Minggu, 23 Mei 2010

Memories Of Bali episode 18


In-wook mengantar Soo-jung pulang dan berkata kalau ia ingin menikahi Soo-jung. Soo-jung kaget tapi ia kemudian berjalan pergi meninggalkan In-wook. In-wook neariknya dan bertanya “Kenapa?”. “Seharusnya aku yang bertanya kepadamu. Sudah cukup banyak aku dikasihani. Dan sangat berterima kasih kepadamu. Jadi mohon jangan mencariku lagi”. Soo-jung pergi, In-wook mengejarnya dan menghentikan Soo-jung lagi. “Aku berbuat begini sama sekali bukan karena kasihan padamu”. “Tak peduli kasihan atau bukan. Bagiku sama saja”. “Mana mungkin sama?”. “Wanita sepertiku, kau pasti sudah melihat dengan jelas bukan? Seperti yang dikatakan orang. Aku tak ada harga diri. Setelah dipermainkan pria seperti Jung Jae-min kemudian dicampakkan. Aku pun tidak keberatan”. “Kau man boleh berbicara begini?”. “Orang sepertiku tak berhak menerima lamaranmu. Maaf sekali. Tak menyangka kau bisa melamarku. Aku takkan melupakannya”. Soo-jung pergi. “Lee Soo-jung” teriak In-wook memanggil Soo-jung. Soo-jung berhenti. In-wook menhampirinya dan memegang pundaknya. “Aku tahu kenapa kau begini”. “Kalau tahu mohon pulang saja”. “Kau tak perlu jawab sekarang. Aku menunggumu!”. In-wook pergi. “Aku pikir.. Mungkin kau salah paham terhadap maksudku” kata Soo-jung. In-wook berhenti “Sebenarnya aku tidak tertarik padamu. Hati-hati di jalan” lanjut Soo-jung sebelum pergi. In-wook tidak percaya apa yang ia dengar, ia hanya bediri diam disana. Soo-jung menangis karena ia sudah tidak bisa kembali pada In-wook, ia merasa tidak pantas. In-wook pulang ke apartementnya. Ia bingung sebenarnya apa yang terjadi. Jae-min masih dikantor melamun tentang Soo-jung.

Pagi harinya asisten Jae-min datang ke kantor Jae-min dan mendapati Jae-min tengah tertidur di sana. Ia mencoba membangunkannya. Jae-min terbangun dangan keadaan berliur. Asistennya bertanya apa Jae-min bermalam disana. Jae-min tak menjawab ia malah berkata kalau ia kedinginan dan hampir mati karenanya. Asisten Jae-min bertanya apa sebenarnya yang terjadi hingga Jae-min bermalam di kantor. “Tolong ambil uang untukku”. “Ambil berapa?”. “1 miliyar”. “Untuk apa?”. Jae-min kesal “Kau tak perlu tahu”. Jae-min pergi keluar. Asistennya bingung dan heran dengan kelakuan Jae-min. Jae-min membasuh mukanya di toilet. Jae-min menatap wajahnya di kaca, ia tiba-tiba kesal dan memukul kaca di depannya hingga tangannya berdarah.



Di galeri Young-joo terlihat melamun. Ibu Jae-min bertanya apa yang sedang dirisaukan Young-joo sekarang. Young-joo kaget dan berkata tidak ada apa-apa. Ibu Jae-min lalu bercerita bahwa kakak Jae-min mersedia membantu membereskan Kang In-wook. Young-joo menatap ibu Jae-min. “Karena itulah kau jangan cemas. Jangan risaukan lagi”. “Baik”. “Dan.. aku dengar kalian pisah kamar”. “Jae-min yang memberitahumu?”. “Bibi Wang yang mengatakannya. Katanya pagi-apagi melihat di atas sofa ada selimut. Di mana-mana ada botol arak. Young-joo, hingga kini kau masih mempersulit dia..karena apa yang dilakukannya sebelum menikah bukan? Sejak dulu Jae-min sudah melupakan wannita itu. Berusaha membaikimu. Aku harus membantu dia. Mana boleh gara-gara kejadian masa lalu dan mempersulit dia? Kau harus tahhu, pria semakin dipersulit semakin mudah keluar jalur”. Young-joo kesal karena dirinya yang disalahkan. “Dia kelihatannya begitu pucat. Bagaimana kau menjahati dia? Belakangan ini aku melihat dia begitu pucat. Hatiku sakit setelah melihatnya. Wajahnya sama sekali tidak mirip seorang pengantin pria. Malah mirip orang sakit. Bolehkah kau lebih memperhatikan dia? Aku sudah pesan orang membawa tonik ke sana. Setiap pagi kau harus menyiapkan untuk dia. Suruh dia harus bawa ke kantor. Suruh sekretaris Cui mengingatkan dia minum” (Iya sakit hati buk anakmu itu). Young-joo tidak tahan “Ibu. Kau sudah dengar Jae-min membeli hotel di Pulau Bali bukan? Kau tahu kenapa dia mau beli?”. “Bukankah dia sudah mengatakan alasannya?”. “Dia beli hotel untuk wanita itu!”. “Apa?”. “Kau bilang aku menjahati dia. Sewaktu berbulan madu, kami sudah pisah kamar. Bukan aku yang mengajukan permohonan ini. Jae-min yang mengajukannya”. “Anak ini! Apa dia sudah gila?”. Young-joo pergi dengan alasan mengurusi pameran. Ibu Jae-min pusing dengan tingakah anak dan mantunya.

Ibu Jae-min datang ke apartement Jae-min dengan Ibu Young-joo. Ibu Jae-min minta maaf karena anak-anak mereka tinggal di tempat kecil. Ia menyesal tidak segera membellikan rumah baru untuk mereka. Ibu Young-joo menyuruh pembantu yang ia bawa untuk segera bekerja. Ibu Jae-min tidak enak, ia berkata sejak Jae-min masih bujang bibi Wang pembantunyalah yang membersihkan apartement sehingga tau setiap sudut apartement itu. Ia juga berkata jika membawa pembantu baru tanapa alasan harus diajar dari awal sehingga nanti sangat akan merepotkan. Ibu Jae-min menyuruh bibi Wang membersihkan apartement. Ibu Young-joo mencegah dan berkat bahwa urusan rumah biar Young-joo saja yang mengurusnya dan ibu Jae-min lepas tangan saja. Ibu Jae-min berkata ini hanya masalah kecil jadi tak perlu samapi lepas tangan segala. Ibu Young-joo akhirnya mengalah tapi ia berkata pada bibi wang agar tahu tata krama dasar seorang pembantu yakni tidak boleh memberitahu semua orang apa yang terjadi di rumah. Bibi wang merasa tidak enak dan ibu Jae-min kaget dan menanyakan sebenarnya apa yang terjadi. Ibu Jae-min berkata bahwa bibi Wang telah bekerja selama 25 tahun dengan keluarganya dan sudah dianggap sebagai keluarha sendiri. “Sangat baik, leluasa dan sembarangan. Inilah kenapa negara kita tidak bisa maju. Negara yang tingkat korupsinya paling tinggi. Dan tingkat produksi paling rendah. Bukankah begitu?” kata ibu Young-joo marah. “Ya” kata ibu Jae-min tak enak. “Bi”. “Ya” jawab pembantu yang dibawa ibu Young-joo. “Mulai dari kamar tidur saja”. “Baik nyonya”. “Perjamuan tehmu sepertinya akan terlambat”. “Bibi wang, kau pulang dulu” kata ibu Jae-min. “Baik nyonya”. “Mari kita pergi” ajak ibu Jae-min.


Mixi sedang latihan akting. “Kau sedang apa?” kata Mixi bertanya pada Soo-jung yang tengah serius menhitung sesuatu hingga mengetuk – ngetuk kalkulator dengan keras. “Mati-matian mnegtuk aklkualtor, juga takkan mengeluarkan uang”. “Kau tahu apa yang disebut Ten in Ten?”. “Apa?”. “Yaitu dalam 10 tahun menabung 10 miliyar”. “10 miliyar? Bagaimana melakukannya?”. “Kabarnya mampu melakukannya”. “Kata siapa?”. “Di koran kan pernah ada”. “Bercanda. Misalnya setahun dapat 1 miliyar. Harus tidak menghabiskan 1 sen pun baru bisa menabung sampai 10 miliyar. Hanya kau darimana sapat 1 miliyar?”. “Pertama-tama harus dapat uang untuk depposito berjangka. Young Ye-tai itu setiap bulan akan menabung 500.000 won kedalam rekeningku. Di tambah gajiku di biliard 400.000 won. Semua dimasukkan ke dalam deposito berjangka”. “Kalau begitu kau makan apa?”. “Kau lupa? Uang yang kudapat dari mengantar yakult. Jumlahnya 200.000 won”. “Masa kau tak berencana memberi uang sewa kepadaku?”. Soo-jung tidak menjawab tapi malah berkata “Jika setiap bulan tabunganku 900.000 won. 3 tahun kemudian akan dapat 30 juta lebih. Uang ini dipakai sebagai modal investasi”. “Apa yang disebut modal investasi? 3 tahun kemudian tak tahu uang ini cukup untuk beli rumah tidak? Aku rasa kau pernah mendapat keuntungan dari uang sehingga kecanduaan uang”. Soo-jung tak peduli dan terus berhitung dengan kalkulator. “Orang itu setelah menikah, apa kalian tak pernah bertemu?”. Soo-jung tak mneghiraukan pertanyaan Mixi. Mixi menghela napas kemudian bertanya masalah lain “Benarkah kau tak berencana bertamu ke rumah Kang In-wook? Dia akan menunggumu”. Soo-jung tetap tak menghiraukan Mixi. Mixi kecewa, ia lalu berlatih akting lagi “Setelah mencicipi asam, manis, pahit dan pedas. Mana boleh suruh aku lenyap? Aku kan bukan asap, bisa lenyap”. Hp Soo-jung berbunyi. Mixi jadi terganggu. Mixi mengambil hp tersebut “Bilang Cao Cao. Cao Cao langsung menelpon. Jung Jae-min”. Soo-jung langsung behenti berhitung.


Soo-jung menemui Jae-min disebuah restoran. “Selamat siang”. “Lama tak jumpa”. Mereka minum kopi bersama. “Bagamana dengan hidupmu?” tanya Soo-jung. Jae-min terlihat sangat lemah dan balik bertanya. “Bagaimana dengan hidupmu?”. “Aku sangat baik” kata Soo-jung sambil tersenyum. Soo-jung melihat tangan Jae-min yang diperban. “Oh ya, apakah nyonya juga baik?”. Jae-min tersenyum karena Soo-jung bertanya tentang ibunya kemudian dengan dingin ia berkata “Bukankah kau suruh aku kalau sempat menelponmu? Cari aku ada urusan apa?”. Soo-jung bingung “Sebenarnya aku menelponmu tak ada maksud lain. Aku Cuma ingin melihatmu. Dan menyapamu saja”. “Menyapaku?”. “Aku pikir aku harus mengucapkan selamat atas pernikahanmu”. Jae-min menatap Soo-jung, Soo-jung kaget. “Kenapa waktu menikah tidak memberitahu aku? Aku lihat koran baru tahu”. “Apa kau harap aku mengirim undangan kepadamu?” kata Jae-min ketus. Soo-jung tertawa dan tertunduk tak enak. Jae-min mengeluarkan sebuh amplop dari saku jasnya. “Ini apa?” tanya Soo-jung dingin karena sepertinya ia tahu isi amplop itu apa. “Jika tak cukup, aku bisa memberimu lagi” kata Jae-min sambil menunduk. “Aku rasa kau benar-benar salah paham terhadapku. Sebelumnya aku menelponmu benar-benar cuma ingin melihatmu. Tak ada maksud lain. Meski cuma berpapasan, juga berjodoh. Dilihat dari hubungan kita. Aku merasa saling menyapa juga tidak salah” kata Soo-jung sedikit menahan sedih dan kesal. Jae-min tak bisa memandang Soo-jng “Dulu kita bersama sama sekali tidak bilang mau menikah”. “Aku kan tidak mengatakan apa-apa” kata Soo-jung kesal. “Karena itulah kau jangan berpura-pura suci lagi! Ambil uang ini!” teriak Jae-min. Soo-jung kaget. “Aku ingin memberikan uang ini kepadamu” kata Jae-min tenang. Soo-jung melempar amplop itu ke muka Jae-min dan berkata “Meski aku sangan menyukai uang. Namun aku tidak begitu malu sampai taraf ini. Ambil uang ini, beli sepasang sepatu untuk istrimu!”. Soo-jung pergi dalam keadaan kesal. Jae-min mengejarnya hingga sampai luar. Jae-min menarik tangan Soo-jung dan berkata “Kalau begitu kau harap aku melakukan apa?” teriak Jae-min. “Yang bisa kulakukan untukmu, selain ini apa lagi? Sebenarnya kau berharap aku melakukan apa? Apa kau berharap aku mati? Aku mati saja!” teriak Jae-min lagi. “Hal seperti inim kenapa tanya aku?” balas Soo-jung. “Kalau begitu aku harus tanya siapa?”. “Kau tanyakan diri sendiri saja!”. Jae-min tak percaya, ia menaruh amplop tadi ke dalam baju Soo-jung dan berkata “Kau tentukan sendiri saja!” kata Jae-min sebelum pergi. Soo-jung menatap kesal Jae-min yang sudah pergi.




Di dalam bus saat akan pulang. Soo-jung terlihat sedih dan ingin menangis. Young-joo pulang ke apatement Jae-min dan terkejut melihat Jae-min sedang mengadakan pesta dengan teman-temannya. Ia juga melihat Jae-min berpelukan dengan wanita lain. Young-joo terus berdiri diam menahan kesal melihat tingkah Jae-min dan teman-temannya. Jae-min menyadari kedatangan Young-joo. Dan dengan riang ia berkata “Choi Young-joo, kau sudah pulang?”. “Sedang apa ini? Keluar!”. Teman-teman Jae-min lalu bergegas pergi tapi di cegah Jae-min. “Jangan hiraukan dia. Duduk.. Choi Young-joo, kemari! Perempuan ini adalah istriku. Cantik bukan? Dan sangat cerdas dan hebat. Tapi..Dia memandang rendah aku!” Kata Jae-min yang ternyata sudah mabuk. Teman-teman Jae-min tak enak mendengarnya. “Kau kemari!” suruh Jae-min. Young-joo tetap berdiri di tempatnya. “Aku suruh kau kemari!” teriak Jae-min lagi. “Kalian lihat, dia tak mau kemari. Jae-min mengambil gelas dan botol minuman. “Kau tak mau kemari, aku yang kemari. Ayo minum segelas”. “Sedangapa kau?”. “Sedang apa apa? Aku memang begini. Aku bukannya tak tahu hal ini, baru menikah denganku” kata Jae-min. Young-joo kesal dan menampar Jae-min kemudian dia pergi dari apartement. Jae-min tak menyangka ia akhirnya meminum minuman itu sendiri.


Seseorang membunyikan bel rumah In-wook. tidak ada sautan saat In-wook berteriak menayakan siapa yang datang. In-wook membuka pintu rumahnya dan mndapai Young-joo ada di sana. In-wook kaget, Young-joo langsung masuk dan duduk tanpa seijin In-wook. “Lumayan” kata Young-joo mengomentari rumah In-wook yang baru. “Bagaimana kau tahu tempat ini?”. “Kang In-wook berada di dalam genggamanku. Kau tidak memberiku minuman?”. “Kau sudah mabuk. Pulanglah! Tempat ini tak pantas untukmu”. Young-joo bersedih di sana dan berkata “Aku ingin mati”. In-wook akget. “Kehilangan kau..Semua masalah jadi kacau. Cuma karena nafsuku. Maaf, semua salahku”. Young-joo menangis, In-wook tak tahu harus berbuat apa.

Soo-jung selesai bekerja dan akan pulang. Saat memakai mantelnya ia melihat amplop yang dimasukan Jae-min ke dalam mantelnya. Soo-jung membuka mantel itu dan mendapati sebuah cek di sana. Ia melihat angka yang tertera disana dan menghitung jumlah nolnya. Ia terkejut saat tahu cek itu bertulis julah uang miliaran. Soo-jung jadi ketakutan, ia menggenggam erat amplop itu dan bingung harus melakukan apa.


Jae-min kesal karena semua temannya pergi meninggalkannya sendiri di apartementnya. Ia minum-minum sendiri sambil memaki teman-temannya. Tiba-tiba ada bunyi telepon. Jae-min mencari hpnya dan kemudian mengangkat telepon itu. Jae-min sudah sangat mabuk. “Halo. Siapa? Lee Soo-jung? Ada apa? Aku di rumah. Naik saja. Di rumah tak ada orang. Aku suruh akau naik! Merepotkan. Baik, aku turun saja”. Soo-jung menunggu di depan gedung apartement jae-min. In-wook mengantar Young-joo pulang. “Jika kau pernah menerima cintaku satu kali. Aku tidak akan menikah”. “Meski begitu, kau pun takkan menikah denganku”. “Betul Pasti begini”. Young-joo turun dari mobil, In-wook mengikutinya. “Terima kasih. Hati-hati di jalan”. Young-joo pergi, In-wook menatapny kemudia hendak pergi tapi ia lupa menyerahkan kunci mobil Young-joo. Ia pergi mengejar Young-joo.

Young-joo berhenti saat melihat Soo-jung berdiri menunggu Jae-min. Ia jadi kesal. Soo-jung menoleh dan melihat Young-joo di sana dan jadi takut. In-wook berhasil mengejar Young-joo. “Kunci” tapi In-wook melihat sikap Young-joo aneh. Ia melihat ke arah pandangan Young-joo dan mendapati Soo-jung ada di sana. Soo-jung kaget In-wook ada di sana juga. Jae-min datang dalam keadaan mabuk. Ia hanya melihat Soo-jung berdiri menunggunya dan ia langsung menarik Soo-jung sambil berkata “Aku suruh kau naik!”. “lepaskan aku!”. “Aku suruh kau naik!”. Jae-min melihat In-wook dengan Young-joo. Young-joo kesal melihat tingkah Jae-min. Jae-min tak percaya apa yanng ia lihat, ia mneghampiri In-wook dan Young-joo. “Kalian masih bersama?”. In-wook mendorong Jae-min dan pergi kearah Soo-jung. “Seadang apa kau?” tanya In-wook dingin. “Inikah alasan kenapa kau tak bisa menikah denganku?”. Jae-min kesal mendengatnya. “Bukan seperti ini. Aku mau mengembalikan sesuatu kepadanya”. “Lee Soo-jung, kau benar-benar tak tertolong” kata In-wook marah. “Benar-benar bukan seperti ini”. “Kaulah yang tak tertlong bocah tengik!” kata Jae-min kesal. Jae-min memegang In-wook, tapi In-wook yang sedang amarah langsung memukul Jae-min. Young-joo tak peduli dengan perkelahian itu, ia iangin masuk tapi Soo-jung tiba-tiba mendekatinya dan menyerahkan amplop yang di beri Jae-min. “Ini. Untukmu” kata Soo-jung sambil ketakutan. Young-joo menerimanya dan langsung menampar Soo-jung. Kemudian ia masuk ke dalam gedung. In-wook berhenti memukuli Jae-min saat ia melihat Soo-jung di tampar Young-joo. Jae-min sudah jatuh tak berdaya. In-wook berdiri melihat Soo-jung, Soo-jung melihat ke arah In-wook. In-wook pergi meninggalkan Soo-jung. Soo-jung juga pergi, tapi ia sempat berhenti kawatir dengan Jae-min sebelum akhirnya ia benar-benar pergi.



In-wook berjalan pulang lunglai. Young-joo membuka amplop yang diberikan Soo-jung dan melihat cek disana. Ia sedih dengan nasibnya sekarang. Soo-jung pulang sambil terus menangis. Jae-min duduk di tepi jalan sedih dan tak percaya apa yang ia dengar tadi.

Pagi harinya saat sarapan Mixi memarahi Soo-juung karena mengembalikan cek dari Jae-min. Soo-jung hanya berbaring diam mendengar ocehan Mixi tentang dirinya. “Kau mengembalikan uang itu karena harga diri” kata Mixi menyindir Soo-jung. “Kau tak mau makan? Kau juga merasa sayang bukan? Tentu merasa sayang. Sekarang makan saja tak bisa. Kelihatan sekali kau merasa sangat sayang. Tuhan, 1 miliyar”. Soo-jung hanya diam dan malah memikirkan perkataan Jae-min saat memberikan cek itu. “Kalau begitu kau harap aku melakukan apa? Kau ingin aku mati bukan? Aku mati saja” kata Jae-min saat itu. Soo-jung juga teringat perkataan In-wook saat melamarnya dan saat ia mengatai Soo-jung tadi malam. “Lee Soo-jung, kau benar-benar tak tertolong” kata In-wook saat itu. Soo-jung mengahapus air matanya dan makan dengan lahap. Mixi heran melihatnya.

Soo-jung akan berangkat kerja sambil membawa kantong sampah saat ibu Young-joo datang diantar oleh informannya. “Apa kabar? Lama tak jumpa” kata Ibu Young-joo basa-basi. “Ada urusan apa?” tanya Soo-jung langsung. “Sudah berhanti dari galeri, kenapa tidak beritahu aku?”. “Apa kau datang menanyakan hal ini?” kata Soo-jung bearani. “Aku amu menanyakan sesuatu”. “Katakan saja”. “Kau dan menantuku masih berhubungan tidak?”. “Kau datang mencariku karena kejadian kemarin bukan?”. “Aku mau tanya. Apa tujuanmu mengembalikan uang itu? Karena kurang banyak?” teriak Ibu Young-joo. Soo-jung tertawa mendengarnya dan berkata dingin “Bagi kalian, apa segitu sangat banyak?”. “Apa?”. “Jika kau puas dengan jawaban ini. Silakan pulang!”. Soo-jung pergi, ibu Young-joo menjambaknya karena kesal dengan sikap sombong Soo-jung dan berkata “Kau bilang apa? Puas dengan jawaban ini?”. Soo-jung kali tidak tinggal diam ia melawan dan memukul ibu Young-joo denga nkantong sampah yang ia bawa. “Perempuan tengik, sedang apa kau?”. “Ini sampah!” kata Soo-jung berani. Ibu Young-joo kaget. “Berbau. Mohon bersihkan dirimu dulu baru pulang”. Soo-jung segera pergi dari sana. Ibu Young-joo tak percaya Soo-jung berani berbuat begitu padanya. (pengadu bgt si Young-joo itu)



Kakak Jae-min sudah memiliki orang kepercayaan baru. Ia berjalan bersamanya dan berpapasan dengan In-wook. In-wook memberi hormat, tapi sikap kakak Jae-min sudah biasa saja dan berlalu pergi meninggalkan In-wook. In-wook tak tahan ia memanggil kakak Jae-min. “Ada apa?” kata kakak Jae-min. “Ada yang ingin kukatakan” kata In-wook. Kakak Jae-min menyuruh orang barunya pergi dulu kemudian ia mneghampiri In-wook dan berkata “Apa yang ingin kaukatakan?”. “Aku harap kau bisa menjelaskan masalah keuangan di bisnis sirkulasi” kata In-wook dingin. Kakak Jae-min kaget, ia melihat sekitar dan mendekati In-wook lebi dekat lagi untuk berbisik “Kau kira kenapa aku memutasimu ke sana? Dan apa aku akan emmberimu rumah tanpa alasan?”. “Aku paham”. “Seharusnya kau tahu diri” kata kakak Jae-min sambil tertawa menepuk tubuh In-wook dan pergi dari sana. Kakak Jae-min rapat dengan orang barunya serta dengan orang-orang luar negeri yang akan berbinis dengan perusahaannya. Kakak Jae-min memperkenalkan orang barunya dan berkata bahwa penanggung jawab proyek itu akan dihanti dengan orang itu, tapi para tamu itu tidak suka dan berkata bahwa In-wook adalah alasan mereka mau berbisnis dengan perusaan itu dan merek tidak mau jika penangguung jawab proyek itu diganti. Kakak Jae-min jadi kelabakan karena para tamu bersikeras agar penanggung jawb tidak diganti. Sebelum pergi para tamu dari luar negeri berkata bahwa mereka berharap pada rapat berikutnya bertemu dengan In-wook. Kakak Jae-min kesal. In-wook mendapat laporan dari rekan luar negerinya. Saat itu In-wook ada di toilet dan Jae-min juga ada disana. Jae-min curiga dengan In-wook tapi In-wook tidak peduli ia malah dengan sengaja berkata di depan Jae-min. “Sangat panik bukan? Bagus. Oke. Bagus. Oke, bye”.

Ayah Jae-min datang kekantor Jae-min. “Ada urusan apa?”. “Wajahmu kenapa? Kau keluar dulu” kata ayah Jae-min kepada asisten Jae-min. Ayah Jae-min mencoba duduk seperti kebiasaan Jae-mn mengangkat kaki di jendeladan memndang keluar jendela tapi tak sampai. Jae-min heran dengan tingkah ayahnya. Ayah Jae-min jaga gengsi ia memajukan kusrsinya dan mencoba duduk sepert tadi (geli banget liatnya). “Katakan, kau ambil uang sebanyak itu untuk apa?” Jae-min kaget. “Sepertinya membeli hotel. Mau diberikan kepada gadis itu bukan?”. Jae-min tak bisa menjawab. “Kau..Kau tahu kenapa aku menyerahkan bisnis sirkulasi kepadamu? Salah. Aku tanya dangan cara lain saja. Setelah kau menangani bisnis sirkulasi. Siapa yang paling panik?”. Jae-min tidak mengerti. “Di dalam hati orang ini pasti selalu beranggapan semua bisnisku akan..menjadi miliknya. Kakakmu. Betul tidak?”. Jae-min kaget. “Karena itulah aku memutuskan menyerahkan kepadamu. Kau kira aku memberi muka kepada Young-joo dan Pak Choi? Kakakmu memerintah Kang In-wook membuat hal-hal itu. Seharusnya kau paham. Karena itulah kau harus memahami Kang In-wook baik dalam hal pekerjaan...atau karakternya. Jangan mengabaikan kariermu karena seorang gadis yang tak berharga lagi”. “Ayah...Aku mengaku. Aku mencintai gadis itu” kata Jae-min. Ayahnya Kaget. Jae-min langsung berlutut pada ayahnya. “Bagaimana kau menghukumku, tak masalah. Namun aku tak mampu hidup dengan Young-joo” aku Jae-min. Ayahnya kesal dan mencari barang yang bisa dilemparkan. “Keparat kau!”. Tapi melihat kesungguhan Jae-min ayahnya tidak jadi melempar. Ayahnya berjalan keluar. Jae-min menahannya sambil memegang kaki ayahnya “Ayah, ini bukan salahnya. Ini masalahku sendiri. Aku sudah berusaha mencoba. Namun aku tetap tak mampu hidup bersama Young-joo. Ini bukan salah Young-joo. Karena aku.. Young-joo pun akan ditimpa musibah”. “Kau ingin gadis itu ditimpa musibah bukan?”. Jae-min memeluk erat kaki ayahnya “Ayah, aku mohon padamu. Aku tidak meginginkan apa-apa... asal kau setuju aku bersama dia” (Takut Soo-jung diapa-apain ayahnya nih). “Dasar bajingan bodoh..” kata ayah Jae-min sambil memukuli anaknya. Tapi Jae-mn tidak melepas pelukannya sambil menangis. “Gadis yang membuatmu jadi begini, aku takkan mengampuni dia!”. Jae-min memeluk kaki ayahnya erat lagi untuk mencegah ayahnya pergi. “Ayah, bukan begitu. Pemikiran akulah yang terlalu bodoh. Aku akan berpikir kembali. Ayah aku mohon padamu... jangan mempersulit dia lagi”. Jae-min menangis histeris “Jangan mempersulit dia lagi, boleh?”. “Jika aku mendengarmu mengungkit masalah ini lagi. Nanti gadis itu dan kau takkan kuampuni!” ancam ayah Jae-min sebelum pergi. Jae-min masih menangis. Para karyawan yang mendengar keributan itu memberi hormat saat ayah Jae-min keluar termasuk In-wook. ia melihat ayah Jae-min pergi dan Jae-min yang masih bersujud di kantornya.





Para Karyawan langsung bergosip setelahnya. “Kabarnya dia beli hotel di Pulau bali untuk dia. Setelah ketahuan dia pun memberinya 1 miliyar”. “1 miliyar?”. In-wook mendengarkan diam-diam perkataan mereka. “Dia memberinya uang sebanyak ini”. “Ya”. “Jika beria aku 1 miliyar, aku pun rela meakukan apapun”. “Ya”. “Gadis itu sekarang bagaimana?”. In-wook teringat penjelasan Soo-jung tadi malam. “Bukan begini. Aku mau mengembalikan sesuatu kepadanya” kata Soo-jung saat itu. In-wook jadi merasa bersalah dengan ucapannya pada Soo-jung malam itu.

Seperti biasa sebelum pulang Soo-jung membersihkan tempat biliard. Ia teringat In-wook saat bermain biliard dengan kakakny. Ia terlihat keren dan Soo-jung jadi ingin mencoba bermain biliard. Meski tak bisa karena tidak ada orang Soo-juung memukul bola dengan gerakan-gerakan aneh. In-wook diam-diam masuk ke tempat biliard. Ia melihat Soo-jung sedang memukul bola dengan gaya aneh. “Mau kupukulkan?” kata In-wook. Soo-jung kaget hingga terjatuh di meja biliard. Soo-jung jadi malu. “Ada urusan apa?”. “Kenapa tak ada tamu?”. Soo-jung tak menjawab. “Sudah makan malam?”


Jae-min mkan malam bersama Young-joo dirumahnya dengan lauk yang sangat banyak. Tapi sikap mereka saling dingin, hal ini berbeda dengan makan malam Soo-jung dan In-wook. Mereka kembali berbaikan. “Sebenarnya aku mau traktir kau makan enak”. “Ini sudah enak. Aku paling suka makan mi kecap”. “bagus sekali” kata In-wook. “Aku bersalah terhadapmu. Maaf” kata In-wook lagi. Soo-jung kaget. In-wook bersekip seperti tidak terjadi apa-apa dan makan mie dengan lahap. Soo-jung masih tertegun tapi kemuan ia juga melanjutkan makan mienya. Jae-min dan Young-joo masih diam-diaman setelah selesai makan. Young-joo sibuk baca majalah dan Jae-min sibuk nonton tv. Sementara itu In-wook setelah makan mengajari Soo-jung bermain biliard. “Lakukan seperti apa yang kulakukan”. Soo-jung meniru gaya In-wook tapi tak berhasil memukul dengan benar. “Setelah berdiri tegak, putar 45 derajat ke kanan. Kemudian kaki kiri maju. Bengkokkan pinggang. Bengkok ke bawah. Baik. Ulurkan tangan. Jari lurus. Lurus. Siku jangan gerak. Dorong pelan-pelan dengan telapak tangan. Tahu tidak? Dengan telapak tangan. Bagus. Mari. 1..2..3...” kata In-wook sambil mengarahkan dengan memegang Soo-jung sehingga berhasil. Soo-jung sangat senang. “Mudah bukan?”. In-wook lalu membantu Soo-jung membersihkan bola, mereka saling tersenyum satu sama lain. Sementara itu di rumah Jae-min “pergilah tidur” kata Young-joo. “Aku tak mau tidur” kata Jae-min dingin. Young-joo kesal akhirnya ia pergi tidur sendiri.

In-wook menemani Soo-jung menunggu bus saat akan pulang. Soo-jung menyurh In-wook pulang karena busnya sudah datang. Soo-jung menuju bus, tapi tiba-tiba In-wook memanggil Soo-jung dan meminta Soo-jung menelponnya. Soo-jung hanya tersenyum dan pamit setelahnya. Soo-jung naik bus. In-wook melihatnya sambil terus berfikir dan berlari naik bus. Soo-jung tiba ditempat duduk dekat jendela, ia ingin melihat keluar untuk melihat In-wook. tapi In-wook tidak ada di sana. Soo-jung sedikit kecewa karena In-wook sudah pergi. Tiba-tiba ada sebuah tangan memegang pundaknya. Soo-jung berbalik dan terkejut melihat In-wook sudah duduk di sana. Mereka saling tersenyum karena kejadian itu.

Saat akan tidur. Mixi bertanya apa yang membuat Soo-jung gelisah hingga tidak bisa tidur. “Dia suruh aku menikah dengannya”. “Pria gila mana?”. “Kang In-wook” Jawb Soo-jung tenang. Mixi langsung bangkit dari tidurnya karena kaget. “Apa? In-wook ku mengatakan itu?”. “Ya”. Mixi tak percaya dan pergi tidur lagi. “Tuhan, dia melamar kepada seorang wanita yang menolak dirinya dulu. kemudian membawa koper pergi bersama seorang pria lain. Apakah Kang In-wook sudah gila?”. “Ya. Ini hal yang tak mungkin”. “Kemudian? Kau.. kau jawab apa?”. “Aku sudah menolaknya”. “Bagus sekali. Jika kau punya hati nurani, kau harus berbuat begini. Terus terang, aku tak bermaksud mengatakan kau telah berbuat dosa...besar dan tak bisa dimaafkan. Aku cuma merasa jika kau mau menikah. Demi kebahagiaanmu kelak. Seharusnya... menikah dengan seseorang yang sama sekali tak tahu masa lalumu”. Soo-jung jadi sedih. “Dulu di depan pintu rumah Kang In-wook menumpuk begitu banyak botol minuman. Kau sendiri juga lihat. Setelah kau pergi, In-wook setiap hari hidup dalam penderitaan. Akhirnya karena benar-benar terlalu sedih, dia pun pindah. Sifat seperti In-wook ini mana mungkin dengan mudah menerimamu”. Soo-jung benar-benar jadi sedih. “Lagipula, bagaimanapun hidupmu sudah dibuat kacau oleh Jung Jae-min. Perempuan tengik, kenapa kau begitu bodoh? Meski dia dengan tulus melamar padamu. Namun mungkin karena wanita itu menikah dengan Jung Jae-min. Karena itulah dalam kondisi kesal dia mengatakan ini padamu. Kau jangan percaya” kata Mixi sedikit kesal akhirnya. “Aku rasa memang begini” kata Soo-jung menyutujui pendapat Mixi yang terakhir.

“Suruh aku bekerja keras apa lagi? Bukankah sekarang aku sudah bekerja keras? Jadi aku mohon kalian jangan menggangguku lagi. Makanya siapa suruh dia pergi cari Soo-jung? Soo-jung pasti sangat marah baru membuangnya dengan sampah. Bukan, aku bukan bilang dia benar. Aku tahu.. aku sedang sibuk” kata Jae-min. Jae-min kesal saat ia berusaha serius bekerja ibunya menelpon menceritakan masalah Ibu Young-joo. Kakak Soo-jung datang ke kantor Jae-min. “Kau sudah datang? Masuklah! Sudah terbiasa dengan pekerjaanmu?”. “Sudah. Ada urusan apa kau mencariku?”. “Lee Soo-jung akhir-akhir ini sedang melakukan apa?”. “Soo-jung sekarang bekerja di biliard. Dan bekerja sampingan. Belakangan ini dia sangat sibuk”. Jae-min merasa prihatin. “Mohon tanya kau cari Soo-jung ada urusan apa?”. Tiba-tiba In-wook datang membawa laporan. Kakak Soo-jung langsung menyapanya dan berkata “Bukankah kau mau beradu teknik main dengan aku? Kabarnya kemarin kau ke sana”. Jae-min terlihat bingung mendengarnya. In-wook melihat reaksi Jae-min, menyerahkan laporan dan pergi dari sana. “Apa maksud perkataanmu tadi?”. “Pak Kang sekarang sedang berkencan dengan Soo-jung”. Jae-min kaget. “Dia sering pergi ke biliard tempat Soo-jung bekerja mencarinya”. Jae-min benar-benar tak percaya apa yang ia dengar (cemburu). “Pak Kang kelihatan agak arogan. Tapi masa kau tidak merasa dia setampan aku?”. “Kau keluar saja” kata Jaae-min kesal. Kakak In-wook bingung. “Aku suruh kau pergi kerja”. “Baik” kata kakak Soo-jung pergi setelahnya. Jae-min pusing, ia berfikir sejenak kemudian mengambil hpnya untuk menelpon Soo-jung tapi tak jadi takut ketahuan ayahnya kalau madih berhubungan dengan Soo-jung. Jae-min benar-benar pusing, tapi akkhirnya Jae-min memutuskan untuk menelpon Soo-jung tapi sayang hp Soo-jung tak dapat dihubungi. Jae-min pusing harus berbuat apa akhirnya ia memutuskan sesuatu dan pergi keluar dari kantornya.


Sebelum pergi ia melirik In-wook yang sedang bekerja, tapi kemudia dia tetap memutuskan pergi. Jae-min berpapasan dengan kakaknya. Kakaknya heran Jae-min sudah mau pulang kerja ia bertanya Jae-min mau pergi kemana. Tapi Jae-min tak peduli ia tetap pergi. Kakak Jae-min bingung dangan sikap Jae-min, ia lalu menyiapkan diri untuk berbicara dengan In-wook. “Sibuk tidak?”. In-wook berdiri akan memberi hormat. “Duduk..Pak Jung (Jae-min) mau kemana?”. “Aku tak tahu” jawab In-wook dingin. “Belakangan ini dia sangat serius bekerja bukan?”. “Ya”. “Proyek Balmoral itu...karena mau kau membantu Jae-min, aku menahan sakit memutasimu. Tak menyangka proyek itu tak bisa berjalan. Jadi aku harap kau bisa kembali menanganinya. Kau sudah mengerti?”. “Ya” kata In-wook sambil menunjukan sikap tak tertarik. “Berusahalah!”. In-wook melihat kakak Jae-min pergi dengan pandangan tajam.

Soo-jung sedang membersihkan tempat biliard. Tiba-tiba ada bunyi telepon, Soo-jung menerimanya ternyata itu dari In-wook. “hpmu kenapa tidak aktif? Rusak lagi?”. “Tidak”. “Makan malam bersama”. Tiba-tiba ada bunyi pintu terbuka, Soo-jung menoleh dan ternyata Jae-min datang kesana. Soo-jung kaget dan berbalik lagi. “Halo?”. “Ya”. “Aku bilang makan malam bersama”. “Baik”. “Tunggu aku, aku segera tiba”. Jae-min menunggu Soo-jung selesai telepon. “Halo...” Soo-jung ingin membatalkan karena takut In-wook bertemu Jaae-min di sana tapi telepon In-wook sudah putus. Soo-jung mengacuhkan keberadaan Jae-min dengan meneruskan bekerja. “Kenapa tidak menerima telepon?” Soo-jung diam tak menjawab. “Kau berkencan dengan Kang In-wook?” tanya Jae-min. Soo-jung tertawa mendengarnya. “Apa urusanmu?”. Jae-min ingin menjelaskan tapi tak jadi dan malah marah-marah. “Kenapa kau berpura-pura sok suci dan mengembalikan uang itu kepadaku? Begini membuatku serba sulit”. Soo-jung menoleh kearahJae-min. “Semua orang tahu. Ayah, ibuku, dan ibu Young-joo” teriak Jae-min. Soo-jung tertawa. “Asal kau menerima uang itu. Apa masih perlu bekerja di sini?”. “Jika kau bukan datang main bola, silakan pulang” kata Soo-jung dingin. Jae-min bingung. “Aku mau main!” teriak Jae-min. “Nona, berikan bolanya”. Jae-min menaruh jasnya dan memilih tongkat biliard. Soo-jung memberikan bola dengan kasar. “Nona” panggil Jae-min. Soo-jung menoleh kesal. “Beri aku minuman”. Soo-jung mengambil minuman dan meletakkan di meja kasar. Jae-min bengung harus bersikap bagaiman dengan Soo-jung.


In-wook datang ketempat biliard dan melihat Jae-min bermain biliard di sana. Soo-jung bingung. Jae-min kaget, tapi in-wook cuek saja dan mengampiri Soo-jung menanyakan jam berapa ia pulang. “Aku rasa segera”. Jae-min meneruskan permainan biliardnya. Ia melirik Soo-jung yang bersiap-siap pulang dan tak sengaja Soo-jung juga sedang memperhatikan Jae-min. Soo-jung langsung buang muka. In-wook melihat sikap Soo-jung terhadap Jae-min itu. Jae-min memandang kesal In-wook. petugas biliar pengganti Soo-jung telah datang. Soo-jung pergi bersama In-wook. In-wook menatap jae-min sebelum pergi. Jae-min kesal tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.


Soo-jung dan In-wook pergi minum di warung pinggir jalan. “Apakah aku masih tak bisa melupakan Jung Jae-min?”. Soo-jung sedikit kaget. “Dia sudah menikah”. “Maksudmu perasaamu terhadapnya masih ada?”. “Bagaiman dengan kau? Apakah kau sudah tidak mencintai nona Choi Young-joo lagi?”. “Tak ada yang perlu kukenang lagi”. “Kalau begitu kenapa masih sering bertemu?”. In-woo ktertawa. “Seharusnya masih mencintai dia bukan? Karena itulah kau baru melamarku. Karena kesal terhadapnya”. In-wook tersenyum. “Apa kau beranggapan begini?”. “Dalam kondisi begini, aku Cuma bisa berpikir seperti ini. Orang seperti Kang In-wook malah melamar wanita sepertiku. Tak peduli siapa yang melihatnya akan bepikiran begini”. “Bagaiman aku menggambarkan wanita sepertimu?”. “Sangat mudah. Yaitu wanita seperti aku”. “Miskin dan yatim piatu. Seorang wanita kasihan”. Soo-jung tertawa dan melanjutkan perkataan In-wook “Ditambah pendidikan tidak tinggi dan tidak punya pekerjaan bagus. Karena itulah dia ingin memancing seorang pria kaya. Untuk balas dendam kepada semua manusia di muka bumi ini. Namun dia belum berhasil balas dendam. Bolak balik seperti tikus yang menyebrangi jalan. Seorang wanitaa sial”. “Karena itulah kau sama sekali tidak tahu sebenarnya kau sendiri sangat menarik?”. Soo-jung kaget mendengar perkataan In-wook.

Jae-min dirumah berpikiran tidak-tidak tentang hubungan Soo-jung dan In-wook. Jae-min jadi kesal, sedih dan cemburu karenanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar