulang. Jin-ho tak peduli dan tetap mau membatalkan penyewaan rumah saja. Kae-in kesal “Hey. Kamu berhenti!”. Jin-ho berhenti dan meoleh melihat KAE-IN. Kae-in mendekat dan mengeluarkan sebuah hadiah. “Untuk kamu!”. “Apa ini?”. Jin-ho membuka hadiah itu yang ternyata berisi sebuah miniatur meja dan kursi. “Hadiah” kata Kae-in. “Bukan sogokkan” kata Jin-ho. Kae-in kesal dan berkata “Hadiahlah, karena waktu itu kamu membantu saya membayar biaya rumah sakit dan saat itu saya belum berterima kasih dengan baik-baik kepadamu. Itu.. saya mau mengucapkan terima kasih kepada kamu jadi kamu ada beban lagi. Kalaupun berpisah kita berpiah baik-baik karena itu prinsip dasar manusia. Jadi terima kasih”. Jin-ho berkata ia kemarin sedang kesal dan akan menerima hadiah itu. “kalau begitu kamu nanti akan pulang kan?” kata Kae-in berharap. “Tidak!” kata Jin-ho dingin. “Terima kasih hadiah perpisahan ini” kata Jin-ho sebelum pergi. Kae-in kaget dan berkata kesal “Sia-sia berikan pada dia, sia-sia berikan”.




Sang-joon memperinagtkan Jin-ho agar siap-siap untuk pergi, tapi kemudian ia melihat miniatu pemberian Kae-in. “Ini apa? Baru beli kah?”. “Tdak, itu hadiah”. “Hadiah? siapa?”. “Kamu jangan pedulikan” kata Jin-ho tak ingin Sng-joon berpikir yang macam-macam. Tiba-tiba Hye-mi datang. Hye-min marah karena Jin-ho pergi dari rumah. “Maaf, lain kali kita bicara lagi” kata Jin-ho enteng kemudia pergi dari sana. Hye-mi mengejarnya dan berkata kalau ibu Jin-ho sangat khawatir. Jin-ho berhenti ia beralasan pergi karena takut tinggal bersama Hye-mi akan membuatnya tidak leluasa. Hye-mi tersenyum dan berkatakalau ia tidak akan tidak leluasa jika tinggal dengan Jin-ho dan balik tanya apa ia membuat Jin-ho tidak lelasa. Jin-ho membenarkan deangan bersikap seperti kakak Jin-ho berkata bahwa sangat tidak baik jika seorang lelaki seperti dia tinggal dengan seorang nona seperti Hye-mi. Hye-mi malah senang ia menganggap Jin-ho sedang memperhatikan kepentingannya. Jin-ho tak tahu harus bicara pa lagi, ia berkata hal ini akan membawa masalah jika Hye-mi menikah kelak dan Jin-ho juga menasehati agar Hye-mi tidak semabrnagan datang ke kantornya mencarinya. Jin-ho lalu pergi meninggalkan Hye-mi. Tae-hoon kesal dengan sikap Jin-ho, ia lalu berkata pada Hye-mi agar memahami sikap Jin-ho yang dingin itu. Hye-mi malah bertanya pad Tae-hoon apakah ia ingin kencang dengannya. Tae-hoon seperti tersihir ia hanya bisa mengangguk. “Kalau begitu bantu saya cari tahu tempat tinggal oppa Jin-ho sekarang”. Tae-hoon menyetujuinya.

Ayah Chang-ryul datang lebih awal sebelum pengumuman calon peserta tender dimualai. Ia membaw sebuah lukisan menemui Do-bin yang saat itu sedang bicar dengan In-hae. Mellihat ayah Chang-ryul, In-hae sedikit tidak enak. Do-bin meminta In-hae keluar dulu, setelah In-hae keluar ayah Chang-ryul menyerahkan lukisan yang ia bawa. Tapi Do-bin dengan halus menolaknyadan berkata kalau ia ada hal yanng harus diurus. Ayah Chang-ryul berkata kalau ia akan meninggalkan lukisan itu disana. Kemudian dengan sopan Chang-ryul berkata “Karena hubungan baik anda dengan ayah saya. Saya sangat mengahrgai sikap anda ini. Tapi secara hubungan pribadisya berharap anda tak melakukan ini. Karena ini hanya akan membuat anda melukai hardiri sendiri. Anda tahu kah?”. “Iya” kata Ayah Chang-ryul sambil senyum-senyum tapi setelah Do-bin pamit pergi wajahnya berubah kesal.

Chang-ryul sembunyi-sembunyi mencari In-hae tapi ia lalu bertemu dangan Jin-ho yang baru datang dengan Sang-joon. “Perusahaan kecil kalian itu, maasih belum bangkrut kah?” tanyaa Chang-ryul. Jin-ho dan Sang-joon tak amu menanggapi dan pergi dari sana. “Dasar kecoa, tenaga nyawa benar-benar sangat kuat...” kata Chang-ryul menyindir. Jin-ho dan Sang-joon berhenti, Sang-joon tak terima dan hampir memukul Chang-ryul. “Pukul! Jika kalian merasa sangat mempunyai uang” kata asisten Kim mencoba mencegah. “Ayolah, jangan pedulikan mereka” kata Jin-ho menyerEt Sang-joon pergi.

Acara penjelasan tender gedung museum dimulai. Ketua Do-bin memberi sambutan dan berkata bahwa proyek kali ini berbeda dengan pryek biasanya. Ia ingin membangun sebuah dunia baru, sebuah konsep tempat seni yang baru yang merupakan impian setiap orang. Ia lalu menjelaskan lokasi proyek akan di dirikan dan biaya yang disediakan. Ia juga ingin tempat ini menjadi rumah bagi karya seni lokal serta kaya seni internasional. In-hae yang menjadi pembawa acara menjelasakan bahwa desain awal paling lambat diserahkan tanggal 14 bulan itu. Desain yang diterima akan membuat arsiteknya menjadi arsitek dunia.

Acara penjelasan tender telah selasai Chang-ryul menunggu in-hae untu kbicara, tapi In-hae tak mau bicara. Chang-ryul mengejar ia penasaran dimana In-hae tinggal tadi malam. In-hae kesal dan tak mau menjelaskan. Ia lalu berpapasan dengan Jin-ho dan Sang-joon. In-hae yang tengah kesal dengan Chang-ryul lalu memanasinya dengan menyapa Jin-ho. Ia minta maaf karena karena kemarin malam telah mengganggu Jin-ho. Chang-ryul terpancing, ia bertanaya apa yang terjadi antara In-hae dan Jin-ho. In-hae tak mau menjelasakan. “Semalam, menurut saya adalah menarik” kata Jin-ho. Chang-ryul jadi berpikir yang macam-macam. “Mohon kamu lupakan saja, saya mulanay bukan orang seperti itu”. “Tidak, kamu begitu makin ada perasan”. Chang-ryul tak tahan ia menarik baju Jin-ho dan bertanya apa yang dilakuakn Jin-ho dan In-hae semalam. Asisten Kim dan Sang-joon memisahkan kedauanya. Tapi Jin-ho juga malah memanasi ia berkata “Kau ingin tahu, tapi bagamana ya In-hae menyuh saya untuk tidak membicarakannya”. Chang-ryul kesal dan ingin memukul Jin-ho tapi kali ini Jin-ho merhasil mencegahnya sendiri. In-hae jadi terkesan dangan Jin-ho. “Kamu harus ikut pemilihan kali ini. Saya akan membuat kamu mati dengan parah” ancam Chang-ryul. Jin-ho berkata kalau tahu akan dibandingkan dengan Chang-ryul terus ia tidak akan mengikuti proyek kali ini. Chang-ryul makin kesal dan mau memukul Jin-ho lagi, tapi di cegah asisten Kim yang berkata kalau Direktur (Ayah Chang-ryul) ada disana.


Ayah Chang-ryul terlihat kesal ia menghampiri anaknya dan memarahinya tapi dengan menyindir Jin-ho. “Kamu sedang buat apa? Kamu kira ini ada di mana, masih berkelahi saja. Terhadap orang yang lebih lemah seharusnya kamu ada perasaan simpati. Mau saya katakan berapa kali baru kamu mengerti? Dan juga, kamu buat apa mau memukul orang yang lemah? Itu bodoh namanya” kata ayah Chang-ryul sebelum pergi. Tiba-tiba Jin-ho memanggil ayah Chang-ryul, ia berkata walapun terluka ia tidak akan apa-apa, tapi jika lawan berbuat curang ia pasti akan kalah. Ia memohon agar ayah Chang-ryul tidak bersaing secara jujur. Dari lantai atas Do-bin melihat pertengkaran ini dan In-hae semakin terkesan dengan Jin-ho.

Dalam perjalanan pulang Sang-joon senang dengan sikap Jin-ho terhadap direktur Han tadi, tapi ia khawatir apakah mereka akan memenangkan tender kali ini. Jin-ho berkata bahwa kemenangan bisa diraih jika mereka berusaha mengandalkan diri sendiri. Tiba-tiba jin-ho mendapat telepon, dan ia kaget mendengar sesuatu.

Ayah chang-ryul dalam perjalanan pulang menasehati Chang-ryul agas serius kali ini karena ketua Choi sangat memperhatikan hasil karya dari pada yang lainnya. Chang-ryul berkata agar ayahnya jangan khawatir. Ayah Chang-ryl lalu bertanya bagaimana hubungan Chang-ryul dengan menantunya. Chang-ryul kaget mendengar kata menantu, ia merasa ayahnya mau menyetujui hubungannya dengan In-hae. Ayah Chang-ryul beralasan bahwa Ketua Choi sepertinya sangat percaya pada In-hae. Chang-ryul senang mendengarnya, ia lalu meminta hak penuh untuk menangani proyek museum kali ini karena ia ingin bersaing secara adil dengan Jin-ho kali ini.

Jin-ho datang terburu-buru kerumah sakit. Ternyata tadi telepn yang mengabarkan bahwa pekerja proyeknya mengalami kecelakaan karena mengantuk setelah bekerja lebur beberapa hari sebelumnya. Sang pekerja marah pad Jin-ho karena ia yang menyurh mereka lembur. Tapi mandor berkat bahwa mereka tak apa-apa jadi Jin-ho tak perlu khawatir. Diluar ruang perawatan Sang-joon terlihat sangat Khawatir, Jin-ho menguatkan dan berkata kalau pekerja tadi tidak terluka parah. Sang-joon berkata bukan itu yang membuatnya khawatir tapi karena pemilik bangunan telah dinyatakan bangkrut dan melarikan diri ke Filipina tadi pagi. Jin-ho lalu memikirkan sesuatu, dan ia memutuskan untuk kembali ke Sang Go-jae. Sang-joon sangt setuju dan menyurh Jin-ho segera melakukannya karena itu adalah jalan terbaik.


Jin-ho kembali ke Sang Go-jae dan menemukan Sang Go-jae telah berantakan. Kae-in pulang ia senang melihat Jin-ho di sana, ini berarti Jin-ho memutuskan untuk pulang. Kae-in segera menyilakan Jin-ho masuk, tapi Jin-ho malah menyeret Kae-in pergi ke supermarket. Di Supermarket Jin-ho mengambil banyak alat dan bahan pembersih. Saat akan membayar Jin-ho mneyuruh Kae-in membayar, tapi Kae-in menolak karea ia tidak butuk alat dan bahan pembersih itu. Jin-ho beralsan seorang pemilik rumah ahrus membuat penyewa rumahnya merasa nyaman. Kae-in berkaa kalau ia tidak punya uang, Jin-ho juga bilang kalau ia tidak punya uan. Kae-in lalu mau mengemabalikan barang belanjaannya. Tapi Jin-ho mencegahnya, ia berkata akan membayarnya dengan kartu mobile saja (sebuah hp yang berfungsi sebagai kartu kredit). Kae-in heran bahgaimana hp bisa digunakan untuk membayar (aku juga..hehe..).



Sampai di rumah Jin-ho memarahi Kae-in yang tak pernah membersihkan rumah. Kae-in kesal, kenapa orang yang mau keluar malah menyruhnya membersihkan rumah. Jin-ho beralasan kalau ia belum menerima uang sewanya kembali. Kae-in senang akhirnya jin-ho mau kembali. Jin-ho berkata ia kan kembali asalkan Kae-in tidak mengatainya homoseksual lagi. Kae-in setuju akan merahasikan masalah pribadi ini. Mereka lalu membersihkan rumah bersama-sama (Jin-ho yang memrintah, Kae-in yang mengerjakan... kasihan baget). Kae-in lalu sadar kalau Jin-ho tidak melakukan apa-apa, ia perpura-pura lelah. Mulanya Jin-ho tak peduli, tapi melihat Kae-in membesihkan lantai dengan car salah, Jin-ho tak bisa tinggal diam ia mengambil alat pel Kae-in dan memberi contoh yang benar. Kae-in pura-pura senang agar Jin-ho memberinya contoh terus. Lalu Jin-ho sadar hanya di permainkan Kae-in setelah tidak melihat Kae-in di sana lagi.



Jin-ho mencari Kae-in kekamarnya. Kae-in seoalh tidak terjadi apa-apa bertanya apa jin-ho sudah selesai membersihkan rumahnya. Jin-ho meski kesal mengiyakannya. Kae-in lalu berkata tadi ia pergi untuk melihat miniaturnya. Jin-ho menyindir Kae-in sudah besar tapi masih main seperti itu. Kae-in berkata agar Jin-ho jangan meremehkan minaturnya karena miniatur ini berumur lebih tua dari pada umur Jin-ho. Jin-ho kaget, Kae-in bercerita miniatur itu dibuat oleh ibunya yang juga perancang furniture. Jin-ho teringat perkataan Sang-joon yang menyatakan bahwa setelah Sang Go-jae jadi, istri Prof. Park meninggal dan setelah itu selama 30 tahun Sang Go-jae ditutup untuk umum. “Ibu?”. “Ya, lucukan” kata kae-in. Jin-ho lalu mengalihkan pembicaraan ia menyruh Kae-in keluar untuk membantunya bersih-bersih lagi.


Jin-ho dan Kae-in membuah sampah sama-sama. Jin-ho melihat foto Kae-in dan Chang-ryul, ia tanya apa Kae-in yaknin mau membuangnya. Kae-in yakin. Jin-ho mengambil foto itu dan berkata agar Kae-in memisahkan mana yang harus dibuang dan mana yang tidak, mana yang harus disimpan dan mana yag tidak. Kae-in heran kenapa Jin-ho suka sekali bersih-bersih. Jin-ho berkata bukan seka tapi telah terbiasa. Kae-in tambah heran. Jin-ho masuk ke rumah, Kae-in melihat kembali fotonya. Ia teringat apa yang ia alami karena Chang-ryul, ia jadi kesal dan mau menyobek foto itu tapi tak jadi malah menyimpannya kemabali.


Chang-ryul kemali ke apartementnya, tapi tak bisa masuk karena kuncinya sudah dirubah oleh In-hae. Chang-ryul kesal dan menyurh In-hae membuka pintunya, tapi In-hae tak peduli. Ia malah menelpon Chang-ryul agar merelakan rumahnya saja untuknya, Chang-ryul berkata kalau ia menikah tentu ia akan melakukannya. In-hae kesal dan alngsung menutup teleponnya. Di luar Cahng-ryul berkata agar In-hae mau menikah dengannya lagi.

Young-soon datang kerumah Kae-in, ia heran rumah Kae-in jadi bersih. Kae-in berkata badanay lelah karena membersihkan rumah seharian. Young-soon tak percaya Kae-in melakukannya sendiri, Kae-in beralasan itu karena Jin-ho berkata ia tidak mau tinggal ditempat yang tidak bisa ditinggali manusia. Young-soon senang karena akhirnya Jin-ho kembali, Kae-in berkata itu karena ia telah berhasil menyogoknya. Young-soon senang dan menyuruh Kae-in melakukan apa yang di inginkan Jin-ho semuanya. Kae-in curiga Young-soon ada niat tertentu, kemarin menyuruhnya memohon agar Jin-ho kembali. Young-soon akhirnya mengaku ia sedang membutuhkan seorang model, ia lalu menyogok Kae-in dengan memijitnya. Kae-in tiba-tiba ingat, ia menanykan kenapa Young-soon datang kerumahnya. Young-soon akhirnya juga ingat, ia datang untuk menyerahkan bebrapa alamat kemungkinan Won-ho tinggal. Kae-in senag sekali, Young-soon berkata itulah enaknya kalau punya suami seorang polisi (hehe.). Young-soon lalu melanjutkan meminjit Kae-in, ia tanya kapan terakhir kali Kae-in madi soalnya kulit Kae-in terrasa kasar. Kae-in berkata sudah 3 hari ia tidak mandi, Young-soon jadi jijik dan menyurh Kae-in segera mandi.

Kae-in pergi kekamar mandi ia langsung membuka kamar itu padahal ada Jin-ho sedang mandi di sana. Jin-ho dan Kae-in kaget melihat masih-masing. Kae-in langsung menutup pintu kembali, tapi masuk kembali dan berkata kalau ia sedang tidak memakai kacamata dan juga kontaklens jadi ia tidak melihat apa-apa tadi, jadi Jin-ho tak usah khawatir.




Jin-ho kembali kekamarnya, ia masih kesal dengan kejadian tadi dan memutuskan untuk tidur saja. Tapi ia lalu mendengar percakapan Kae-in dan Young-soon diluar. Young-soon tanya apa benar Kae-in tak melihat apa-apa. Kae-in berkata kalau ia tidak memakai kacamata, tapi ia bisa melihat walau sedikit samar. In-ho kaget dan bangun dari tidurnya. Ia mendekat ke pintu untuk tahu apa yang di lihat Kae-in lainnya. Tiba-tiba Hye-mi telepon dan berkata kalau ibu Jin-ho pergi. Jin-ho kaget dan memutuskan untuk pergi mencarinya. Kae-in yang sedang mengantarkan Young-soon pulang, heran melihat Jin-ho pergi terburu-buru, ia bertanay pad Young-soon apa Jin-ho mendengar pembicaraan mereka tadi. Young-soon menyakinkan bahwa Jin-ho pasti tidak mendenngar, meski merek juga tak yakin hal itu.


Jin-ho menemukan ibuunya sedang melamun sendirian di sebuah restoran. Jin-ho seperti seorang pria merayu wanita mengampiri ibunya. Ia heran kenapa ibunya pergi sendirian kesana, jika di dekati pria bagaiman. Ibunya berkata Jin-ho tak perlu khawatir karena ia sudah tua dan tak ada yang memperhatikannya. Ibuunya bercerita kalau dulu ayah Jin-ho sering emngajaknya kerestoran itu dan memeran kopi, dan jus untuk Jin-ho. Ibunya berkata kalau ayahnya dulu sering mengharap agar Hye-mi segera dewasa dan bisa menemani Ji-honya. Jin-ho jadi tidak enak, ia mendekati ibunya dan minta maaf karen belakangan ini ia sedang sibuk dan terpeksa pindah ketempat dekat kantor agar lebih efisien. Ibuunya tanya apa Jin-ho nyaman disana, Jin-ho untuk menyenangkan ibunya berkata tentu tidak nyaman. Ibunya tahu Jin-ho hanay berusaha menyenangkannya saja, ia lalu melihat keluar jendela dan tanya pada Jin-ho dimana rumah merek yang dulu berada. Jin-ho merangkul ibunya dan berkata ia akan mengambil rumahnya kembali dar Cahng-ryul. Ibunya tanya apa itu mungkin, Jin-ho balik tanya apa ibunya tidak percaya dengannya. Ibu akhirnya percaya karena Jin-ho adalah satu-satunya yang ia miliki.


Keesokan harinya Kae-in mencari Won-ho kealamat yang diberi Young-soon tapi ia hanya melihat seorang nenek yang seang sakit disana. Kae-in melihat foto wisuda Won-ho disana dan merasa prihatin. Nenek merasa Kae-in adalah relawan jadi ia meminta Kae-in membaca surat dari Won-ho untuknya. Kae-in membaca surat itu, Kae-in terpaksa bohong dan berkata kalau Won-ho mencemaskan keadaan neneknya. Neneknya senag sekali Won-ho perhatian padanya, padahal disurat ditulis bahwa Won-ho sedang membutuhkan bantuan untuk melunasi utangnya. Kae-in pergi dengan perasaan prihatin, ia meninggalkan pesan di telepon Won-ho dengan berkata kalau ia akan mencari cara bagaiman Won-ho melunasi utang kepadanya dan ia juga menyuruh agar Won-ho menelepon neneknya.

Jin-ho berkumpul dengan para karyawannya makan-makan dan momohaon agar mereka memberikan yang terbaik untuk proyek selanjutnya. Sang-joon sebenaranya merasa prihatin karena mereka benar-banr sedang kesulitan keuangan tapi malah pergi makan-makan bersama. Jin-ho menengkan dan berkata apa yang harus dilakuan tetap harus dilakukan.

Saat pulang ke Sang Go-jae Jin-ho mendengar teriakan, ia langsung beralari kesumber teriakan yakni kamar mandi. Jin-ho langsung mebuka kamar mandi dan menanyakan ada apa, tapi didalam kamar mandi ada Kae-in yang habis mandi dan hanya mengenakan handuk. Kae-in segera menyurh Jin-ho keluar, Jin-ho juga keget ia beralasan tadi mendengar teriakan Kae-in dan mengejek tubuh Kae-in yang tak bagus sebelum pergi. Kae-in lalu sadar tentu Jin-ho tidak tertarik denagn dia, ia lalu menengok keluar memanggil Jin-ho. Kae-in berkata ia minta maaf, ia tahu Jin-ho tak terarik pada wanita. Jin-ho berkata selain wanita seperti Kae-in, i sangat tertarik. Api Kae-in menganggapnya hanya bercanda, ia lalu meminta Jin-ho membantu mencarikan kontaklensnnya yang terjatuh dikamar mandi. Jin-ho berkata ia akan membantu jika Kae-in berganti pakaian dulu. Tapi Kae-in tak mau ia beranggapan Jin-ho juga tidak akan tertarik padanya. Jin-hopun akhirnya tak peduli dan membantu Kae-in mencari. Tapi selama mencari badan Kae-in selalu mendekat ke Jin-ho, Jin-ho lalu merasa tidak enak. Jin-ho mendorong Kae-in dan menyuruhnya agar pergi saja, tapi Kae-in terpeleset dan hambpir jatuh. Jin-ho refleks menolongnya. Kae-in sekarang yang tidak enak, apalagi setelah itu Jin-ho terlihat aneh memandang tubuhnya terus. Jin-ho mendekat, Kae-in semakin takut. Ternyat Jin-ho hendak mengambil kontaklens Kae-in yang terjatuh ditubuhnya. Kae-in lega, Jin-ho mau pergi tapi Kae-in mencegahnya ia berkata kalau ia lapar.




Setelah berganti apakian Kae-in terus membujuk Jin-ho agar pergi makan bersamanya. Tapi Jin-ho tak peduli, ia berkata ia sudah makan. Kae-in menarik baju Jin-ho dan menciumnya. Ia berkata pantas saja sejak tadi ia mencium bau makanan. Jin-ho kesal ia masuk kekamarnya dan menyemprotkan pewangi kebajunya. Di luar Kae-in terus merajuk, ia berkata ia kan kelaparan jika Jin-ho tidak mengajaknya pergi makan atau membiarkan ia mencium baju Jin-ho. Jin-ho tak tahan ia akhirnya kelur, Kae-in senang ia berkata ia akan mentraktir Jin-ho. Jin-ho berganti pakaian yang modis sedangakan Kae-in berganti pakaian sekedarnya. Jin-ho menegur Kae-in, Kae-in tanya apa ia terlihat aneh, Jin-ho balik tanya Kae-in apa menurutnya itu tidak anah. Kae-in mau berganti baju lgi, tapi Jin-ho akhirnya menyerah dan membiarkan Kae-in pergi dengan pakain itu.


Di restoran setelah makan dan minum-minum, Kae-in jadi mabuk. Ia menceritakan pada Jin-ho bahwa Chang-ryul pernah berkata bahwa ia seperti anjing kecil yang kebasahan. Jin-ho tak peduli, Kae-in terus bercerita ia kesal pad Chang-ryul yang menganggapnya anjing tapi tetap menciumnya. Ia lalu berteriak dan berkata kalau semua lelaki itu sama saja suka mempermainkan wanita. Jin-ho jadi malu karena smua orang melihat kearahnya. Jin-ho lalu mengajak Kae-in pulang, tapi Kae-in tak mau ia berkata kalau minumannya belum habis. Jin-ho akhirnaya berkata setelah minumannya habis mereka harus pulang. Tiba-tiba Do-bin datang dengan rekan bisnisnya, Jin-ho memberi hormat ia lalu khawatir Kae-in akan bicara macam-macam lagi ia lalu menyuapi Kae-in agar cepat selesai makan dan pulang. Kae-in memakannya, tapi saat akan pulang Kae-in berkata ingin peri ke toilet dulu. Jin-ho duduk sendirian, tiba-tiab pelayan datang membawakan sebuah botol minuman. Jin-ho berkata kalau ia tidak pesan, pelayan bilang sambil menunjuk kalau perempuan dimeja sebrang yang membelikannya. Jin-ho meliriknya, perempuan itu memberikan ciuaman jauh dan seorang pria bertubuh besar melihat itu. Pria itu ternyata suami wanita tadi, ia mengahampiri Jin-ho dan memarahinya karena menggoda istrinya. Jin-ho merasa tidak melakukannya, tapi pria itu tak percaya dan hendak memukul Jin-ho. Kae-in datang dan melhat itu semua, ia berusaha melerai. Tapi pria itu menolak, ia berkata pada Kae-in bahwa Jin-ho telah merayu istrinya. Pri itu mau memukul Jin-ho lagi, Kae-in refleks berteriak kalau Jin-ho tak mungkin melakukannya karena ia adalah GAY. Semua orang disana kaget. Jin-ho jadi malu dan tidak enak dengan Do-bin, ia jadi kesal pada Kae-in. Ketika Kae-in hendak membayar, ia lupa kalau di dompetnyatak ada uang lagi. Ia memanggil Jin-ho, Jin-ho menoleh dengan muka jutek. Kae-in memberanikan diri untuk meminjam uang Jin-ho, dengan perasan masih kesal Jin-ho membayarnya. Jin-ho pergi dari sana tapi sebelumnya ia memberi hormat lagi pad Do-bin, kae-in mengikutinya dan ia juga ikut memberi hormat pad Do-bin. Do-bin hanya tersenyum melihat kelakuan mereka.


Di luar Kae-in minta maaf pada Jin-ho karena telah membongkar rahasia Jin-ho lagi. Tapi Jin-ho tak peduli, ia masih kesal ada Kae-in. Kae-in akhirnya menangis dijalanan ia benar-bnear minta maaf karena telah melanggar janjinya. Jin-ho jadi tak enak, ia berkata agar Kae-in melupakannya saja. Tapi Kae-in malah tertidur di sana. Jin-ho kesal, ia lalu meninggalkan Kae-in sendirian. Saat akan sampa rumah akhirnya Jin-ho sadar dan kembali ketempat Kae-in. Ia membangunakan Kae-in, Kae-in kaget dan buru-buru bangun hingga kakinya terkilir lagi. Jin-ho akhirnya menggendong Kae-in pulang, tapi Kae-in terus bergerak hingga ia kesulitan menggendonya. Untuk berterima kasih Kae-in menyanyikan sebuah lagu untuk Jin-ho. Jin-ho tak mau tapi Kae-in terus bernyanyi. Saat akan sampai ruamh Kae-in berkata kalau punggung Jin-ho hangat, ia membayangkan apa punggung ayahnya juga hangat seperti itu. Jin-ho tanya apa Kae-in tak pernah digendong ayahnya. Kae-in berkata ini pertama kalinya ia digendong seseorang, selama ini ia menganggap punggung seeorang itu dingin. Jin-ho jadi prihatin.


Ramalan cuaca harian Park Kae-in: walaupun masih ada beberapa yang segar, tapi angin hangat ditiup dari sebelah kamar. Mungkin akan bisa membuat musim semi tahun ini selalu makin hangat.



Sampai dirumah Jin-ho menidurkan Kae-in di ruang tamu. Jin-ho hampi tak peduli lagi pada Kae-in karena sudah lelah mengurus Kae-in dan membiarkannya tidur disana, tapi ia kembali dan menata kaki Kae-in. Kae-in terbangun dan tanya apa yang sedang dilakuakn Jin-ho padanya, ia menatap Jin-ho penuh curiga. Jin-ho kaget ia berkata ia hanya ingin menata kaki Kae-in agar tidak kram jika tidur di sana. Jin-ho enak, ia lalu mau masuk kekamarnya. Tiba-tiba Kae-in berkata “Sangat bauk. Jika lelaki yang lain, saya pasti dari awal sudah marah. Dipegang kaki juga tidak ad perasaan apa, kamu sangat baik”. “Jangan katakan kata semabrangan lagi ,cepat balik kekamar tidur saja” kata Jin-ho sedikit kesal. Kae-in mau berdiri tapi kakinya masih sakit, Jin-ho merasa kHawatir. Jin-ho akhirnya memijit kaki Kae-in, tapi Kae-in terus mengeluarkan kata-kata “aneh”. Jin-ho kesal ia menyuruh Kae-in diam, tapi Kae-in tak juga diam. Jin-ho akhirnya marah dan tak mau memijit kaki Kae-in lagi. Jin-ho mau balik ke kamarnya, Kae-in mencegah dan meminta dipijit sekali lagi. Jin-ho menolak karean tanganya sudah lelah. Kae-in menunjukan sikap memelas, tapi Jin-ho malah kesal “Kau pikir aku pelayanmu” katanya sambil pergi. “Tapi teap saja harus erima kasih padamu Tuan GAY, paling hebat” teriak Kae-in pad Jin-ho. Jin-ho kesal mendengarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar