Mereka sarapan bersama, Jae-min berkata hidangan itu dulu ia pernah memakannya di Eropa karena itu ia ingin mencobanya lagi. Soo-jung mencobanya, ia merasa tidak enak. Jae-min terus menjelaskan tentang makanna itu. Jae-min lalu mencoba masakannya yang tidak enak, ia melihat Soo-jung malu. Soo-jung mengallihkan pembicaraan ia bertanya pa yang terjadi kemarin. Ia berkata karena Soo-jung tidak datang ia menelponnya, tapi yang mengangkat pemilik warung. Jae-min bertnya kenapa Soo-jung sendirian minum banyak. Tapi Soo-jung malah balik tanya “Kau tidur di sini?”. “Ya” kata Jae-min lalu melanjutkan makannyatapi tak jadi. “Mixi adalah satu-satunya temanku. Aku juga satu-satunya temannya. Kalau dia tak boleh ke sini, aku pergi boleh bukan?”. “Apa aku pernah melarangmu menemui dia? Temui dia saja! Tentu kau boleh menemui dia. Namun apakah kau harus pergi ke sana?”. Soo-jung kesal ia memakan makanan yang tidak enak itu. “Kau sudah bertemu Kang In-wook?”. “Ya”. “Dia bilang apa?”. “Dia tanya aku di sini bahagia tidak?”. “Kau bilang apa?”. “Aku bilang bahagia”. “Benarkah bahagia”. Soo-jung kaget “Apa?”. “Benarkah bahagia?”. “Ya”. “Mana?”. “Semuanya”. Soo-jung melanjutkan makannya. “Cuci piring dan membersihkan rumah boleh suruh orang saja” kata Jae-min. Soo-jung tertawa. “Tertawa apa?”. “Apa yang kulakukan sekarang adalah cuci piring dan membersihkan rumah”. “Karena itulah aku suruh kau jangan ke sana! Sekarang kau bersamaku, harus mirip perempuanku!” teriak Jae-min. Soo-jung menatapnya tajam. “Bukan! Maksudku.. kau tak perlu ke sana dihina orang” kata Jae-min pelan. Soo-jung melanjutkan makannya meski makanan itu tidak enak. “Ada satu hal, sejak dulu aku ingin tanya kau. Kenapa Kau mencintai wanita seperti aku?”.“Karena kau jujur dan tak ada harga diri. Aku pertama kali melihat wanita begitu menyukai uang seperti kau. Orang lain setidaknya akan berpura-pura menyukaiku. Namun kau jangan merendahkan diri sendiri. Kau tidak seperti orang-orang itu! Kau lebih berkarakter dibanding mereka. Karena... aku tak bisa menikah denganmu. Karena itulah aku tidak menuntut kau menyukaiku. Cuma... aku menyukaimu. Cuma itu”. Soo-jung tertegun mendengarnya, ia terus melanjutkan makannya. “Nanti malam mau makan bersama? Kau menelponku. Begitu akan lebih leluasa”. “Baik”. Jae-min melirik Soo-jung. “Pekerjaan di galeri aku akan berhenti”. “Sungguh! Betul. Sejak duu memang harus begini. Begini lebih baik” kata Jae-min senang. Jae-min yang tadi hanya makan roti, tiba – tiba ingin makan sup tapi tak jadi. Ia lalu melihat Soo-jung yang makan dengan lahap. “Kau benar-benar kuat makan. Aku sudah tak bisa makan. Mau makan punyaku?”. “Tak usah!” Kata Soo-jung cepat.
Jae-min mengantar Soo-jung berangakat kerja. Soo-jung meinta di turunkan di terminal MRT saja. Awalnya Jae-min menolak tapi akhirnya menyetujui. Saat akan turun Jae-min memanggil nama Soo-jung. Soo-jung bertanya ada apa. Jae-min sambil tersenyum berkata ia hanya ingin memanggil saja. Soo-jung akan turun, Jae-min memanggil lagi. Soo-jung bertanya ada apa, Jae-min berkata “Telepon aku!”. “Tahu” kata Soo-jung lalu turun dari mobil. Jae-min terus melihat Soo-jung dengan perasan senang hingga ia tak terlihat.
In-wook memberikan data proyek rahasia kepada kakak Jae-min. In-wook berkata ada perusahaan di Eropa yang tertarik dengan perusahaan mereka. Kakak Jae-min senang dan berkata “Kelihatannya kita tidak harus memakai uang keluarga Young-joo. Ini benar-benar cocok dnegan persyaratan yang kita pikirkan. Sesuai apa yang kita butuhkan”. “Meeka berkata, setiap saat kita bisa mendiskusikan hal ini. Jika masih cemas. Kita bisa menyelidiki lebih dalam lagi baru melaksanakan”. “Kalau mau bertemu, tentu saja bagus. Baik, coba laksanakan dulu”. “Baik”. Kakak Jae-min lalu mengajak In-wook makan malam, ia berkata sekarang jadi takut mengajak In-wook makan malam karena dulu pernah di tolak. In-wook hanya diam dan kemudian pergi setelah disuruh pergi. Kakak Jae-min melihat sombong In-wook saat ia pergi. In-wook menelpon rekan kerjanya di luar negeri untuk membuat janji. Setelah selesai ia mandang jauh dan tersenyum setelahnya.
Di galeri Soo-jung dan ibu Jae-min bekerja seperti biasanya, tapi Young-joo terus memperhatikan Soo-jung. Soo-jung berkata ia aka mengundurkan diri dari pada ibu Jae-min. Ibu Jae-min menanyakan alasan Soo-jung berhenti kerja, Soo-jung berkata ia sedang ada masalah di rumahnya. Ibu Jae-min tau itu tidak benar, ia bertanya ada masalah apa. Soo-jung bingung ia berkata Cuma masalah pribadinya. Young-joo bertanya apa Soo-jung sudah dapat pekerjaan. Soo-jung berkata belum. Lalu Young-joo menanyakan alasan Soo-jung berhenti bekerja. Soo-jung tidak bisa berkata apa-apa ia hanya bisa minta maaf. Young-joo lalu bertanya tentang kabar kalau Soo-jung pindah rumah. Soo-jung kaget. Ibu Young-joo datang kegaleri. Ibu Jae-min kaget dan segera menyambutnya. Ibu Young-joo menyapa ibu Jae-min degan ramah, namun begitu menlihat Soo-jung yang juga memberi salam kepadanya ia jadi kesal. Ibu Jae-min menanyakan alasan Ibu Young-joo datang kesana. Ibu Young-joo hanya berkata ia datang untuk melihat mereka bekerja saja. Ibu Young-joo terus memandangi Soo-jung yang sedang membuat minuman. Ibu Jae-min heran dan menanyakan apa yang di lihat Ibu Young-joo. Ibu Young-joo berkata tidak ada apa-apa, ia lalu dengan dingin meminta Soo-jung membuat teh hijau untuk dirinya. Soo-jung kaget dan menurutinya.
Young-joo takut ibunya akan berbuat yang tidak-tidak tapi ia tidak bisa menghentikan ibunya saat itu, ia hanya bisa menarik nafas dalam. Ibu Young-joo melirik anaknya dan kembali memperhatikan Soo-junng. Soo-jung menyajikan minuman yang ia buta, Ibu Young-joo menanyakan nama Soo-jung. Soo-jung menjawab namanya adalah Lee Soo-jung. “Lee Soo-jung? Keluargamu lumayan kaya”. Soo-jung kaget. Ibu Young-joo lalu bertanya pada ibu Jae-min apakah gaji di galerinya tinggi. Ibu Jae-min kaget dan bingung mau menjawab apa. “Atau Jae-min beli untukmu?” tanya ibu Young-joo pada Soo-jung. Soo-jung kaget, ibu Jae-min bingung harus berbuat apa. Ia berusaha menenangkan ibu Young-joo begitu juga anaknya. “Kau bicara begini, apa maksudnya?” tanya ibu Jae-min. “Tadinya aku ingin bersabar. Namun ini benar-benar keterlaluan. Nyonya Song, seharusnya kau juga tahu bukan?” kata Ibu Young-joo sambil menahan kesal. “Itu.. kejadiannya begini..” Ibu Jae-min berusaha menjelaskan. Tapi ibu Young-joo yang benar-benara kesal memotongnya dan berkata “Ini benar-benar keterlaluan. Kapan aku pernah berkomentar tentang gosip Jae-min?”. “Jangan begini. Maksudku... dengarkan aku dulu. waktu Jae-min bertugas ke pulau Bali. Kebetulan gadis ini menjadi pemandu. Lalu mereka pun berkenalan. Kau kan tahu sifat Jae-mn. Dia meminjami sedikit unga kepadanya”. “Ini benar-benar menghina keluarga kami. Hal seperti ini, aku tidak akan bersabar!” teriak ibu Young-joo marah. “Ibu, itu...” kata Young-joo mencoba menenangkan. “Diam kau! Mana boleh mengatur cewek yang ada main dengan Jae-min di depan putriku?”. “Masalahnya bukan seperti ini, nolehkah dengarkan aku dulu?” kata Ibu Jae-min mencoba menangkan lagi. “Aku menagtur gadis ini bekerja di sini atas permintaan Young-joo”. Ibu Young-joo tidak terima ia langsung menampar dan memukuli Soo-jung. Ibu Jae-min berusaha menghentikan, tapi tak bisa. “Lihat kau masih berani tidak? Berani apamer dimana-mana Jae-min membeli rumah untukmu. Lihat apa kelak kau masih berani bicara sembarangan dimana-mana? Mulutmu akan kusobek!. Soo-jung hanya bisa diam dipukuli, Ibu Jae-min bingung. Tapi Young-joo malah tersenyum senang. Ibu Young-joo selesai memarahi Soo-jung, ia menenangkan diri lalu pamit pulang. Tapi sebelumnya ia memnta ibu Jae-min menyampaikan pada Jae-min bahwa ia akan meminta penjelasan pada Jae-min. Ia juga mengancam kalau Jae-min tidak melakukannya, ia tidak akan tinggal diam. Ibu Jae-min mengejar Ibu Young-joo mencoba untuk menenangkannya.
Young-joo takut ibunya akan berbuat yang tidak-tidak tapi ia tidak bisa menghentikan ibunya saat itu, ia hanya bisa menarik nafas dalam. Ibu Young-joo melirik anaknya dan kembali memperhatikan Soo-junng. Soo-jung menyajikan minuman yang ia buta, Ibu Young-joo menanyakan nama Soo-jung. Soo-jung menjawab namanya adalah Lee Soo-jung. “Lee Soo-jung? Keluargamu lumayan kaya”. Soo-jung kaget. Ibu Young-joo lalu bertanya pada ibu Jae-min apakah gaji di galerinya tinggi. Ibu Jae-min kaget dan bingung mau menjawab apa. “Atau Jae-min beli untukmu?” tanya ibu Young-joo pada Soo-jung. Soo-jung kaget, ibu Jae-min bingung harus berbuat apa. Ia berusaha menenangkan ibu Young-joo begitu juga anaknya. “Kau bicara begini, apa maksudnya?” tanya ibu Jae-min. “Tadinya aku ingin bersabar. Namun ini benar-benar keterlaluan. Nyonya Song, seharusnya kau juga tahu bukan?” kata Ibu Young-joo sambil menahan kesal. “Itu.. kejadiannya begini..” Ibu Jae-min berusaha menjelaskan. Tapi ibu Young-joo yang benar-benara kesal memotongnya dan berkata “Ini benar-benar keterlaluan. Kapan aku pernah berkomentar tentang gosip Jae-min?”. “Jangan begini. Maksudku... dengarkan aku dulu. waktu Jae-min bertugas ke pulau Bali. Kebetulan gadis ini menjadi pemandu. Lalu mereka pun berkenalan. Kau kan tahu sifat Jae-mn. Dia meminjami sedikit unga kepadanya”. “Ini benar-benar menghina keluarga kami. Hal seperti ini, aku tidak akan bersabar!” teriak ibu Young-joo marah. “Ibu, itu...” kata Young-joo mencoba menenangkan. “Diam kau! Mana boleh mengatur cewek yang ada main dengan Jae-min di depan putriku?”. “Masalahnya bukan seperti ini, nolehkah dengarkan aku dulu?” kata Ibu Jae-min mencoba menangkan lagi. “Aku menagtur gadis ini bekerja di sini atas permintaan Young-joo”. Ibu Young-joo tidak terima ia langsung menampar dan memukuli Soo-jung. Ibu Jae-min berusaha menghentikan, tapi tak bisa. “Lihat kau masih berani tidak? Berani apamer dimana-mana Jae-min membeli rumah untukmu. Lihat apa kelak kau masih berani bicara sembarangan dimana-mana? Mulutmu akan kusobek!. Soo-jung hanya bisa diam dipukuli, Ibu Jae-min bingung. Tapi Young-joo malah tersenyum senang. Ibu Young-joo selesai memarahi Soo-jung, ia menenangkan diri lalu pamit pulang. Tapi sebelumnya ia memnta ibu Jae-min menyampaikan pada Jae-min bahwa ia akan meminta penjelasan pada Jae-min. Ia juga mengancam kalau Jae-min tidak melakukannya, ia tidak akan tinggal diam. Ibu Jae-min mengejar Ibu Young-joo mencoba untuk menenangkannya.
Soo-jung bangkit dan mencoba menengkan diri untuk kembali bekerja. Young-joo berkata “Aku dengar dari In-wook kalau kau sudah pindah rumah. Pindah kemana?”. Soo-jung melihat Young-joo kesal karena ia tahu Young-joo hanya memncingnya. “Kau tak perlu tahu” kata Soo-jung ketus. Young-joo melihat Soo-jung tak terima. Soo-jung sengaja menelpon Jae-min di depan Young-joo dan berkata “Halo? Aku Soo-jung. Kita makan malam di rumah saja. Aku memasak dulu dan menunggumu”. Soo-jung menelpon sambil terus melihat wajah kesal Young-joo.
Jae-min kaget gsekalius senang menerima telepon dari Soo-jung. In-wook melihat Jae-min berwajah gembiara, lalu bertanya apa ada kabar gembira. Jae-min mengiyakan. In-wook tidak kesal tapi aia malah tersenyum setelah Jae-min pergi.
Soo-jung membetulkan makeupnya didepan Young-joo. Young-joo tidak terima ia berkata. “Sedang apa kau?”. Soo-jung tidak memperdulikannya dan terus berdandan. Young-joo kesal dan merampas bedak Soo-jung. “Kau tidak dengar?”. Soo-jung tersenyum, kemudian berdiri mengambil bedaknya kembali. “Apa kau tidak lihat? Aku sedang berdandan”. Young-joo kesal ia lalu menampar Soo-jung. Soo-jung tidak terima kali ini ia membalas menampar Young-joo. Soo-jung memakai mantelnya, Young-joo mengepalkan tangannya menahan kesal. “Kalau perlu, aku akan bekerja samapi kau sudah dapat penggantiku. Hari ini kau juga tahu kondisiku kurang baik. Kalau begitu aku pulang dulu” kata Soo-jung dingin. Young-joo hanya berdiri diam di tempatnya. Saat Soo-jung mau pulang Ibu Jae-min kembali ke kantor. Soo-jung pamit. Ibu Jae-min heran, ia juga heran melihat Young-joo yang berdiri menahan kesal.
Soo-jung sampai di apartement, ia beristirahat dan melamun menatapi nasibnya. Tapi tak lama ia langsung menyiapkan makan malam untuk Jae-min. Saat mencoba masakan ia teringat saat ia menyiapkan masakan untuk makan bersama In-wook. ia juga teringat kejadian – kejadian sedih yang ia alami dan selalu ada In-wook yang menemainya saat itu, tepi sekarang tidak ada. Soo-jung mencoba mneghapus almunannya dan kembali menyiapkan makanan. Tapi Jae-min menelpon dan berkata “Maaf, rumahku mendadak ada urusan. Jadi aku harus pulang dulu. aku akan secepatnya ke sana. Kau harus mneungguku”. Jae-min kesak karena ia tidak bisa segera pulang. Asisten Jae-min datang dan berkata agar Jae-min segera turun. Jae-min bertanya apakah ia boleh tidak ikut. Asistenya berkata bahwa pak direktur sudah menunggunya dan In-wook untuk segera turun. Jae-min kesal sekali karena tak bisa menghindar.
Jae-min dan In-wook menunggu lift bersama untuk turun. Jae-min berkata In-wook sangat hebat karena begitu cepat kakaknya mengajak In-wook pergi kerumah. In-wook hanya tersenyum. Begitu lift terbuka In-wook langsung masuk kedalamnya mendahului Jae-min. Jae-min dan asistennya kaget. Mereka lalu turun bersama dan pergi ke rumah orang tua Jae-min. Ibu Jae-min dan Young-joo menyambut rombongan. Saat bertemu Jae-min Ibu Jae-min menunjukan wajah kesalnya pada anaknya tapi ia tidak menumpahkan kekesalnya saat itu. Jae-min bingung dan tidak mengerti maksud ibunya. Kakak Jae-min kaget karena Young-joo juga ada di sana. Young-joo juga kaget melihat In-wook ada di sana. Kakak Jae-min mengelkan In-wook pada ibunya dan berkata kalau In-wook juga sati kampus dengan Young-joo. In-wook memberi salam dan memperkenalkan dirinya. Ibu Jae-min menyambutnya ramah, tapi ia kemudian teringat kalau ia pernah bertemu dengan In-wook saat ia pergi ke rumah Soo-jung dan foto perselikuhan Young-joo dengan In-wook. ia lalu melirik Young-joo, Young-joo hanya diam seperti ketakutan. Tapi Ibu Jae-min tetap menyambut ramah In-wook.
Soo-jung menunggu Jae-min di meja makan. Ia mau makan duluan, tapi teringat sesuatu sehingga tidak jadi. Di rumah Jae-min saat makan bersama, Jae-min hanya melamun dan terus melihat jam. Ibunya terus memperhatikan In-wook. Young-joo melihat ibu Jae-min yang terus memperhatikan In-wook dan Jae-min yang terus melihat jam. Ayah Jae-min membahas rencana merger yang di usulkan In-wook. Ayah Jae-min masih kawatir dengan perusahaan yang akan merger mereka. Kakak Jae-min menenangkan ia berkata bahwa perusahaan tersebut baru berniat untuk merger belum memutuskan sehingga perusahaan tersebut ingin bertemu dulu. Ayah Jae-min meminta pendapat Jae-min, tapi Jae-min yang tidak mendengarkan jadi bingung dan kaget. Kakak Jae-min berkata ia belum membicarakan masalah ini dengan Jae-min. Ayahnya heran dan bertanya apa alasannya. Kakak Jae-min beralasan ia juga baru mendapat laporan dari In-wook. Ayahnya Jae-min akhirnya mau mengerti dan menasehati In-wook agar melaksanakan rencana ini dengan baik.
Ibu Jae-min bertnya apakah In-wook sudah menikah. In-wook berkata belum. “Begitu muda sudah mendapat penghargaan Pak Direktur. Berarti kau orang yang berbakat” kat ibu Jae-min memuji. Ia lalu bertanya “Apa sejak kuliah sudah mengenal Young-joo?”. “Ya”. “Berarti sudah lama saling mengenal” kata Ayah Jae-min. Jae-min melihat In-wook sangat tenang menjawab pertanyaa tentang dirinya dengan Young-joo. “Setelah aku selaesai ikut wajib militer. Dan kembali kuliah lagi kami baru berkenalan”. “Begitu?” kata Ibu Jae-min akhirnya. “Waktu itu aku mahasiswa baru bukan?” tanya In-wook pada Young-joo. “Ya” kata Young-joo. Kakak Jae-min menimpali dan berkata kalau ia ingat saat itu ia datang menghadiri pembukaan kuliah itu. Jae-min heran dan bertanya kenapa kakaknya ada di sana. Kakaknya sedikit kesal tapi ia menjelaskan bahwa sejak dulu hubungan keluarga mereka sudah dekat dan saat itu Jae-min ada di Amerika jadi tidak tahu kalau sebenarnya ia dan Young-joo sangat dekat hubungannya. Ia minta pembetulan Young-joo tapi Young-joo hanya diam. Kakanya Jae-min bertanya apakah In-wook satu tingkat di atas Young-joo. In-wook membenarkan. Kakak Jae-min lalu teringat saat itu Young-joo terlihat sangat cantik. Jae-min berkata “Kau masih belia sudah ikut wajib militer”. “Setelah lulus tingkat 1, aku akngsung ikut”. “Kenapa” tanya kakak Jae-min. “Karena tidak dapat bea siswa”. “Jae-min, kau tidak ikut wajib militer” tanya Young-joo. Ibu Jae-min dan Jae-min menatap Young-joo heran. “Karena keringat di tangan terlalu banyak” jawab kakak Jae-min. “Keringat di tangnnya terlalu banyak juga tak usah ikut wajib militer?” kat Young-joo lagi. “Bagaimana dengan kakak?” tanya Jae-min. Kakaknya kaget dan sedikit kesal. “Kenapa membicarakan hal membosankan seperti wajib militer itu?” kata Ibu Jae-min akhirnya.
Jae-min terus memperhatikan Jamnya. Young-joo melihatnya. “Jae-min aku mau bicara denganmu. Kau bermalam di sini saja” kata ibu Jae-min. “Tak bisa”. “Kenapa?”. “Aku masih ada urusan”. “Besok ke galeri saja”. Ibu Jae-min juga terus memperhatikan In-wook. In-wook tahu tapi ia cuek saja dan terus meneruskan makannya. Soo-jung akhirnya tidak tahan menunggu ia akhirnya makan sendiri. Jae-min langsung bergegas mengantar Young-joo pulang setelah selesai makan. Jae-min mengucapkan sampai jumapa dengan In-wook. In-wook melihat mobil Jae-min pergi.
Jae-min tak sabar ingin segera bertemu Soo-jung. Ia tiba-tiba berhenti di jalan. Young-joo bertanya ada apa. Jae-min minta maaf, dan berkata ia tidak bisa mengantarnya pulang. “Apakah seseorang sedang menunggumu?”. “Kau cepat turun!”. Young-joo kesal ia memukuli Jae-min dengan tasnya. “Kau sungguh keterlaluan!”. “Sudah! Kau sudah gila”. “Betul, aku sudah gila. Masa kau tidak gila.. Kau beli rumah untuk dia”. “Kang In-wook yang bilang?”. “Kau peduli siaap yang bilang”. “Sudah. Aku sudah tahu. Kau cepat turun!”. “Kita pergi bersama”. “Kemana?”. “Tempat yang akan kau kunjungi”. Jae-min tidak percaya apa yang ia dengar, ia lalu turun dan menyuruh Young-joo untuk turun dari mobilnya. Young-joo tak mau. Jae-min berkata ia tidak ingin menarik Young-joo turun, sehingga ia meminta Young-joo turun sendiri. Young-joo kesal akhirnya ia turun sendiri. Jae-min memnta maaf dan meninggalkan Young-joo di jalanan. Young-joo tertawa sedih karenanya.
Jae-min dan In-wook menunggu lift bersama untuk turun. Jae-min berkata In-wook sangat hebat karena begitu cepat kakaknya mengajak In-wook pergi kerumah. In-wook hanya tersenyum. Begitu lift terbuka In-wook langsung masuk kedalamnya mendahului Jae-min. Jae-min dan asistennya kaget. Mereka lalu turun bersama dan pergi ke rumah orang tua Jae-min. Ibu Jae-min dan Young-joo menyambut rombongan. Saat bertemu Jae-min Ibu Jae-min menunjukan wajah kesalnya pada anaknya tapi ia tidak menumpahkan kekesalnya saat itu. Jae-min bingung dan tidak mengerti maksud ibunya. Kakak Jae-min kaget karena Young-joo juga ada di sana. Young-joo juga kaget melihat In-wook ada di sana. Kakak Jae-min mengelkan In-wook pada ibunya dan berkata kalau In-wook juga sati kampus dengan Young-joo. In-wook memberi salam dan memperkenalkan dirinya. Ibu Jae-min menyambutnya ramah, tapi ia kemudian teringat kalau ia pernah bertemu dengan In-wook saat ia pergi ke rumah Soo-jung dan foto perselikuhan Young-joo dengan In-wook. ia lalu melirik Young-joo, Young-joo hanya diam seperti ketakutan. Tapi Ibu Jae-min tetap menyambut ramah In-wook.
Soo-jung menunggu Jae-min di meja makan. Ia mau makan duluan, tapi teringat sesuatu sehingga tidak jadi. Di rumah Jae-min saat makan bersama, Jae-min hanya melamun dan terus melihat jam. Ibunya terus memperhatikan In-wook. Young-joo melihat ibu Jae-min yang terus memperhatikan In-wook dan Jae-min yang terus melihat jam. Ayah Jae-min membahas rencana merger yang di usulkan In-wook. Ayah Jae-min masih kawatir dengan perusahaan yang akan merger mereka. Kakak Jae-min menenangkan ia berkata bahwa perusahaan tersebut baru berniat untuk merger belum memutuskan sehingga perusahaan tersebut ingin bertemu dulu. Ayah Jae-min meminta pendapat Jae-min, tapi Jae-min yang tidak mendengarkan jadi bingung dan kaget. Kakak Jae-min berkata ia belum membicarakan masalah ini dengan Jae-min. Ayahnya heran dan bertanya apa alasannya. Kakak Jae-min beralasan ia juga baru mendapat laporan dari In-wook. Ayahnya Jae-min akhirnya mau mengerti dan menasehati In-wook agar melaksanakan rencana ini dengan baik.
Ibu Jae-min bertnya apakah In-wook sudah menikah. In-wook berkata belum. “Begitu muda sudah mendapat penghargaan Pak Direktur. Berarti kau orang yang berbakat” kat ibu Jae-min memuji. Ia lalu bertanya “Apa sejak kuliah sudah mengenal Young-joo?”. “Ya”. “Berarti sudah lama saling mengenal” kata Ayah Jae-min. Jae-min melihat In-wook sangat tenang menjawab pertanyaa tentang dirinya dengan Young-joo. “Setelah aku selaesai ikut wajib militer. Dan kembali kuliah lagi kami baru berkenalan”. “Begitu?” kata Ibu Jae-min akhirnya. “Waktu itu aku mahasiswa baru bukan?” tanya In-wook pada Young-joo. “Ya” kata Young-joo. Kakak Jae-min menimpali dan berkata kalau ia ingat saat itu ia datang menghadiri pembukaan kuliah itu. Jae-min heran dan bertanya kenapa kakaknya ada di sana. Kakaknya sedikit kesal tapi ia menjelaskan bahwa sejak dulu hubungan keluarga mereka sudah dekat dan saat itu Jae-min ada di Amerika jadi tidak tahu kalau sebenarnya ia dan Young-joo sangat dekat hubungannya. Ia minta pembetulan Young-joo tapi Young-joo hanya diam. Kakanya Jae-min bertanya apakah In-wook satu tingkat di atas Young-joo. In-wook membenarkan. Kakak Jae-min lalu teringat saat itu Young-joo terlihat sangat cantik. Jae-min berkata “Kau masih belia sudah ikut wajib militer”. “Setelah lulus tingkat 1, aku akngsung ikut”. “Kenapa” tanya kakak Jae-min. “Karena tidak dapat bea siswa”. “Jae-min, kau tidak ikut wajib militer” tanya Young-joo. Ibu Jae-min dan Jae-min menatap Young-joo heran. “Karena keringat di tangan terlalu banyak” jawab kakak Jae-min. “Keringat di tangnnya terlalu banyak juga tak usah ikut wajib militer?” kat Young-joo lagi. “Bagaimana dengan kakak?” tanya Jae-min. Kakaknya kaget dan sedikit kesal. “Kenapa membicarakan hal membosankan seperti wajib militer itu?” kata Ibu Jae-min akhirnya.
Jae-min terus memperhatikan Jamnya. Young-joo melihatnya. “Jae-min aku mau bicara denganmu. Kau bermalam di sini saja” kata ibu Jae-min. “Tak bisa”. “Kenapa?”. “Aku masih ada urusan”. “Besok ke galeri saja”. Ibu Jae-min juga terus memperhatikan In-wook. In-wook tahu tapi ia cuek saja dan terus meneruskan makannya. Soo-jung akhirnya tidak tahan menunggu ia akhirnya makan sendiri. Jae-min langsung bergegas mengantar Young-joo pulang setelah selesai makan. Jae-min mengucapkan sampai jumapa dengan In-wook. In-wook melihat mobil Jae-min pergi.
Jae-min tak sabar ingin segera bertemu Soo-jung. Ia tiba-tiba berhenti di jalan. Young-joo bertanya ada apa. Jae-min minta maaf, dan berkata ia tidak bisa mengantarnya pulang. “Apakah seseorang sedang menunggumu?”. “Kau cepat turun!”. Young-joo kesal ia memukuli Jae-min dengan tasnya. “Kau sungguh keterlaluan!”. “Sudah! Kau sudah gila”. “Betul, aku sudah gila. Masa kau tidak gila.. Kau beli rumah untuk dia”. “Kang In-wook yang bilang?”. “Kau peduli siaap yang bilang”. “Sudah. Aku sudah tahu. Kau cepat turun!”. “Kita pergi bersama”. “Kemana?”. “Tempat yang akan kau kunjungi”. Jae-min tidak percaya apa yang ia dengar, ia lalu turun dan menyuruh Young-joo untuk turun dari mobilnya. Young-joo tak mau. Jae-min berkata ia tidak ingin menarik Young-joo turun, sehingga ia meminta Young-joo turun sendiri. Young-joo kesal akhirnya ia turun sendiri. Jae-min memnta maaf dan meninggalkan Young-joo di jalanan. Young-joo tertawa sedih karenanya.
Jae-min tib di apartement Soo-jung, ia melihat Soo-jung sedang menonton tv. Ia melihat meja makan dan berkata “Maaf, aku pulang terlalu malam”. Jae-min duduk dan melihat Soo-jung sedang kesal. Ia bertanya apa Soo-jung sudah makan. “Sudah..” kata Soo-jung dingin. “Bagus. Ayahku hari ni mendadak bilang sekeluarga mau makan bersama”. Soo-jung hanya diam tidak beraksi. “Kau yang beritahu Young-joo?” tanya Jae-min sedikit takut. “Apa?”. “Bahwa kau ada di sini?”. Soo-jung tertawa dan berkata “Apa Choi Young-joo mengatakan sesuatu?”. “Apa kau yang mengatakannya?”. “Bukankah kau bilang tak peduli”. “Tak peduli aku peduli atau tidak untuk apa kau beritahu dia?” teria kJae-min kesal. Soo-jung menatap Jae-min tajam. “Kenapa? Dia tahu aku, makanya kau keberatan? Apa kau mau aku pergi?” kata Soo-jung dingin. “Kau jangan bercanda”. “Kelihatannya kau tak tahu bagaimana menyelesaikan masalah ini. Aku bisa segera pergi!” kata Soo-jung yang lalu berdiri dan memberesi barang-barangnya. Jae-min tak percaya apa yang didengarnya. “Lee Soo-jung, kemari!” pinta Jae-min. Tapi Soo-jung tak peduli ia terus emmbereskan pakaiannya. “Kau tidak dengar aku suruh kau kemari? Sekarang kau sengaja membuatku marah?”. Soo-jung benar-benar tak mendengarkan Jae-min, ia membawa kopernya dan menyerahkan kartu kredit Jae-min. “Samapai jumpa”. Jae-min tak tahan ia manarik Soo-jung. Membuang barang-barangnya dan menyeretnya ke kasur. Soo-jung bangkit dan tetap mau pergi. Jae-min menahannya lagi dan menjatuhkannya di kasur dan memegangi tanganya. “Kau jangan pergi!”. “Kenapa?”. “Kau berani tanya aku lagi?”. “Kenapa? Tak rela? Aku bilang mau pergi. Kau mersa tak rela. Akalu begitu terserah kau!” kat Soo-jung dingin. Jae-min melepaskan genggamannya. “Kenapa ada orang sepertimu? Baik, pergi. Mau pergi ya pergi saja! Aku takkan suruh aku tinggal!” teriak Jae-min. Soo-jung bangkit dan segera pergi. “Aku pergi!” kata Soo-jung. Jae-min berlari menarik Soo-jung mencoba menahannya. “Sedang apa kau?”. Tuhuh Soo-jung menghadap Jae-min. Jae-min melihat wajah Soo-jung penuh dengan luka. “Wajahmu... kenapa?” tanya Jae-min khawatir. Soo-jung melepaskan tangan Jae-min kasar dan berkata “Tanya tunanganmu saja!”. Soo-jung pergi meninggalkan Jae-min. Jae-min terkejut dengan luka itu dan hanya bisa berdiri tertegun melihat Soo-jung pergi. Soo-jung melihat kearah apartement sebelum akhirnya benar-benar pergi.
Jae-min pusing hasus berbuat apa. Ia mencoba mnelpon Soo-jung, tapi ia malah mendengar bunyi hp. Jae-min mencari-cari asal bunyi tersebut ternyata hp Soo-jung tertinggal. Ia benar-benar punsing harus berbuar apa, ia mencoba menekan nomor 1 di hp Soo-jung tapi tak jadi (sudah diganti nomor In-wook). Jae-min mencium sedih hp Soo-jung dan membantingnya kemudian kasena kesal.
Mixi baru saja menerima telepon dari sutradara yang mengatakan ia diterima casting. Ia berkata pada diri sendiri sejak Lee Soo-jung pergi semua jadi lancar. Tiba-tiba ada yang mengetok pintu, Mixi mebuka pintu ternyata itu adalah ibu In-wook. Mixi berkata In-wook belum pulang. Ibu In-wook bertanya apa gadis yang tinggal bersama Mixi ada. Mixi berkata bahwa Soo-jung sudah pindah. Ibu In-wook kaget. Mixi bertanya kenapa ibu In-wook bertanya tentang Soo-jung. Ibu In-wook hanya berkata ada yang mau ia tanyakan pada Soo-jung. Mixi berkata ia tahu dengan jelas hal-hal yang berkaitan dengan Soo-jung, ia menyuruh ibu In-wook tanya ia saja. “Mohon tanya dia sudah punya pacar belum?”. “Kenapa?”. “Dulu aku lihat diapergi dengan seorang pria..yang membawa mobil impor”. “Kau sudah lihat?”. “Itu pacarnya?”. “Ya”. “Baiklah” kata ibu In-wook sedikit kecawa. “Baiklah.. sudah tak ada urusan. Kau cepat masuk” lanjut ibu In-wook. “Ya, hati-hati di jalan”. Mixi masuk rumah, Ibu In-wook menggerutu sendiri.
Saat akan pergi ia berpapasan dengan Young-joo yang datang dalam keadaan mabuk. Young-joo memberi salam. Ibu In-wook bertanya Young-joo siapa. Young-joo balik bertnaya “Kau ibu In-wook bukan?”. “Ya”. “Bi, mungkin kau sudah tidak kenal aku. Sebelumnya sudah berkali-kali aku pernah melihatmu. Di kantor polisi melihatmu. Di depan restoranmu pun pernah melihatmu”. Ibu In-wook teringat. “Ya. In-wook pernah bercerita padaku”. “In-wook menceritakan aku apadamu?”. In-wook datang, ibunya segera menghampirinya. “In-wook, sekarang baru pulang?” kata Young-joo. “Kebetulan kau pulang. Aku pulang dulu kalau begitu” kata ibu In-wook. “Kenapa?” bukankah kau mau bermalam di sini?”. “Tidak.. aku pulang dulu. senang bertemu kau. Kalian berbinacang-ninacang”. “Hati-hati di jalan” kata Young-joo. Ibu In-wook pergi, ia melirik Young-joo dan tersenyum kepadanya sebelum pergi.
“sebenarnya kau mau apa?”. “Tak mau apa-apa”. “cepat pergi!”. “Aku dingin sekali”. In-wook tidak peduli ia segera masuk rumahnya. Young-joo tertawa, ia mengikuti In-wook masuk. Young-joo minta minum. In-wook melemparkan minuman pada Young-joo. In-wook mencoba tidak memperdulikan Young-joo ada disana dengan bekerja. Young-joo meminum minumannya dan berkata “Tadi kau pandai bersandiwara. Waktu itu kau mahasiswa baru. Lucu sekali”. Young-joo tertawa karenanya, In-wook masih kesal Young-joo ada disana. “Peluk aku!” pinta Young-joo. “Kalau habis minum pulanglah” kata In-wook. “Jung Jae-min membuang aku di jalan, perggi mencari Lee Soo-jung”. “Lalu?”. “Kau tidak marah?”. “Marah?”. “Ya, marah”. “Kalau begitu kau cepat enyah!”. Young-joo menghabiskan minumannya dan tertawa. “Tadinya kumau memberimu kesempatan terakhir. Aku... aku tak mungkin bisa memaafkanmu”. Young-joo pergi, tapi kemudian berhenti dan berkata “Ibu Jung Jae-miin sudah tahu hubungan kita. Aku tak masalah. Tapi mungkin masa depanmu akan terpengaruh”. “Sangat berterima kasih atas perhatianmu. Karena aku tak punya apa-apa untuk hilang lagi”. Young-joo pergi.
Soo-jung datang ke tempat biliard tempat kakaknya kerja. Kakaknya sedang tidur di sofa, ia terbangun dan kaget melihat Soo-jung ada di sana. Ia juga melihat bekas luka di wajah Soo-jung. Soo-jung berkata ia jatuh dari tangga di Galeri. Kakaknya percaya dan menyuruh Soo-jung hati-hati saat kerja. Kakaknya berkata ia sudah menerima uang yang diberikan Mixi, ia heran kenapa Soo-jung memberinya uang banyak. Ia juga heran melihat koper yang di bawa Soo-jung. Ia bertanya bukankah Soo-jung tinggal di rumah temannya yang lain. Soo-jung berkata temannya mendadak ada urusan. Kakaknya berfikir bahwa Soo-jung akan kembali ke rumah Mixi lagi. Soo-jung hanya diam, ia bertanya apa kakaknya tidur di sofa tempatnya ia kerja. Ia heran karena dulu kakaknya berkata sudah menyewa rumah. Kakaknya berkata ada preman-preman yang mengambil uangnya yang akan dipakai untuk uang muka sewa rumah. Soo-juung kecewa karena ia berniat tinggal di rumah kakaknya.
Soo-jung datang kerumah Mixi, ia ragu tapi akhirnya ia memberanikan diri. Pelan-pelan ia kerumah Mixi takut ketahuan In-wook. ia ttidak algi memiliki kunci rumah Mixi dan lupa membawa hp sehingga susah masuk ke rumah Mixi. Ia berteriak-triak kecil memanggil Mixi takut membangunkan In-wook. In-wook yang belum tidur mendengar panggilan itu. Awalnya ia tak peduli, tapi saat ia yakin itu Soo-jung ia bergegas keluar. Soo-jung yang sedang berusaha membuka paksa pintu rumah Mixi terkejut melihat In-wook keluar. Ia berlagak tidak terjadi apa-apa. In-wook bertnya apa yang dilakukan Soo-jung. Soo-jung menyapa In-wook, ia juga bertanya apakah In-wook memiliki kunci rumah Mixi. In-wook melihat koper-koper yang dibawa Soo-jung. Soo-jung malu dengan keadaannya.
Soo-jung masuk kerumah In-wook, In-wook memberinya minuman hangat dan berkata“Apa kau akan pindah kembali? Bukankah tidak terlalu lama kau pergi? Wajahmu kenapa lagi? Dalam perjalanan hidup ini meskipun tak tahu langkah selanjutnya..bagaimana melangkah. Namun ada jalan yang tidak harus kita lewati. Tak tahu Mixi kapan akan pulang. Kau tidur di sini saja”. Soo-jung hanya diam menerima nasehat itu. “Aku mau pergi jalan-jalan” kata In-wook pergi meninggalkan Soo-jung, namun ia tiba-tiba berhenti dan berkata “Sebenarnya. Aku sangat rindu padamu”. In-wook pergi, Soo-jung kaget mendengarnya. Di luar In-wook melamun memikirkan sesuatu. Didalam Soo-jung menangis. Jae-min di apartemennya bingung harus berbuat apa. Young-joo sedih dengan nasibnya.
Saat akan pergi ia berpapasan dengan Young-joo yang datang dalam keadaan mabuk. Young-joo memberi salam. Ibu In-wook bertanya Young-joo siapa. Young-joo balik bertnaya “Kau ibu In-wook bukan?”. “Ya”. “Bi, mungkin kau sudah tidak kenal aku. Sebelumnya sudah berkali-kali aku pernah melihatmu. Di kantor polisi melihatmu. Di depan restoranmu pun pernah melihatmu”. Ibu In-wook teringat. “Ya. In-wook pernah bercerita padaku”. “In-wook menceritakan aku apadamu?”. In-wook datang, ibunya segera menghampirinya. “In-wook, sekarang baru pulang?” kata Young-joo. “Kebetulan kau pulang. Aku pulang dulu kalau begitu” kata ibu In-wook. “Kenapa?” bukankah kau mau bermalam di sini?”. “Tidak.. aku pulang dulu. senang bertemu kau. Kalian berbinacang-ninacang”. “Hati-hati di jalan” kata Young-joo. Ibu In-wook pergi, ia melirik Young-joo dan tersenyum kepadanya sebelum pergi.
“sebenarnya kau mau apa?”. “Tak mau apa-apa”. “cepat pergi!”. “Aku dingin sekali”. In-wook tidak peduli ia segera masuk rumahnya. Young-joo tertawa, ia mengikuti In-wook masuk. Young-joo minta minum. In-wook melemparkan minuman pada Young-joo. In-wook mencoba tidak memperdulikan Young-joo ada disana dengan bekerja. Young-joo meminum minumannya dan berkata “Tadi kau pandai bersandiwara. Waktu itu kau mahasiswa baru. Lucu sekali”. Young-joo tertawa karenanya, In-wook masih kesal Young-joo ada disana. “Peluk aku!” pinta Young-joo. “Kalau habis minum pulanglah” kata In-wook. “Jung Jae-min membuang aku di jalan, perggi mencari Lee Soo-jung”. “Lalu?”. “Kau tidak marah?”. “Marah?”. “Ya, marah”. “Kalau begitu kau cepat enyah!”. Young-joo menghabiskan minumannya dan tertawa. “Tadinya kumau memberimu kesempatan terakhir. Aku... aku tak mungkin bisa memaafkanmu”. Young-joo pergi, tapi kemudian berhenti dan berkata “Ibu Jung Jae-miin sudah tahu hubungan kita. Aku tak masalah. Tapi mungkin masa depanmu akan terpengaruh”. “Sangat berterima kasih atas perhatianmu. Karena aku tak punya apa-apa untuk hilang lagi”. Young-joo pergi.
Soo-jung datang ke tempat biliard tempat kakaknya kerja. Kakaknya sedang tidur di sofa, ia terbangun dan kaget melihat Soo-jung ada di sana. Ia juga melihat bekas luka di wajah Soo-jung. Soo-jung berkata ia jatuh dari tangga di Galeri. Kakaknya percaya dan menyuruh Soo-jung hati-hati saat kerja. Kakaknya berkata ia sudah menerima uang yang diberikan Mixi, ia heran kenapa Soo-jung memberinya uang banyak. Ia juga heran melihat koper yang di bawa Soo-jung. Ia bertanya bukankah Soo-jung tinggal di rumah temannya yang lain. Soo-jung berkata temannya mendadak ada urusan. Kakaknya berfikir bahwa Soo-jung akan kembali ke rumah Mixi lagi. Soo-jung hanya diam, ia bertanya apa kakaknya tidur di sofa tempatnya ia kerja. Ia heran karena dulu kakaknya berkata sudah menyewa rumah. Kakaknya berkata ada preman-preman yang mengambil uangnya yang akan dipakai untuk uang muka sewa rumah. Soo-juung kecewa karena ia berniat tinggal di rumah kakaknya.
Soo-jung datang kerumah Mixi, ia ragu tapi akhirnya ia memberanikan diri. Pelan-pelan ia kerumah Mixi takut ketahuan In-wook. ia ttidak algi memiliki kunci rumah Mixi dan lupa membawa hp sehingga susah masuk ke rumah Mixi. Ia berteriak-triak kecil memanggil Mixi takut membangunkan In-wook. In-wook yang belum tidur mendengar panggilan itu. Awalnya ia tak peduli, tapi saat ia yakin itu Soo-jung ia bergegas keluar. Soo-jung yang sedang berusaha membuka paksa pintu rumah Mixi terkejut melihat In-wook keluar. Ia berlagak tidak terjadi apa-apa. In-wook bertnya apa yang dilakukan Soo-jung. Soo-jung menyapa In-wook, ia juga bertanya apakah In-wook memiliki kunci rumah Mixi. In-wook melihat koper-koper yang dibawa Soo-jung. Soo-jung malu dengan keadaannya.
Soo-jung masuk kerumah In-wook, In-wook memberinya minuman hangat dan berkata“Apa kau akan pindah kembali? Bukankah tidak terlalu lama kau pergi? Wajahmu kenapa lagi? Dalam perjalanan hidup ini meskipun tak tahu langkah selanjutnya..bagaimana melangkah. Namun ada jalan yang tidak harus kita lewati. Tak tahu Mixi kapan akan pulang. Kau tidur di sini saja”. Soo-jung hanya diam menerima nasehat itu. “Aku mau pergi jalan-jalan” kata In-wook pergi meninggalkan Soo-jung, namun ia tiba-tiba berhenti dan berkata “Sebenarnya. Aku sangat rindu padamu”. In-wook pergi, Soo-jung kaget mendengarnya. Di luar In-wook melamun memikirkan sesuatu. Didalam Soo-jung menangis. Jae-min di apartemennya bingung harus berbuat apa. Young-joo sedih dengan nasibnya.
In-wook kembali melihat Soo-jung tidur dilantai, ia lalu menaruhnya di kasur. Ia memndang lembut wajah Soo-jung, tapi kemudian ia melanjutkan kerjanya.
Pagi harinya In-wook menyambut tamu dari luar negeri dengan wajah gembira. Jae-min yang melihatnya menjadi tidak suka dan ia juga curiga dengan tamu-tamu itu. Di lift para tamu memuji In-wook, Jae-min yang mendengarnya tambah tak suka dengan In-wook. para tamu bertemu dengan kakak Jae-min dan mereka mulai mengadakan rapat. Jae-min bertanya pada asistennya apa yang dilakukan In-wook belakangan ini. Asistennya menjelaskan bahwa In-wook saat ini sedang terlibat proyek pengembangan perusahaan sehingga jadi sangat sibuk. “Selain itu?” tanya Jae-min lagi. Asistenya menjalakan In-wook sedang melakukan proyek yang di suruh kakak Jae-min. Tapi ai tak tau proyek apa itu. Jae-min menatap tak percaya. Asistenya lalu menawarkan bantuan untuk menyelidikinya. Jae-min setuju. Saat berjalan di koridor Jae-min berpapasan dengan In-wook. In-wook cuek saja. Tiba-tiba Jae-min memanggil In-wook.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar