Sabtu, 22 Mei 2010

Memories Of Bali episode 16

Jung Jae-min yang berpapasan dengan Kang In-wook di koridor tiba-tiba berteriak memangkil In-wook. Saat In-wook berhenti dan berbalik melihat Jae-min, Jae-min berkata agar In-wook melupakan saja dan pergi setelahnya. Kali ini In-wook yang memnggil Jae-min. Jae-min sedikit malas menoleh kearah In-wook. “Kita punya waktu untuk berbincang-bincang tidak?”. In-wook pergi tanpa mendengar jawaban Jae-min. Jae-min menyusul In-wook di ruang rapat. In-wook yang sudah menunggu lanngsung memukul Jae-min begitu ia masuk ruang rapat itu. Jae-min terjatuh. “Jung Jae-min. Bukankah sebelumnya sudah kuperingatkan? Suruh kau jangan sembarangan kasihan kepada orang. Jika kau berani mempermainkan Soo-jung lagi. Aku akan membuatmu mati susah”. In-wook pergi, Jae-min masih terdiam di lantai


Soo-jung sedang sakit dan dirawat Mixi di rumahnya. Mixi berkata “Orang yang jarang flu malah sakit separah ini”. Mixi juga marah kepada orang-orang yang memukul Soo-jung hingga terluka parah seperti ini. Tapi meskipun kesal pada orang-orang Mixi tetap heran kenapa Soo-jung tidak membawa pergi pakain-pakain yang sudah di belikan Jae-min beberapa stel saja. “Sebenarnya Jung Jae-min kasihan juga. Kenapa dia bisa jatuh cinta pada wanita sepertimu?”. Mixi bertanya apakah Soo-jung akan kembali kesana, ia merasa Soo-jung sudah berani mengambil langkah untuk tinggal dengan Jae-min sehaarusnya ia bisa bertahan hingga akhir. Ia juga berkata “Kau memilih pergi kesana itu berarti kau juga terpikat oleh Jung Jae-min. Betul tidak? Maukah kau mengubah nafsumu menjadi cinta?”. Soo-jung tidak senang mendengarnya dan menatap Mixi tajam. Mixi mengalihkan pembicraan ia berkata ia akan memerankan sebuah akrakter hari ini dan berjanji akan mentraktir Soo-jung makan setelah mnedapat honor. Soo-jung ikut senang mendengarnya. Mixi meninggalkan Soo-jung agar istirahat. Tapi ia tak bisa ia teringat kata-kata Jae-min saat mengucapkan alasan mencintai dirinya. Ia juga teringat perkataan In-wook yang berkata ia rindu kepadanya.

Youung-joo mencoba menelpon hp Soo-jung tapi tak bisa. Ibu Jae-min kesal karena Soo-jung tak berangkat kerja. Ibu Jae-min lalu bertnaya apakah kemarahan ibu Young-joo sudah reda. Young-joo berkata tidak mungkin amarah ibunya reda sebegitu cepatnya. Ibu Jae-min lalu berkata saat itu pasti ibu Young-joo sedang sedih denga nnasib putrinya karena tidak mungkin orang seanggun ibu Young-joo hilang kendali seperti kemarin. Ibu jae-min juga bertanya apa In-wook adalah laki-laki yang dulu berhubungan dengan Young-joo. Young-joo tidak menjawab. Ibu Jae-min berkata bahwa suaminya jarang mengundang pegawai makan di rumah sehingga ia merasa In-wook adalah orang yang berguna bagi perusahaan. “Aku bisa memahammi suasana hati Jae-min. Kenapa dia mengatur tempat tinggal untuk perempuan seperti itu” katanya lagi. Young-joo tak tahan disalahkan ia berpura-pura sedih dan berkata “Ibu. Aku takut kau salah paham, karena itulah sangat berhati-hati. Aku juga takut merusak hidup seseorang. Karena itulah sebenarnya aku tak mau mengungkit hal ini. Orang itu sejak masih kuliah sudah menddekatiku karena kekayaan keluargaku. Aku pikir sebaiknya aku jelaskan hal ini pada ibu. Aku tak menyangka dia selalu muncul di antara aku dan Jae-min. Saat aku masih muda dan belum matang, lalu berkencan dengan dia. Dia memakainya sebagai alat untuk mengancamku. Aku pergi ke Jakarta bermaksud menyelesaikan masalah ini. Dia menegtahui berita tunangan kami dari koran, menelpon aku. Karena takut keluargaku tahu. Tadinya berencana membatalkan pernikahan ini. Dan foto yang kau tunjukkan apdaku dulu. karena kurang hati-hati dipaksa keluar”. Young-joo lalu menangis untuk lebih meyakinkan, ibu Jae-min jadi bingung melihatnya dan bertanya apa yang bisa ia lakukan. Young-joo ia juga tak tahu haru serbuat apa. Ibu Jae-min mencoba menenangkan dan berkata bahw ia sudah tahu harus berbuat apa. Young-joo berterima kasih. “Sudah, jangan menangis lagi. Anak manis, jangan menangis lagi” (HUWEEK). Young-joo menghapus air matanya. Ibu Jae-min sibuk mengangkat tepon yang mask kegaleri dan ia marah karena telepon itu salah sambung. Ia lalu menyuruh Young-joo untuk menlpon nona wang agar ia mau bekerja di galeri lagi. Young-joo menurut dan tidak lagi meunjukan sikap sedih. Ibu Jae-min meliriknya curiga. Young-joo melihat ibu Jae-min yang memperhatikannya, ibu Jae-min pura-pura marah karena Jae-min tak kunjung datang.


Sementara itu dikantor Jae-min seperti orang kebingungan memegangi hpnya (sepertinya tadi yang menelepon ke galeri adalah Jae-min yang sedang mencari Soo-jung). Asisten Jae-min datang memberi laporan tentang proyek yang dikerjakan In-wook. Tapi asisten Jae-min berkata sebaiknya Jae-min langsung bertanya kepada kakaknya karena proyek ini benar-benar rahasia sehingga hanya kakak Jae-min dan orang-orang kepercayaannya yang tahu. Jae-min tersenyum mendengarnya. Asisten Jae-min lalu memberitahu bahwa nyoya direktur dan pak direktur terus mencarinya. Ia menyarankan Jae-min untuk menelepon mereka, tapi Jae-min tak mau ia menyuruh asistennya untuk mengatakan kalau dia tidak ada. Asisten Jae-min mersa tidak enak karena ia terjepit diantara majikan-majikannya. Saat asisten Jae-min mau pergi, ibu Young-joo datang.

Jae-min kaget dan sedikit takut melihat kedatangan ibu Young-joo kekantornya. Ibu Young-joo berkata kalau ia tak peduli denagn pandangan orang lain tentang kedatangannya, tapi ia berkata waktu memegang peranan penting dalam masalah seperti ini. Ia bekata Jae-min pasti sudah tahu apa yang ia maksud. Jae-min hanya diam dan sedikit bungung harus berkata apa. “Apa renacanamu?” tanya ibu Young-joo. Jae-min kaget. “Sebenarnya sekarang kau mau menikah atau tidak?”. “Bukankah sedang dilaksanakan?”. “Kalau begitu... jangan menemui gadis itu lagi!”. Jae-min kaget ibu Young-joo mengetahui masalah tentang Soo-jung. “Aku sudah katakan dengan jelas padanya. Karena itulah kelak dia takkan mengganggumu lagi. Dan hal ini, aku sudah bicarakan dengan ibumu bahwa selesai sampai disini saja. Kau sudah mengerti?”. Jae-min masih bingung dan tak percaya ia hanya mengedipkan mata. Ibu Young-joo meminta jika sian itu Jae-min tidak ada acara ia akan menyuruh Young-joo datanng kesana. Ibu Young-joo pulang, Jae-min mengantarnya. Ia berpapasan dengan In-wook, ia terus berjalan tapi ia juga terus memperhatikan In-wook. In-wook merasa ada yang tidak beres dengan kedatangan ibu Young-joo kekantor Jae-min.


Young-joo pergi minum dengan Jae-min. Ia berkata ibunya telah berbaik hati memaafkan Jae-min sehingga ia meminta Jae-min untuk tidak membuat cemas ibunya lagi. Ia juga memberitahu bahwa Lee Soo-jung hari ni tidak kerja dan tidak dapat dihubungi. “Setelah mengalami hal memalukan itu. Tentu dia takkan tinggal di tempatmu lagi bukan?”. Jae-min hanya diam dan terus memandang keluar. “Kau mana boleh bertindak seceroboh ini? Karena perbuatanmu, apa kau tahu berapa banyak orang yang terluka? Lee Soo-jung juga salah satunya. Dia menjalani hidupnya dengan serius. Kau malah membuat dia mengalami sebuah mimpi tak nyata. Dia akan dibuat bingung. Kau kira menyembunyikan dia lalu tak ada yang akan tahu? Kalau begitu hidupnya dianggap apa? Tentu kau bukan jatuh cinta padanya?”. Jae-min menoleh dan tersenyum. “Kau mau keluar jalur, tak masalah. Tapi harus ada batas. Dan jika kelak mau keluar jalur, mohon pilihlah yang lebih pantas. Jika tidak, aku akan lebih marah”. Jae-min seperti sadar sesuatu. “Kenapa?”. “Terima kasih atas nasehatmu! Aku akan ingat!” kata Jae-min sebelum pergi. Young-joo bingung dengan sikap Jae-min.


Jae-min kembali ke apartement rahasia. Ia melihat kedalam dan sedih karena Soo-jung sudah tidak ada disan lagi. Tiba-tiba hp Jae-min berbunyi tapi ia malah mematikan hpnya. Ia lalu berjalan mengambil hp Soo-jung yang ia buang kemarin. Ia melihat kelemari dan menemukan bahwa pakaian yang ia belikan tidak dibawa Soo-jung pergi. Ia jadi teringat kata-katnaya yang membairkan Soo-jung pergi begitu saja. Ia menyesal kemudian ia pergi dari sana.

In-wook pulang kerja, ia menyempatkan diri untuk mengetahui keadaan Soo-jung terlebih dahulu. Ia mengetok pintu rumah Mixi dan memanggil Soo-jung, tapi tak ada jawaban. In-wook mendapati rumah Mixi tak dikunci ia langsung masuk dan melihat Soo-jung sedang sakit. In-wook langsung panik dan merawat Soo-jung. Soo-jung ingin berdiri tapi ia tak kuat. In-wook mengambil air dingin dan membuka baju luar Soo-jung untuk mengompresnya. Soo-jung sebenarnya menolak tapi ia tak sanggup melawan.

Jae-min datang ke rumah Soo-jung, ia melirik rumah In-wook yang masih gelap. Jae-min mencoba mengetuk pintu meski awalnya ragu. Panas Soo-jung sudah mulai turun, In-wook lega karenanya. Tapi ia kemudian mnedengar bunyi ketukkan pintu dan mendengar panggilan Jae-min. In-wook tersenyum dan keluar menemui Jae-min. Jae-min kaget melihat In-wook di sana. “Kenapa kau bisa keluar dari rumahnya?” kata Jae-min kesal. “Bukankah aku sudah memperingatkanmu? Kau sudah lupa?”. “Lalu?”. “Pergi!” kata In-wook sambil mendorong Jae-min. “Kelak kau tak boleh muncul di sekitar sini lagi! Pergi kau” kata In-wook sambil mnedorong Jae-min pergi. Jae-min membalas dengan memukul In-wook. “Dengarkan baik-baik! Lee Soo-jung adalah wanitaku! Kau jangan merusak hubungan kami lagi!”. Jae-min menuju rumah Soo-jung tapi In-wook bangkit dan membalas pukulan Jae-min. “Lalu kau bisa mempermainkan dia seperti ini? Atas dasar apa kau suruh dia menanggung hal ini?”. Soo-jung keluar setelah mendengar ribut-ribut. “Jangan memakai uangmu yang busuk itu. Untuk mempermainkan wanita kasihan ini lagi!”. Soo-jung kaget mendengar perkataan In-wook, Jae-min baru menyadari Soo-jung ada di sana. “Ada urusan apa?” kata Soo-jung. In-wook kaget Soo-jung keluar. Jae-min mnedekati Soo-jung. “Kau mana yang sakit?”. “Untuk apa kemari?”. “Kita bicara di luar”. “Bicara di sini saja”. Jae-min sebenarnya tidak enak karena In-wook ada di sana. “Hari ini aku datang kemari karena mau minta maaf”. “Taka da yang perlu minta maaf. Kau sudah berbuat banyak untukku. Aku benar-benar berterima kasih padamu”. “Aku bersalah padamu”. “Tidak. Akulah yang bersalah padamu. Seharusnya aku tidak berbuat begini”. “Pemikiaranku terlalu simpel. Rumah itu tak ada yang tahu. Kau setiap saat bisa pindah ke sana”. In-wook kaget, Soo-jung tersenyum mendengarnya. “Oh ya, dan ini” Jae-min mengembalikan hp Soo-jung kembali. “Aku akan meneleponmu” kata Jae-min sebelum pergi. Soo-jung masuk kedalam rumah kembali tapi In-wook tiba-tiba bertanya. “Dia bersalah apa terhadapmu? Dan terima kasih untuk apa?”. “Tak ada apa-apa” kata Soo-jung sebelum masuk. In-wook tersenyum. Soo-jung keluar lagi dengan membawa barang-barang In-wook. In-wook menerimanya dengan kesal. “Hari ni terima kasih sekali”. “Terima kasih untuk apa?” kata In-wook dingin. “Terima kasih kau menjaga seorang wanita yang demi uang rela dipermainkan”. Soo-jung masuk rumahnya, In-wook terdiam mendengar ucapan Soo-jung tadi. Soo-jung berbaring sambil memikirkan pernataan In-wook tentang dirinya. In-wook masuk rumahnya kesal dan sepertinya menyesali ucapannya.



Di rumah orang tua Jae-min. Ibu Jae-min bertanya kepada kakak Jae-min tentang In-wook. ia bertanya apakah presatasi In-wook benar-benar bagus. Kakak Jae-min berkata bahwa In-wook bukan orang biasa dan ia juga mneyerahkan hal-hal penting pada In-wook. Ibu Jae-min kahawatir akan hal terebut. “Aku akan berhati-hati” kata kakak Jae-min. Ibu Jae-min kaget kakak Jae-min bisa mempercayai seseorang. “Sejak dulu jika mau berhasil, pengorbanan tak bisa dihindari. Tantu kau tahu. Alat pengorbanan tetap diperlukan”. “Alat pengorbanan?” tanya Ibu Jae-min senang. “Kenapa?”. “Tidak”. Ibu Jae-min lalu pergi.

Pagi harinya In-wook berangakat kerja, ia melirik rumah Mixi tapi kemudian berjalan pergi. Soo-jung keluar rumah mau pergi, In-wook berbalik. “Sudah merasa lebih baik?”. “Ya, aku sudah taka apa-apa”. “Kau mau pergi kerja?”. “Ya. Kau mau kemana?”. “Aku amu pergi kerja”. In-wook kaget “Kerja?”. “Aku jalan dulu”. In-wook hanya terdiam tak percaya.

Soo-jung berangkat kerja di galeri. Ia takut-takut masuk, tapi kemudian memberanikan masuk. “Kami belum buka” kata seorang pegawai wanita yang sedang membersihkan lantai. Soo-jung kaget melihat wanita itu, ia bertanya apa Young-joo sudah datang. Tapi tiba-tiba Young-joo ada disana. Young-joo menyuruh pegawai tadi pergi membersihkan lantai toilet dulu. “Ada urusan?”. “Sudah dapat orang?”. “Orang yang mau bekerja di galeri kami sangt banyak. Gajim waktu kau bekerja disini aku akan hitung kemudia tranfer kepadamu”. Soo-jung merasa terhina ia menatap Young-joo tajam. “Kenapa? Apa yang ingin kaukatakan lagi?”. “Tidak”. “Oh ya. Apa kau sudah pindah?”. “Apa hubungan denganmu?”. “Apa”. “Kau kan bukan istri Jung Jae-min”. “Apa?”. “Kau tak tahu masa depan kalian akan seperti apa”. Young-joo tertawa “Kenapa kau berubah jadi begini? Kau benar-benar kasihan. Aku kira kau Cuma tak tahu malu. Rupanya kau juga tak tahu diri”. “Tak tahu malu? Aku lebih baik daripada ka yang tak ada urusan Cuma keluar masuk rumah.. Kang In-wook. Setidaknya aku tak punya tunangan”. Young-joo kesal tak percaya apa yang ia dengar. Soo-jung di luar menatap kembali kedalam dengan perasan kesal juga.



Soo-jung kembali ke apartement rahasia, ia berdandan cantik memilih baju bagus. Kemudian mengambil hpnya. Ia menekan angaka 2 tapi ia kemudian menutupnya ia bingung (Berubah jadi nomor In-wook). Ia lalu menekan angka 1 dan tersenyum melihat nomor yang muncul (nomornya Jae-miin) dan melanjutkan teleponnya. Jae-min yang sedang istirahat dikantornya terbanngun mendengar bunyi telepon. Ia mnegambil hpnya dengan malas-malasan, tapi setelah mengetahui siapa yang menelpon ia jadi bingung dan panik. Sangking paniknya ia tidak sengaja menutup teleponnya. Ia membuka lagi teleponnya dan berkata “Halo... halo..”. Tapi telepon sudah mati. “Kenapa begini?” kata Jae-min menyesal. Ia berfikir sejenak lalu menekan angka 1 di hpnya (nomor Soo-jung), ia kaget karena langsung terhubung. Ia menengkan diri dan berkata “Halo.. tidak. Katakan. Makan malam? Tidak. Aku tak ada janji dengan orang. Kalau begitu bertemu dimana? Baik sampai jumpa malam”. Jae-min kaget dan tak percaya Soo-jung meneleponnya untuk mengajak makan malam. Jae-min bahagia, ia lalu menelpon asistennya dan meminta ia membatalkan semua janjinya malam itu. Jae-min pulang dengan perasaan gembira. In-wook merasa ada sesuatu tapi ia terus mneruskan kerjaannya.





Jae-min tiba di restoran, ia kaget melihat Soo-jung berdandan cantik untuk bertemu dengannya. Jae-min menghampiri Soo-jung dan bertanya pa ia sudah lam menunggunya. “Aku baru tiba” kata Soo-jung. “Mau makan apa?” tanya Jae-min sambil melirik Soo-jung senang. Setelah selesai makan mereka ngobrol sambil minum anggur. “Tadi pagi aku ke galeri” kata Soo-jung. Jae-min tersedak karena kaget. “Benarkah? Kenapa?” tanya Jae-min hati-hati. “Tadinya aku berencana bekerja sampai galeri dapat pengganti”. “Tidak terjadi apa-apa bukan?”. “Ya”. In-wook lembur sendiri di kantor tapi ia terus memikirkan apa yang membuat Jae-min begitu senang. Ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan terus bekerja. Tiba-tiba ada bunyi telepon. “Halo. Hai, aku sudah terima. Karena terlalu serius bekerja, akhirnya aku dicampakkan. Kau mau memperkenalkan kepadaku? Oke. Aku akan mengontakmu lagi. Oke. Jaga dirimu baik-baik” Kata In-wook saat menerima telepon dari rekannya di luar negeri. “Bolehkah.. tolong carikan pekerjaan untuk kakakku? Dia hampir 30 tahun, hingga kini belum menikah. Juga tak punya pekerjaan yang benar. Dia seusia Kang In-wook. tapi kenapa beda begitu jauh? Benar-benar memalukan”. Jae-min tidak senang mendengar nama In-wook. “Sekarang dia menjadi kasir di biliard” lanjut Soo-jung. “Atas dasar apa kau mohon aku membantu kakakmu cari kerja?. “Apa?”. “Masa aku melakukan hal yang berssalah padamu?”. “Apa aku melakukan keselahan?”. “Sebelumnya demi kau, aku harus mengatur kerja untuk gelandangan. Untuk menghilangkan bau di dalam mobilku. Berapa lama aku mencuci mobil. Apa kau tahu?” . “Aku sama sekali tidak minta kau membantu Young Ye-tai cari kerja”. “Dan sejak awal kau suruh aku membantumu cari kerja. Jika tidak, pasti minta uang padaku. Kau anggap kau sangat cantik bukan? Dan sangat-sangat cantik. Jika tidak, kau mana berani berbuat begini terhadapku?”. “Tak mau ya sudah!” kata Soo-jung sedikit kesal. Soo-jung menuangkan anggur di gelasnya, tapi Jae-min mencegahnya dan menuangkannya untuk Soo-jung. Itu berarti Jae-min setuju membantu Soo-jung, Soo-jung tersenyum karenanya.

“sedang menyusun rencana mendirikan perusahaan fiktif? Rinciannya nanti kita bicarakan lagi. Ya. Beritahu aku apa permintaan kalian. Oke, aku menunggu kalian” kata In-wook ditelepon dengan teman luar negerinya. In-wook mencoba menyelesaikan pekerjaannya tapi ia teringat perkataan Soo-jung kemarin malam. In-wook pusing dan tiba-tiba ia mengingat sesuatu. Jae-min dan Soo-jung meminum anggur sampai mabuk. “Seharusnya aku tidak pergi ke Pulau Bali. Jika tidak, takkan bertemu Kang In-wook. Juga takkan bertemu Lee Soo-jung” kata Jae-min yang mulai berbicara ngelantur. “Betul, tidak salah” kata Soo-jung membenarkan. “Aku merasa hidupku sejak dari Pulau Bali mulai terikat menjadi simpul. Itlah anggapanku” .”Aku juga anggap begitu. Tapi aku tetap merasa hari-hari di sana lebih bahagia. Waktu tinggal di sana setidaknya masih ada impian” Kata Soo-jung senang mengenang masa lalunya. “Apa?”. “Ditempat yang tidak banyak penghuni, mendirikan sebuah hotel kecil”. “Benarkah? Sekarang kau juga bisa mengejar impian ini”. “Benarkah”. “Tentu. Tunggu”. Jae-min mencari hpnya dan menghubungi asistennya. “Halo. Ini aku. Tadi kau bicara sampai dimana? Pulau Bali. Tolong cari apakah di Pulau Bali ada hotel yang bagus?”. Soo-jung senyum-senyum mendengar Jae-min mencarikan hotel untuk dirinya. “Bukan. Aku tak perlu membuat perjanjian. Aku mau mengambil alih. Tunggu. Kau mau berapa buah kamar?”. “10 atau 20 pun boleh” kata Soo-jung senang. “10 sampai 20 kamar pun boleh. jika ada yang lumayan segera menelponku”. Tiba-tiba pelayan datang memberitahu bahwa mereka akan tutup. Jae-min melihat sekitar sudah tidak ada orang di sana. Tapi mereka meneruskan Minum-minum.




In-wook berlari pulang menuju rumahnya. Begitu samapai ia mengetok rumah Mixi, tapi ia mendapati rumah itu terkunci. Jae-min membawa Soo-jung pulang ke apartement rahasia. Ia mengajak Soo-jung minum-minum lagi. In-wook mencoba untuk menerusakan pekerjaannya di rumah, tapi tak bisa ia mengambil teleponnya dan mencoba menghubungi Soo-jung tak jadi. Jae-min kesal acara minum-minumnya diganggu sura telepon. Soo-jung mencoba mengangkat telepon dan menyuh Jae-min untuk diam. “Halo, selamat malam”. “Ini aku” . “Tuan Kang In-wook, ada urusan apa?”. “Siapa? Kang In-wook? Tutup!” teriak Jae-min. In-wook mendengar suara Jae-min, ia jadi kawatir. “Kau ada di man?”. “Sini..Sini... sebenarnya bukan milik aku. Rumahku”. Jae-min kesal Soo-jung menerima telepon dari In-wook. “Cepat pulang!”. Soo-jung bingung, Jae-min merampas hp Soo-jung dan berkata “Kau jangan menelepon kemari lagi!”. Jae-min menutup hp itu dan membantingnya karena kesal. Jae-min meminta Soo-jung melanjutkan acara minum-minumnya. Soo-jung meminum minuman itu dan sepertinya ia sedikit sadar dan ragu atas apa yang ia tengah lakukan. In-wook tidak percaya Soo-jung berada dengan Jae-min, ia merasa kawatir dan kemudian pergi mencarinya. In-wook kelauar rumahnya tapi ia sadar tidak tau harus mencari kemana, ia lalu mengetok rumah Mixi. Ia memanggil-manggil Mixi panik tapi mixi tak ada. “Mohon tanya ada urusan apa?” kata Mixi yang baru datang. “Rumah itu ada dimana?” tanya In-wook langsung.

Soo-jung menghabiskan minumannya dan pamit pulang. Tapi Jae-min mencegahnya dengan menggenggam tangan Soo-jung dan menyuruhnya untuk tetap duduk. Jae-min memegang tangan Soo-jung dan berkata “Lee Soo-jung.. aku.. aku ingin memilikimu”. Soo-jung kaget dan memandang Jae-min. “Semuanya! Aku mau kau gembira. Mau membuatmu bahagia. Mau membuatmu tertawa. Aku setiap hari memikirkan hal ini. Namun kehidupan nyata malah kebalikannya. Soo-jung, tahukah kau? Karena akulah kau dipukul. Diusir. Atau sedih”. “Aku pulang” kata Soo-jung sambil berdiri. Tangan Jae-min masih menggenggam tangan Soo-jung, ia memegang tangan yang lainnya dan memohon agar Soo-jung jangan pergi. “Maaf”. “Maaf untuk apa..”. “Semuanya. Semula aku kira sini Cuma sebuah taman rahasia. Saat itu aku benar-benar bingung. Karena itulah saat kau dengan mudah memberiku uang yang banyak. Mengatur pekerjaan untukku. Dan membantuku menemukan Young Ye-tai. Karena itulah aku dengan naif mengira aku telah memancing seekor ikan besar. Meski aku sangat berterima kasih kepadamu. Namun aku tidak merasa bersalah padamu. Bagiku ini merupakan hal yang bahkan tak pernah muncul di dalam mimpiku. Namun bagimu, ini bukan apa-apa. Karna itulah sifat tamakku pun muncul. Aku anggap kau melakukan hal itu karena kau terpikat olehku. Dulu... saat kau bertindak sembarangan terhadapku, aku malah merasa rileks”. Soo-jung menangis, Jae-min berdiri mengahapus air mata Soo-jung. Soo-jung melihat Jae-min yang juga menangis. “Aku tidak menyerahkan hatiku kepadamu. Karena mau mempertahankan harga diriku yang terakhir”. “Tak apa” kata Jae-min. Jae-min mencium Soo-jung.




In-wook naik taxi ke alamat yang diberikan oleh Mixi. In-wook terus berfikir di dalam taxi namun tiba-tiba ia minta diantar pulang. In-wook sedih karena merasa sudah terlambat. Soo-jung tetap tinggal di apatement rahasia. Jae-min senang dan mengajak Soo-jung untuk bermain ski atau mandi di sumber ai panas. Tapi Soo-jung hanya diam dan meminta dantar pulang. “Kenapa? kau marah?”. “ Tidak ”. “Baiklah, kuantar kau pulang”. In-wook sampai di rumahnya, ia teringat perkataan Young-joo tentanng hubungan mereka yang tak mungkin dan kata-kata bahwa Young-joo bisa mencampakan In-wook, tapi In-wook tidak boleh mencampakkan Young-joo. Ia juga teringat perkataan Young-joo yang memberitahu bahwa ibu Jae-min sudah mengetahui hubungan mereka dan kemungkinan dia akan disingkirkan. In-wook teringat perkataan Jae-min yang menganggap ia bukan apa-apa. Dan pernyataan Jae-min adalah wabitanya. In-wook tertawa mengingat itu. Tiba-tiba ia mendengar perkataan Soo-jung dengan Jae-min di luar. Soo-jung dan Jae-min pamitan dengan baik-baik. In-wook merasa ada sesuatu yang telah terjadi. Ia menangis karenanya.


Soo-jung masuk rumah hati-hati takut membangunkan Mixi. Tapi Mixi sudah terbangun, ia bertanya apa Soo-jung bertemu dangan Kang In-wook. Soo-jung kaget. Mixi memberitahu bahwa In-wook pergi mencari Soo-jung. Soo-jung tambah kaget. Soo-jung memandang sedih ke arah rumah In-wook.

Pagi harinya kakak Soo-jung datang ke kantor Jae-min membawa data pribadinya. Jae-min bertanya kenapa kakak Soo-jung sampai di penjara. Kakak Soo-jung mencoba menjelaskan, tapi tiba-tiba Jae-min tidak tertarik. Tapi kakak Soo-jung tetap berusaha menjelaskan karena ia merasa yakin bahwa dirinya tidak bersalah. Jae-min tidak tertarik dan menyuruh kakak Soo-jung diam. Kakak Soo-jung kecewa. Jae-min lalu bertanya tentang pendidikan kakak Soo-jung yag hanya lulusan SMP. Kakak Soo-jung mencoba bercerita untuk menjelaskan lagi. Tapi lagi-lagi Jae-min tak tertarik. Jae-min menanyakan setelah orang tua mereka meninggal apa mereka hanya hidup berdua. Kakak Soo-jung menjelaskan bahwa setelah orang tua mereka meninggal sebenarnya ia tinggal dengan famili mereka tapi kemudian mereka mengirim ke panti asuhan. Saat tinggal di sana Soo-jung selalu mengeluh bahwa makan di sana selalu tak bisa kenyang. Kali ini Jae-min mendengarkan penjelasan kakak Soo-jung dengan serius. “Karena itulah saat dia berusia 11 tahun aku membawanya pergi dari sana” kata kakak Soo-jung mengakhiri ceritanya. Jae-min tidak menyangka hidup Soo-jung begitu menderita. Jae-min menyuruh asistennya masuk. Asisten Jae-min masuk dan heran melihat seseorang berpakaian tidak rapi berdiri disana. Jae-min meminta asistennya mengatur pekerjaan digudang untuk kakak Soo-jung. Asisten Jae-min kaget. Jae-min menatapnya tajam. Asisten Jae-min akkhirnya tahu dan tidak bertanya lebih lanjut. Kakak Soo-jung beanar-benar senang ia diterima bekerja di sana. Saat keluar kakak Soo-jung berpapasan dengan In-wook. ia bercerita bahwa ia diterim bekerja disana juga. In-wook heran, ia memandang ke ruangan Jae-min penuh curiga.

Saat di lift asisten Jae-min bertanyaapakah benar laki-laki yang bersamanya adalah kakak kandung Lee Soo-jung. Kakak Soo-jung mencoba menarik wajahnya agar terlihat mirip. Asisten Jae-min hanya mencibir. Kakak Soo-jung dengan polos bertanya apa hubungan Soo-jung dangan eksekutif muda tadi sehingga ia dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Asisten Jae-min mencibir lagi. Tiba-tiba pintu lift terbuka Young Ye-tai masuk dengan beberapa karyawan wanita dan seperti biasa ia menceritakan bisnisnya yang terganjal di bea cukai. Kakak Soo-jung mengenali Ye-tai, ia menarik baju Ye-tai dan berteriak senang bahwa ia telah menemukannya. Tapi Ye-tai malah mengigit tangan kakak Soo-jung dan mencoba melarikan diri. Kakak Soo-jung berlari mengejarnya. Asisten Jae-min bingung.

Jae-min menelpon Soo-jung dan berkata ingin bertemu karena ia sudah benar-benar rindu ingin bertemu. In-wook masuk ke ruang Jae-min dan mendengar perkataan Jae-min tadi. In-wook tau Jae-min sedang erbicara dengan Soo-jung. Dengan dingin ia menyerahkan laporan pada Jae-min. Jae-min menutup telepon dan memeriksa laporan yang di bawa In-wook. Jae-min juga bertanya proyek apa yang sedang In-wook kerjakan dnegan kakaknya. “Kalau begitu seharusnya kau tanya dengan pak Jung” kata In-wook dingin. Jae-min tertawa, ia menandatangani laporan In-wook dan melemparnya ke In-wook. In-wook dengan kesal mengambilnya. Jae-min menelpon Soo-jung lagi. In-wook berdiri didepan pintu ruang kantor Jae-min tersenyum licik.


Soo-jung sedang berteleponan dengan Jae-min ia berkata bahwa ia juga rindu dengan Jae-min. Mixi mendengarnya tak percaya. Setelah Soo-jung selesai bertelepon Mixi berkata “Tuhan, kau sudah gila. Aku juga sama, rindu padamu. Sungguh tak menyangka perkataan menjijikan ini kau pun mampu mengucapkannya. Aku rasa seharusnya kau yang menjadi artis saja. Saat perhatianmu dipusatkan pada Jung Jae-min. Seharusnya aku turun tangan pada In-wook. anggap diriku sudah gila. Kemudian jatuh ke dalam pelukan In-wook. jika tidak, berpura-pura mabuk. Kenudian jatuh dalam pelukannya. Bahagia sekali. Namun dia tak mau memberiku kesempatan”. Mereka berdua lalu mendengar suara dari rumah In-wook, mereka kahwatir ada maling dan pergi melihatnya. Ternyata ada oranng-orang yang sedang membereskan rumah In-wook untuk pindah rumah. Soo-jung an Mixi kaget mendengar penjelasan tukang-tukang itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar