Rabu, 12 Mei 2010

Memories Of Bali episode 12

Jae-min marah karena Soo-jung bekerja digaleri Ibunya. Ia memberi uang dan berjanji akan mencarikan kerja untuk Soo-jung. Ia menarik Soo-jung dan menyurhnya perrgi.Soo-jung terjantuh kelantai karena ditarik Jae-min. Soo-jung melihat Jae-min, begitu juga Jae-min, ia melihat Soo-jung jatuh. Soo-jung berdiri, Jae-min mersa tidak enak dan meminta maaf. Soo-jung berkata “tak perlu minta maaf”. Jae-min masih sedikit marah bertkata “Bagaimanapun.. aku tidak mau melihatmu terus tinggal di sini. Dalam beberapa hari, aku akan secepatnya mencarikan pekerjaan untukmu. Mulai besok jangan kemari lagi!”. Jae-min pergi meninggalkan Soo-jung. Soo-jung tidak percaya atas semua kejadian ini, ia mengambil uang yang terjatuh saat ia jatuh dan meneruskan pekerjaannya. Jae-min tiba diparkiran berjalan cepat karena masih marah. Young-joo bertanya “apa kalian sudah berbicara”. Jae-min berkata “sekarang aku tak mau berbicara denganmu!” ia langsung masuk mobilnya. Young-joo mau masuk mobil tapi Jae-min langsung mengunci pintunya dan meninggalkan Young-joo sendiri. Young-joo tidak percaya melihatnya.


Jae-min datang ke rumah orang tuanya. Ibunya menyambunya gembira. Jae-min menanyakan apa ayah dan kakaknya ada. Ibunya berkata bahwa mereka akan pulang kemalaman. Jae-min lega dan langsung berkata “kenapa mempersuit dia?”. Ibunya heran dan bertanya siapa yang dimaksud Jae-min, “Young-joo kah? Aku mana mungkin bisa mempersulit Young-joo” kata Ibu Jae-min. Jae-min berteriak “maksudku Soo-jung! Soo-jung!”. Ibunya berkata “Aku tak tahu siapa yang kau maksud”. Jae-min masih berteriak “kenapa membiarkan dia bekerja di galerimu?”. Ibunya akhirnya sadar siapa yang dimaksud anaknya. Ia lalu duduk dan berkata “Kau datnag malam-malam kemari. karena perempuan itu? Meski dia kelihatan miskin sebenarnya tidak simpel. Makanya Young-joo begitu pusing”. Jae-min tidak mengerti maksud ibunya dab berkata ”Ibu, kau bilang apa?”. “cukup! Masalah wanita akan kami selesaikan sendiri. Sayang, kau jangan mencampuri masalah di galeri lagi. Kau belum makan bukan? Makan dulu baru pulang. Bi Wang, tolong siapkan makan malam untuk tuan muda” kata Ibu Jae-min. “Ibu, kau makan sendiri!” kata Jae-min sambil pergi. Ibunya heran dengan kelakuan anaknya itu.

In-wook baru pulang saat melihat Mixi mau berangkat kerja. In-wook menyapanya. Mixi bercanda ia seperti bekerja bergiliran denagn In-wook karena ia selalu akan berangkat kerja bila In-wook pulang. Mixi menyadi In-wook tidak peduli, ia lalu pamit pergi. In-wook tidak melihat Soo-jung, ia bertanya pada Mixi dimana Soo-jung. Mixi menjelaskan bahwa Soo-jung sudah dapat kerja dan hari ini baru masuk. In-wook senang mendengarnya karena Soo-jung tidak bekerja lagi di tempat karoke. In-wook bertanya Soo-jung bekerja dimana. Mixi berkata di galeri. In-wook heran dan berkata “Galeri?”. Mixi berkata “Ya. Maaf, aku mau pergi kerja. Selamat malam”. In-wook bertanya lagi “Mohon tanya. Kau tahu galeri mana?”. “Kabarnya di galeri milik ibu Jung Jae-min”. In-wook tersenyum tidak senang da berkata “Begitu? Kau pergi saja”. Mixi buru-buru menjelaskan setelah melihat perubahan sikap In-wook “oh ya, inni sama sekali tak ada hubunganya denagn tuan Jung Jae-min. Tapi tunangan Jung Jae-min yang dulu datang mencarimu itu. Dia datang mencari Soo-jung. Suruh Soo-jung bekerja di galeri. Namun gadis itu benar-benar membuat orang bosan. Aku pergi. Selamat malam”. In-wook heran mendenagrnya, ia terus memikirkan apa maksud semuanya. Ia lalu mendengar Soo-jung telah pulang. Soo-jung juga mendengar In-wook ada dirumah. Jae-min tidak bisa tidur memikirkan semuanya.

Pagi-pagi Jae-min datang kerumah Young-joo. Jae-min diantar ibu Young-joo kekamar Young-joo, tapi Young-joo masih tidur. Jae-min berterima kasih kepada Ibu Young-joo, Ibu yaoung-joo lalu pergi. Jae-min membangunkan Young-joo. Young-joo sambil malas-malasan berkata “pagi-pagi datang ada apa?”. Jae-min berkata “Maaf. Membangunkanmu pagi-pagi. Setelah mengatakan kata ni, aku akan pergi. Aku tidak akan menikah denganmu! Cuma ini”. Jae-min pergi, Young-joo hanya tertawa.

Mixi menasehati Soo-jung. Ia mersa pekerjaan Soo-jung saat ini malah lebih buruk dari pada pekerjaan resepsionis dulu. “Tapi gajinya lumayan” kata Soo-jung. Mixi tidak percaya, ia bertnya apa Soo-jung tidak malu karena Ibu Jae-min juga bekerja disana. Soo-jung hanya diam. Mixi memuji Soo-jung karena selain pencernaannya yang bagus sehingga doyan makan, ia juga mempunyai kesabaran bagus. Ia merasa jika itu dia ia tidak akan bekerja meski ia digaji jutaan won, tapi kemudian ia ralat jika jutaan won tenti ia harus bekerja mengingat mereka adalah orang miskin. Mixi terus mengoceh, Soo-jung pamit pergi. Ia berpapasan dengan In-wook didepan. In-wook bertanya Soo-jung bekerja apa sekerang. Soo-jung tidak menjelaskan ia hanay berkata mengerjakan hal-hal kecil saja. In-wook lalu bertkata”bekerjalah dengan baik sampai tujuan tercapai”. In-wook pergi, Soo-jung tidak mengerti apa maksud In-wook.

In-wook tiba diakntor bersamaan dengan kakak Jae-min. Mereka alalu masuk kantor bersama. Sambil jalan kakak Jae-min bertanya “sejaka kapan gadis itu menjadi tetanggamu?. “Tidak begitu lama” kata In-wook. Kakak Jae-min bertanya lagi ‘apa hubungan kalian berdua?”. “Kami tak ada hubungan apa-apa” kata In-wook dingin. Kakak Jae-min berkata “Benarkah! Untung Lee Soo-jung dudah berhenti. Jika tidak, masalah akan semakin besar”. In-wook hanya diam. Didalam lift kakak Jae-min menasehati “Organisasi merupakan suatu organisme. Organisme yang lebih memalukan dibanding manusia. Aku mengingatkanmu agar hati-hati terhadap kearogananmu. Kalau Cuma bersih masih tak cukup. Bereskan hubungan yang mungkin membangkitkan kesalapahaman...yang tak berarti”.

Jae-min melamun dikantornya. Ia berusaha menelpon Soo-jung di hpnya tapi tidak aktif. Asistennya datang, ia heran kenapa Jae-min datang pagi dan bertanya apa karena rapat hari itu. Jae-min heran ia bertanya ada rapat apa hari itu. Asistennya menjelaskan hari itu ada rapat akhir mengenai CI. Dan ia sudah memperingatkan Jae-min tiga kali. Jae-min kaget dan bingung karena ia belum menyiapkan laporan padahal hari ini pak direktur akan ikut rapat. Asistennya menenangkan dan memberi tahu bahwa ia sudah menyurh bawahannya membuat laporan untuk dipresentasikan. Jae-min setuju dan bertanya siapa yang bertanggung jawab akan hal itu. Asistennya berkata In-wook adalah oranngnya. Jae-min tidak senang, ia marah karena rapat hari ini akan dihadiri direktur maka ia yang seharusnya melaporkannya langsung. Asistennya beralasan bahwa Jae-min tidak nerpengalaman membuat laporan singkat. Jae-min tetap marah. Asistennya minta maaf. Jae-min menyuruh asistennya menyiapkan data rapat dan menyusulnya pergi keruang rapat. Asistennya buru-buru meminta data rapat milik In-wook. In-wook heran tapi menyerahkannya. Jae-min berlatih presentasi dengan asistennya.

Soo-jung datang pagi-pagi ke galeri. Ia bersemangat membersihkan semuanya. Ia juga menyapa Young-joo dengan senyum. Young-joo tidak menyangka Soo-jung perangkat pagi, ia lalu meminta dibuatkan kopi. Saat menyerahkan kopi, Young-joo bertanya apa yang Soo-jung bicarakan kemarin. Soo-jung tidak menengerti maksud Young-joo berbicara dengan siapa. Young tidak percaya. Soo-jung akhurnya tahu dan berkata “Oh tuan Jung Jae-min, kami tidak membicarakan hal-hal khusu”. Young-joo hanya tersenyum mendengar Soo-jung berbicara sopan tentang Jae-min. Soo-jung juga memberikan uang Jae-min kemarin, ia berkata “ini”. Young-joo menanyakan maksudnya. “kemarin tuan Jung Jae-min lupa membawanya. Mohon kembalikan kepadanya” kata Soo-jung. Young-joo kaget, Soo-jung manaruh angnya dimeja dan bertanya “Mohon tanya ada pekerjaan lai lagi?”. Young-joo belum berkata apa-apa, ibu Jae-min sudah datang. Young-joo memberi hormat, Soo-jung juga. Ibunya masih tidak peduli dengan Soo-jung. Soo-jung kemudian bertanya apa Ibu Jae-min mau minum teh, dan ia juga bertanya dengan ramah teh seperti apa yang Ibu Jae-min suka karena ia belum tahu. Ibu Jae-min dengan dingin menjawab “jika membutuhkan sesuatu aku akan memanggilmu. Jangan mengambil inisiatif sendiri”. Soo-jung mengerti ia lalu duduk di mejanya.
Tiba-tiba telepon berbunyi. Soo-jung langsung mengangkatnya. Ternyata itu adalah Jae-min yang menelpon di toilet. Jae-min langsung marah-marah karena Soo-jung masih berangkat kerja dan mematikan hpnya. Soo-jung hanya diam dan panik, dia lalu menutup telaponnya. Ibu Jae-min dan Young-joo curiga. Young-joo bertanya siapa yang menelpon. Soo-jung berkata orang salah sambung. Telpon berbunyi lagi, Soo-jung akan mengangkatnya tapi diceegah Young-joo. Ia ingin mengangkatnya, “Selamat pagi, galeri” tidak ada balasan dari seberang. Soo-jung terlihat panik oleh Young-joo, ia sadar siapa tadi yang menelepon. Ibu Jae-min bertanya siapa yang menelepon. Tapi Yaoung-joo berkaata orang salah sambung. Soo-jung lega. Jae-min heran ia memandang kaca dan berkata pada dirinya “Lee Soo-jung, kau benar-benar dalam masalah besar. Kau sama sekali tak tahu betapa seram wanita-wanita itu.

Asisten Jae-min mengingatkan Jae-min agar tidak memaksa untuk melakukan presentasi sendiri dan berkata bila nanti ada yang bertanya biar In-wook saja yang menjawabnya. Jae-min heran kenapa harus begitu. Asistenya menjelaskan karena data-data itu In-wook yang memnbuatnya. Jae-min mengerti tapi ia tidak peduli karena ia ingin mencobanya sendiri. Para peserta rapat datang. Jae-min tegang, ia menjelaskan ia kan menjelaskan maslah merger perusahaan dulu dan konsep dasarnya. Jae-min melakukan presentasi tersebut dengan cukup baik. Ayahnya senang melihatnya, setelah selesai ayahnya memujinya begitu juga kakaknya. Jae-min lemas sekaligus lega. Para karyawan juga memnujinya saat mereka keluar, termasuk In-wook. Sambil senyum In-wook berkata “Merepotkanmu”. Jae-min tidak senang, ia seperti dihina oleh In-wook. Di ruang kantornya ia membanting data-data rapat tadi, ia melihat data-data rapat tadi dan tertulis nama In-wook disana. Ia tambah kesal dan membuang lapporan tersebut. Tiba-tiba ada telepon. Telepon itu dari Young-joo, ia sedang menunggu direstoran cafe lantai 1 kantornya. Jae-min bertanya ada apa, tapi telepon sudah ditutup.



Jae-min datang ke cafe. Ia marah karena Young-joo menelpon dan menutup teleponya setelah mengatakan maksudnya. Young-joo beralasan itu lebih sopan dari pada datang pagi-pagi membangunkan orang hnya untuk merkata sesuatu. Young-joo bertanya apa Jae-min serius dengan ucapannya tadi pagi. Jae-min yang masih kesal dengan kejadian tadi dengan dingin berkata “ya”. Young-joo bertanya kenapa. “karena kau tidak mencintaimu” kata Jae-min dingin. Young-joo tertawa mendengaranya, ia berkata “sejaka kapan cinta jadi begini penting?”. Jae-min pun tersenyum, dengan muka serius ia berkata “cinta memang sangat penting”. Young-joo kemballi tertawa. Jae-min bertanya “kau tertawa apa?” . “Dari mulutmu keluar kata cinta, benar-benar lucu”. Young-joo mengembalikan uang yang dititipkan Soo-jung. Jae-min bertanya “apa ini”. Young-joo menjelaskan “Lee Soo-jung suruh aku sampaikan kepadamu. Katanay kemarin kau kurang hati-hati terjatuh di knator”. Jae-min kaget mendengarnya, ia langsung mengambil uang itu. “kau tak mau menikah, apa sudah beritahu orang tuamu?” kata Young-joo. “akan kukatakan!” kata Jae-min. Young-joo tersenyum dan berkata “Mungkinkah? Jangan mengatakan?”. “Kenapa?” kata Jae-min. “Karena aku mulai menyukaimu” kata Young-joo. Jae-min heran. “Seperti apa yang kaukatakan. Kau pria baik atau tidak, aku tak tahu. Namun benar-benar penuh daya pikat. Aku harus menikah denganmu. Apa kau sudah jelas?” kata Young-joo sambil terus tersenyum dan ia kemudian pergi. Jae-min termangu mendengarnya.


Soo-jung pulang, ia melihat mobil Jae-min. Sebenarnya ia tidak peduli, tapi ia heran Jae-min tidak keluar dari mobil. Ia lalu melihat kedalam mobil mencarinya, tapi tak ada. Ternyata Jae-min berdiri menunggu didepan rumah Soo-jung. Ia menunggu sambil melihat pemandangan. Soo-jung menghampirinya dan dengan ramah bertanya apa maksud Jae-min datang kesana. Jae-min berkata “Temapat ini lumayan juga. Cukup berharga untuk dikembangkan”. Soo-jung tertawa “Kau amu beli tanah di sini?” kata Soo-jung. “Kenapa kau tidak mendengarkanku? Kata Jae-min tiba-tiba berteriak marah. “Jika kau datang kemari, karena hal ini. Silakan pulang saja’ kata Soo-jung sambil pergi meninggalkan Jae-min. Jae-min mengejar dan berkata“Tunggu! Kau lapar tidak? Aku lapar sekali”. “kalau begitu kau mau apa?” kata Soo-jung. “Lauk yang kau masak dulu enak sekali” kata Jae-min. In-wook pulang dan melihat mereka tapi mereka belum menyadari. “Lalu?” tanya Soo-jung. “Ada nasi tidak” tanya Jae-min balik. Soo-jung tersenyum mendengarnya, ia lalu menyadari In-wook sudah pulang, Jae-min juga menyadarinya. In-wook langsung masuk rumah, bersikap tidak peduli pada mereka. Soo-jung kecewa ia lalu berkata “Silakan masuk!”. Jae-min sebetulnya mengeti Soo-jung bersikap begitu karena In-wook, tapi ia tetap masuk. Tapi tiba-tiba ia berhenti dan berkata pada In-wook yang masih berusaha membuka pintu rumahnya “Tadi siang karena terlalu sibuk. Aku lupa mengatakan sesuatu padamu. Data rapatmu cukup bagus”. Jae-min masuk begitu juga In-wook.

Soo-jung membersihkan rumahnya dan mempersilahkan Jae-min duduk. Soo-jung menyiapkan masakan, tapi tiba-tiba ia memikirkan sesuatu. Jae-min sedang melihat-lihat rumah Soo-jung saat Soo-jung tiba-tiba berkata “kita makan di luar saja”. Jae-min kaget dan bertanya “kenapa”. Soo-jung beralasan “Karena di rumah tak ada makanan. Dan agak repat”. “Kalau begitu Jalan” kata Jae-min. Lalu mereka pergi, In-wook yang sedang memasak mie mendengar suara pintu terbuka dan tahu mereka pergi. Ia mendengar Jae-min berkata “Mau makan apa?”, dan ia hanya tersenyum mendengarnya. Soo-jung dan Jae-min berpapasan dengan Ibunya In-wook. Soo-jung memberi salam. Jae-min heran ia lalu pergi duluan. Ibu In-wook melihat Jae-min, ia lalu bertanya pada Soo-jung apa ia mau pergi keluar. Soo-jung berkata “Ya. In-wook ada si rumah”. “Aku tahu. Aku baru menelponya. Cepat pergi!” kata ibu In-wook sambil menunjukan hp barunya. Soo-jung pamit. Jae-min telah menunggu, ia membukakan pintu mobil untuk Soo-jung dan menyuruhnya naik. Soo-jung kaget, Jae-min terus memaksanya naik. Akhirnya ia naik dan mereka pergi dengan mobil. Ibu In-wook melihatnya pergi dengan mobil. Di rumah In-wook ia berkata “Dari mana dia menemukan pria sekaya itu? Manusia tak bisa dilihat dari luar. Aku lihat dia benar-benar tak gampang. Apa karena dia yatim piatu? Anak yang tidak ada orang tua, memang berbeda”. In-wook tidak tahan ia berhenti makan dan berkata “Aku tak suka kau menjeleki dia!”. “Aku kan tidak bicara sembarangan. Ini kenyataan” kata ibu In-wook sambil menata makanan yang ia bawa di dalam kulkas. “kalau memang begitu, berarti aku anak liar” kata In-wook kesal. Ibunya kaget. In-wook menyelasikan makannya dan mulai bekerja, ia berkata “jika sudah selesai. Sebaiknya pulang”. Ibunya sedih “Dasar anak ini. In-wook, kau jangan kira bisa bicara sembarangan. Kau kira.. aku berharap kau dibesarkan di lingkungan seperti ini? Meski tadi aku menjeleki gadis itu. Kau tidak boleh bicara seperti ini denganku. Gadis itu mencampakkanmu dan sengaja pergi naik mobil orang kaya itu. Aku sedih melihat itu. Masa kau sembarangan membawa seorang gadis ke restoran ibu. Kau jarang bawa teman pulang. Malah membawa gadis itu ke restoranku. Itu menunjukan di hatimu, dia sangt penting. Kau kira aku tak tahu?”. “Ibu maaf. Pulanglah” kata In-wook seakan tak peduli. “jika kau mau bersama gadis itu. Kelak kau takkan bisa hidup senang. Aku pulang” kata ibu In-wook sedih sekaligus marah. In-wook juga sedih dan kesal karenanya. (Apa bener yang dikatakaan ibu In-wook, aku kok tetap mrasa In-wook hanya kasihan ya...)


Jae-min mengjak Soo-jung makan sea-food, tapi Soo-jung menolak ia hanya ingin makan di tempat yang tidak jauh saja. Jae-min tahu Soo-jung tidak semangat pergi dengannya karena In-wook. Mereka akhirnya makan di restoran sederhana. Soo-jung makan dengan sangat lahap. Jae-min hanya melihatnya. So-jung bertanya “bukannya kau bilang sangat lapar?”. Jae-min akhirnya makan. “Dan.. hari ini aku datang, sebenarnya ada urusan apa?” tanya Soo-jung. “Young Ye-tai itu. Aku suruh dia keja di gudang kami. Setiap bulan separo gajinyaakan dimasukkan ke rekeningmu” jelas Jae-min. Soo-jung senang mendengarnya, ia terseyum dan berkata “banarkah?”. “bagaimana? Mau menemuinya? Bagaimanapun karena dialah, kau jadi separah ini. Aku rasa nanti kalau bertemu hajar dia saja” Jae-min berkata dengan senang. “kedengarannya lumayan!” kata Soo-jung membalas. “Baik. Kita sepakat. Aku akan menelponmu. Jadi kelak mohon jangan matikan hp mu boleh?” kata Jae-min. Soo-jung tidak senang disuruh-suruh ia menanp Jae-min, Jae-min takut. “Dan kukatakan sekali lagi! Jangan bekerja di sana lagi! Bukankah aku sudah bilang akan memberimu biaya hidup. Dan akan membantumu cari kerja? Kenapa kau masih bersikaras bekerja di sana? Kata Jae-min. ”Masalah Young Ye-tai, terima kasih sekalli. Namun sepertinya kau tak berhak memerintah aku harus berbuar apa bukan?” kata Soo-jung. Jae-min kaget. “Dan meskipun orang seperti aku ini tetap harus menjaga muka. Jadi mohon kelak jangan mendadak datang mencariku. Masa kau tidak merasa orang lain kalu liat akan salah paham? Tuan Jung Jae-min, kau akan malu. Dan aku sendiri akan merasa terganggu” kata Soo-jung melanjutkan. Jae-min jadi merasa kesal perkataan yang dulu ia ucapkan sekarang kembali kepadanya. Soo-jung sudah selesai makan, ia bertanya apa Jae-min sudah kenyang karena ia akan mentraktir Jae-min meski itu tidak ada apa-apanya debanding hutangnya. Padahal saat itu Jae-min baru makan sedikit. Soo-jung pergi.


Jae-min menyusul Soo-jung, ia berkata “terima kasih makan malammu. Nanti aku akan traktir saja”. Mereka lalu pergi ke warung pinggir jalan. Disana Jae-min minum banyak. Soo-jung hanya menemaninya, melihat Jae-min sudah mabuk ia mengajak Jae-min pulang. Tapi Jae-min tidak mau, ia malah memesan minum lagi. Sambil mabuk Jae-min berkata “Lee Soo-jung. Kau... merasa kenapa aku terus datang mencarimu? Pertama, karena bosan. Kedua begini. Ketiga aku merasa In-wook menyebalkan. Keempat, karena aku suka Lee Soo-jung”. Soo-jung tidak percaya. “coba tebak!” kata Jae-min sebelum tertidur. Soo-jung panik karena Jae-min tertidur.

In-wook menerima telepon dari Soo-jung. Ia diminta Soo-jung datang untuk mengantarkan Jae-min pulang ke apartementnya denga mobil Jae-min. In-wook bertanya mereka minum berapa botol. Soo-jung menjawab mereka hanay minum 3 botol. In-wook tidak percaya, Soo-jung menjelaskan mungkin Jae-min cepat mabuk karena ia tadi tidak banyak makan, sedangkan ia banyak makan makanya ia tidak ikut mabuk. Soo-jung yang hafal alamatnya memberitahu arah-arah jalan yang harus ditempuh In-wook. In-wook merasa tidak senang.

In-wook menggendong Jae-min sampai apartemnnya. In-wook lalu berniat pergi. Soo-jung minta maaf karena telah merepotkannya. In-wook berkata “kenapa kau yang mengatakan ini?” Jae-min sadar ia minta diambilkan minum oleh Soo-jung. Soo-jung mau mengambilkannya, tapi dicegah In-wook. In-wook menyuruh Jae-min bangun dan menuangkna sendiri. Jae-min bangun dan baru sadar ada In-wook juga di sana. In-wook dengan dingin berkata “kau mau tinggal di sini tidak?”. “Tidak” kata Soo-jung. “kalau begitu kita pergi” kata In-wook sambil menggandeng Soo-jung pergi. Jae-min memanggil Soo-jung “Lee Soo-jung! Jangan pergi!”. Soo-jung menoleh kearah Jae-min, lalu kearah In-wook. In-wook mempererat genggamannya dan menarik Soo-jung pergi. Jae-min berteriak “Lee Soo-jung jangan pergi degan In-woo!”. Soo-jung berhenti dan menoleh kearah Jae-min. Jae-min bangun dan menarik Soo-jung kesisinya. Jae-min menyurh In-wook pulang sendiri. In-wook tertawa melihatnya. “Aku melarang kau tertawa seperti ini” kata Jae-min. In-wook berhenti tertawa dan melihat Jae-min. “Melihat kau tertawa seperti ni, suasana hatiku jadi buruk. Cepat enyah!” kata Jae-min lagi. In-wook tidak terima, ia ingin memukul Jae-min. Tapi tidak jadi ia hanya mendorong Jae-min hingga jatuh dan berkata “Lupakan Saja”. Soo-jung ketakutan, In-wook memandangnya dingin kemudian pergi. Jae-min bangkit ia menatap Soo-jung seakan memohon untuk Soo-jung tinggal. Tapi Soo-jung malah pamit pergi menyusul In-wook. Jae-min berteriak memanggil nama Soo-jung. Soo-jung berhenti, tapi tidak jadi ia terus pergi. Jae-min berteriak “jangan pergi!”. Jae-min terus berkata sambil menangis ”Lee Soo-jung jangan pergi! Lee Soo-jung jangan pergi!”.



Soo-jung mengikuti In-wook pulang sambil berjalan kaki. In-wook yang tidak enak hatinya langsung masuk rumah begitu sampai. Soo-jung merasa tidak enak. Ia lalu meminta In-wook keluar sebentar. Soo-jung bertanya apa In-wook sedang marah. In-wook bertanya apa maksudnya. Soo-jung merasa In-wook marah sejak mereka bertemu tadi. In-wook berkata ia tidak marah sama Soo-jung, dan menyuruhnya jangan dimbil hati. In-wook lalu ingin masuk, tapi dicegah Soo-jung. Soo-jung berharap In-wook jangan salah paham dengannya. In-wook tidak mengerti, Soo-jung lalu menjelaskan bahwa ia dan Jae-min tidak terjadi apa-apa dan tidak ada hubungan apa-apa. Soo-jung mengatakan itu semua dengan mata berkaca-kaca. In-wook berkata ia sudah tahu. Soo-jung lalu berkata kenapa In-wook masih bersikap seperti itu kepada dirinya. In-wook berkata ia juga tidak tahu. Soo-jung tidak mengerti. In-wook lalu berkata “Asal melihat kau berjama Jung Jae-min, aku akan marah. Mungkin karena.. melihatmu bagai melihat diriku sendiri”. In-wook mengelus pipi Soo-jung lalu kembali berkata “Aku marah pada diriku sendiri. Karena itu kau jangan taruh di hati. Selamat malam”. In-wook masuk rumahnya. Mixi melihat kejadian itu. Soo-jung merasa senang karena hubungannya dengan In-wook membaik. Mixi tidur dengan sedih, sedangkan Soo-jung tidur dengan terus tersenyum.

Jae-min berangkat kekantor. Ia melihat pengumuman bahwa In-wook telah diangkat sebagai supervisior. Kakak Jae-min melihat Jae-min dan mengajaknya berbicara. In-wook sedang mendapat ucapan selamat dari rekan-rekan kerjanya saat Jae-min lewat dengan dingin. In-wook senang melihatnya. Jae-min langsung bertnya maksud kakanya mengajak bicara begitu sampai di kantornya. Kakaknya mulanya bertanya apa Jae-min sudah tahu kalau In-wook diangkat jadi supervisor. (gmn sih bukannya tadi ketemu ditempat pengumuman). Jae-min dengan sedikit kesal bilang bahwa ia sudah melihat pengumumnya. Ia minta kakanya langsung bicara kepokok masalahnya. Kakanya berkata ia perlu mencari kandidat pengganti Jae-min bila Jae-min jadi pindah ke bagian sirkulasi, dan orang itu adalah In-wook. Oleh karena itu ia mengangkat In-wook jadi supervisor kemudian ia juga berencana memberi In-wook proyek-preyek lalu baru memngangkatnya menjadi kepala bagian menggantikan Jae-min. Kemudian kaknya meminta pendapat Jae-min tentang rencananya itu. Jae-min tidak senang mendengarnya dan tidak senang kakaknya tiba-tiba sopan meminta pendapatnya. Tapi ia kemudian tidak peduli dan menyuruh kakaknya melakukan apa yang ia suka. Kakaknya senang Jae-min menyutujui rencananya dan melihat Jae-min strees, ia kemudian pergi. Tapi sebelum keluar ia memberitahu bahwa ayah mereka puas dengan presentasi Jae-min pada rapat kemarin, kakanya juga memujinya sebelum pergi. Tapi Jae-min malah tidak senang mendengarnya, ia merasa terhina. Ia jadi pusing memikirkan semuanya, ia lalu menelpon In-wook untuk masuk keruangnya. In-wook datang, Jae-min berusaha menahan diri. Ia kemudaian dengan senyum terpaksa memberi selamat pada In-wook. In-wook tersenyum dan mengucapkan terimakasih karena semua ini terjadi berkat Jae-min. Jae-min tertawa dan berkata “Mana mungkin?” dan wajahnya kemabali menahan kesal. “Bagaimanapun bekerjalah yang serius” lanjut Jae-min kemudian menyuruh In-wook keluar. Jae-min benar-benar kesal.

In-wook diluar tersenyum senang. Ia lalu menelpon Soo-jung. Soo-jung sedang membersihkan lantai, ia senang mendapat telepon dari In-wook. In-wook mengajaknya pergi makan di luar pulang kerja nanti. Soo-jung heran, ia bertanya ada acara apa, apa In-wook sedang berulang tahun. “Bukan” kata In-wook. “lalu pa?” kata Soo-jung. “Apa harus ada sesuatu baru boleh makan?” balas In-wook. In-wook bertanya jam berapa Soo-jung nanti pulang. Soo-jung menjawab sekitar jam 7. “kalau begitu jam 7 aku akan menghubungimu lagi” kata In-wook. Soo-jung tersenyum senang. Young-joo datang dan bertanya kenapa Soo-jung tidak mencantumkan nomor teleponya di data pribadinya. Young-joo merasa Soo-jung sengaja tidak mengisi agar ia tidak bisa dihubungi olehnya. Soo-jung menyangkal. Young-joo lalu meminta nomor telepon Soo-jung. Soo-jung menjawab “0103194507”. “4507?” tanya Young-joo ia sadar itu seperti nomor Jae-min. Soo-jung keceplosan ia merasa takut kemudian. “Hp ini Jung Jae-min beli untukmu?” tanya Young-joo. Soo-jung tidak dapat bicara apa-apa. “Tadi kau bicara dengan Jung Jae-min?” tanya Young-joo lagi. “bukan” kata Soo-jung cepat. “kalau begitu dengan Kang In-wook?” kata Young-joo. Soo-jung kembali tidak bisa bicara apa-apa. “Kau benar-benar sangat lucu” Kata Young-joo kesal. Ia lalu pergi meninggalkan Soo-jung, tapi kembali lagi dan merebut hp Soo-jung kemudian membuangnya ke ember tempat pel yang berisi penuh air. Soo-jung kaget dan menoleh memandang Young-joo tidak terima. Young-joo juga menunjukan wajah maranya kemuan pergi lagi. Soo-jung mengambil hpnya yang terkena air, menggenggamnya erat dan memandang marah Young-joo yang telah pegri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar