Minggu, 23 Mei 2010

Memories Of Bali episode 17

Asisten Jae-min datang terburu-buru ke ruangan Jae-min. Jae-min sedang berkemas-kemas untuk pulang. Tapi asistennya berkata bahwa pak direktur sedang mencarinya. Jae-min menyuruh asistennya berkata bahwa ia sudah pulang. Asisten Jae-min berkata agar Jae-min menemui pak direktur di rumah. Jae-min heran dan bertanya apa yang sedang terjadi. Asistennya mnejelaskan bahwa hari ini sepertinya ada yang kurang normal terjadi. Jae-min menghela nafas dan berkata ia sudah tahu apa yang terjadi. Asisten Jae-min memperingatkan bahwa Jae-min harus segera pulang. “Aku sudah bilang aku tahu!” teriak Jae-min kesal. Jae-min berfikir sebentar, lalu ia menelepon Soo-jung dan berkata “Ini aku. Hari ini mungkin kita tak bisa bertemu”.

Ibu Jae-min melihat apartement rahasia anaknya bersama asisten Jae-min. “Barang-barang di sini buang semua! Dan selesaikan rumah ini”. “Baik. Nyonya”. “Ingat, kelak apa yang dipesan Jae-min. Tanpa izin dariku, tak boleh melakukannya. Jika tidak, kau yang akan kutanya!”. “Baik, Nyonya”


Jae-min di pukul ayahnya hingga babak belur. “Jika kau betul mencintai gadis itu.. jangan tamui dia lagi. Jika aku mendengar hal itu lagi, kau akan kubunuh dulu! kemudian mencari gadis itu. Biar kalian berdua menjadi (sepasang belibis senasib)” ancam ayah Jae-min. Jae-min menangis di lantai.



Soo-jung terdiam di depan rumah sambil memegang hpnya. Mixi bertanya kenapa Jae-min belakangan ini tidak menelpon Soo-jung. “Dia sedang sibuk? Apa kallian sudah berakhir? Kenapa kau? Tak ada hal yang berjalan lancar. Suara pintu terbuka mengagetkan Soo-jung dan Mixi mereka menoleh ke rumah In-wook tapi yang ke luar bukan In-wook melainkan penghuni baru. Penghuni baru itu melihat mereka dan terus pergi. “Siapa orang itu? In-wook ku sekarang ada di man dan sekarang melakukan apa?” kata Mixi sambil membayangkannya. Soo-jung juga membayangkan hal itu. Di tempat lain In-wook sedang melakukan perjodohan dengan wanita.


Malam harinya Soo-jung berusaha menelepon Jae-min, tapi hp Jae-min tidak aktif. Soo-jung kesal. Di kantor para Karyawan bergosip bahwa Jae-min sebelum pergi bertamasya beberapa hari telah dipukuli dengan tongkat golf hingga parah oleh ayahnya. Mereka juga berkata bahwa hal itu di sebabkan karena gadis resepsionis yang dulu itu. “Karena dia memelihara gadis itu ketahuan. Lalu mereka bertengakar. Kau dengar dari siapa?”kata seorang pegawai wanita. “Pak Jin(asisten Jae-min)” jawab seorang pegawai pria. “Karena itulah kita baru ada gosip yang tak pernah habis sebagai hiburan” lanjutnya. Mereka tertawa. “Kapan kita rayakan di rumah barumu?” tanya seorang pegawai wanita pada In-wook yang seolah-olah terus bekerja padahal ia tadi juga mendengar gosip itu. “Tergantung kalian”. “Dulu kau naik pangkat, kami sudah mengampunimu. Dari pada memilih hari, lebih baik hari ini saja”. “Baik hari ini”. “Asik..Bisa minum. Nanti kita minum sampai puas”.

Tiba-tiba telepon berbunyi, In-wook mengangkatnya. In-wook meminta maaf kepada temannya karena hari ini Pak Jung (Kakak Jae-min) mencarinya. In-wook pergi kekantor kakak Jae-min. “Kau puas dengan gadis yang dijodohkan untukmu itu?” tanya kakak Jae-min. “Kau bisa mempertimbangkannya dengan serius. Latar belakng keluarganya lumayan. Dia juga cerdas. Kariernya bagus. Bukankah pria zzaman sekarang suka wanita yang bisa cari uang?” lanjutnya. In-wook hanya diam. Kakak Jae-min lalu bertanya tentang rumah baru In-wook. In-wook berkata iasangat menyukainya. “Dulu suruh kau pindah, seharusnya langsung pindah saja. Cepat atau lambat harus pindah, kenapa bersikeras?”. “Aku merasa tanpa sebab merepotkanmu, kurang enak”. “Ini mana boleh disebut repot. Kalau kau bilang begini aku bisa sedih. Aku sudah anggap kau keluarga”. “Terima kasih”. “Aku ada rencana memasang namu menjadi penanggung jawab perusahaan fktif itu. Bleh tidak?”. “Ya” kata In-wook tenang. “Aku rasa seharusnya tak ada masalah. Namun pasti ada risiko. Begini saja. Kita cari tempat untuk minum. Ada orang yang tak bisa pulang kerja tepat waktu. Harus bekerja mati-matian. Dan ada orang yang bisa membawa pacar sekeluarga pergi main golf. Dunia ini sungguh tak adil. Betul tidak?” kata kakak Jae-min lagi menyinggung keluarganya.


In-wook pulang kerumah barunya sebuah apartement yang bagus. Ia teringat perpisahan Jae-min dan Soo-jung malam itu. Orang tua Jae-min, Jae-min dan Young-joo berserta ibunya baru tiba di bandara setelah pergi bertamasya. Mereka tiba dengan wajah bahagia keculi wajah Jae-min yang terlihat sedih. Jae-min pulang ke apartementnya. Ia kaget mendapati Soo-jung menunggu di depan pintu gedung apartementnya. Ia melihat sekitar takut ada yang melihat, ia lalu dengan takut menghampiri Soo-jung. “Lee Soo-jung”. “Lama tak jumpa”. “Lama tak jumpa. Aku baru mau menelpponmu”. “Lalu kenapa tidak telepon?”. “Belakangan ini aku agak sibuk”. “Benarkah” kata Soo-jung tak percaya, ia tahu Jae-min berbohong karena selama berbicara dengan dia Jae-min tak berani menatap Soo-jung. “Ini” kata Soo-jung sambil menyerahkan kunci apartement rahasia mereka. “Ini sudah tidak dipakai lagi”. “Boleh kusimpan sebagai kenangan?”. “Maaf. Mohon kau pulang, boleh?”. Soo-jung kaget. Jae-min menghidar bertatapan dengan Soo-jung. Soo-jung pergi, Jae-min memandang kepergian Soo-jung dengan sedih. Soo-jung menguatkan langkahnya meski hatinya juga sakit.







Jae-min menangis di apartementnya. (Hiks2... aq juga ikut sedih liat oppa JIS nangis disini). Sementara Soo-jung meski menoton tv di rumahnya tapi tatapan pandangannya kosong.




Jae-min sudah masuk kerja lagi, semua karyawan menyapanya dan seperti biasa Cuma In-wook yang tidak pernah menyapanya. Ye-tai masih membual tentang bisnisnya dan pengetahuannya tentang lokasi harta karun kapal-kapal yang terpendam. Kali ini tidak hanya kakak Soo-jung yang hampir termakan omongan Ye-tai tapi seluruh karyawan yang mendengar cerita Ye-tai. Kakak Soo-jung kali ini pintar, ia bertanya kalau Ye-tai mengetahui lokasi harta karun itu kenapa ia masih ada di sana. Ye-tai terpaksa menjelaskan bahwa meski ia tahu lokasiny, ia membuthkan dana yang besar karena pencariaan ini membutuhkan kapal dengan peralatan pencariannya dan para penyelam yang handal. Asisten Jae-min yang ikut mendengarkan lalu berkata bahwa berarti proyek pencarian harta karun itu mustahil bagi orang seperti dirinya. Para karyawan yang ikut mendengarnya lalu menjadi tak tertarik lagi. Ye-tai membual lagi ia beralasan karena itulah ada dana simpanan karena meski gagal beberapa kali tapi kalau proyek ini berhasil mereka akan mendapatkan keuntungan 100 atau 1000 kali lipat. Mendengar keuntungan 1000 kali lipat kakak Soo-jung kaget. Ye-tai memeperlihatkan peta harta karun kepada asisten Jae-min dan kakak Soo-jung, tapi karena para karyawan ikut melihat Ye-tai meminta mereka pergi kegudang saja.

Saat akan pergi ke gudang kakak Soo-jung berpapasan dengan In-wook. Kakak Soo-jung menyapanya dan bertanya apakah benar In-wook sudah pindah. In-wook membenarkan. Kakak Soo-jung mau pergi karena sudah di panggil oleh dua rekannya tadi. Tapi In-wook tiba-tiba bertanya tentang keadaan Soo-jung akhir-akhir ini. Kakak Soo-jung berkata bahwa Soo-jung sudah bekerja di tempat yang ia rekomendasikan. In-wook merasa kawatir dengan keadaan Soo-jung. Soo-jung sekarang bekerja sebagai kasir tempat biliard.


Jae-min mengajak Young-joo bicara di luar. Young-joo berkata bahwa mereka punya banyak waktu untuk ngobol saat mereka pergi berbulan madu nanti. “Apa kau mencintai Kang In-wook?”. “Tidak” jawab Young-joo cepat. Jae-min kaget hingga tidak sadar menuangkan minuman terlalu banyak “Apa?”. Young-joo memeperingatkan tentang minuman Jae-min dan berkata “Aku bilang tidak mencintai dia”. “Bukankah kau bilang mencintai dia?”. “Beberapa waktu yang lallu aku pernah mencintai dia. Salah, seharusnya bilang... aku kira aku mencintai dia. Sekarng sudah tidak”. “Kau mana boleh begini?”. “Tentu saja boleh. Untuk apa tanya ini?”. Jae-min tak dapat menjawab. “Apa kau berharap aku terus mencintai Kang In-wook?”. “Bagaimanapun yang kau cintai bukan aku”. “Aku mohon jangan menyebut cinta atau tidak lagi! Ini sama sekali tidak seperti kau”. “Apakah kita harus menikah?”. “Aku sudah pernah mengatakan”. “Baiklah, meski kita sudah menikah. Kau anggap kita akan bahagia?”. “Alasan apa karena tidak bahagia?”. “Karena di hati kita masing-masing ada orang lain”. “Mengenai ini, aku tak keberatan”. Tiba-tibaada bunyi telepon, Jae-min mengangkatnya dan ternyata itu dari ayahnya. Jae-min berkata ia sedang pergi dengan Youngjoo tapi ayahnya tak percaya. Jae-min menyerahkan hpnya pada Young-joo agar ayahnya percaya. Young-joo tertawa dengan sikap Jae-min tapi ia akhirnya menjawab telepon itu untuk Jae-min. “Kau benar-benar kasihan” kata Young-joo setelah menerima telepon. Jae-min pusing karena ia sekarang diawasi oleh ayahnya “Aku mohon, Young-joo. Kau harus bantu aku. Aku sendiri tak bisa. Aku mohon selamatkanlah aku, boleh?”. Young-joo tertawa “Kau mau membatalkan pernikahan denganku kemudian mneikah dengan dia”. Jae-min tidak bisa menjwab. “Kalau kau mau menghancurkan hidupmu, terserah kau! Namun aku tak mungkin sepertimu menghancurkan hidup sendiri”. Jae-min tertawa “Apa kau sedang mengancamku?”. Young-joo berdiri “Ayahku bulan depan akan pulang. Saat dia pulang, akan menentukan hari. Begitu saja”. Young-joo pergi Jae-min menatapnya kecewa.

(Beberapa waktu kemudian) Soo-jung sedang membereskan koran-koran yang ada di tempat biliard. Ia terkejut membaca sebuah juduk berita disan dan melihat sebuah foto. Foto pernikahan Jae-min dan Young-joo yang terlihat sangat bahagia. Soo-jung alalu memberesakn koran itu dan bekerja membereskan meja biliard lagi, tapi ia tidak bisa. Ia teringat perkataan In-wook tentang kisah Gelaxi, tentang pernyataan cinta In-wook serta nasehat-nasehat In-wook dalam menjani hidup ini.



In-wook dalam keadaan mabuk minta diantarkan sopir taxi kembali kerumahnya yang dulu. tapi saat sudah sampai ia minta sopr taxi untuk putar balik. Saat taxi putar balik Soo-jung abru pulang. In-wook tertidur karena mabuk sehingga tidak melihat Soo-jung saat taxinya berpapasan dengan Soo-jung.


Soo-jung pulang kerumah Mixi. Mereka makan malam bersama. Mixi bercerita tetangga baru mereka mengajak mereka ikut perkumpulan pertemanan (perkumpulan cari jodoh maksudnya). Mixi tak terima. Soo-jung berkata mereka sebetulnya tidak seberapa. Tapi Mixi berkata “Mana mungkin? Berdasarkan kecantikan kita, setidaknya pantas untuk Kang In-wook. begini lebih serasi”. Soo-jung tersenyum. “Namun setelah dia membuat padanganku manjadi tinggi. Dia pun kabur”. “Dia berjanji kapan?”. “Kau mau pergi?”. “Kenapa tak mau?”. “Lee Soo-jung, sebenarnya kenapa kau?”.

Mixi dan Soo-jung dalam kencan buta. Soo-jung ngobrol hangat dengan mereka tapi Mixi tidak tertarik dengan mereka (orangnya gendut-gendut sih). In-wook pergi nonton bioskop dengan teman kencannya, tapi ia malah tertidur di sana. Jae-min dan Young-joo baru pulang dari bulan madu mereka dan disambut hangat oleh seluruh keluarga Jae-min. Young-joo menceritakan kebahagiaan bulan madunya, tapi Jae-min berbeda meski ia terseyum, sikapnya mennujukan kalau ia tidak bahagia.

Jae-min sedang menonton tv sendirian di apartementnya saat Soo-jung menelpnnya. Jae-min kaget menerima telepon itu setelah memastikan keadaan aman ia mengangkat telepon itu. “Halo, selamat malam”. “Apa kabarmu?”. “Ada urusan apa?”. “Selamat kau telah menikah”. Jae-min sedih mendengar ucapan selamat Soo-jung kepadanya. “Ya”. “Boleh bertemu tidak?”. Jae-min semakin sedih karena itu tak mungkin. “Hari ini aku agak sibuk”. “Kapan kau sempat?”. Jae-min benar-benar sedih mendengar Soo-jung ingin sekali bertemu dengannya samapai ia tak bisa berkata apa-apa. Jae-min harus menguatkan dulu hatinya dan menahan tangisnya baru berkata “Mengenai itu...”. “Klau begitu kapan kalau kau semapat telepon aku boleh?”. Jae-min benar-benar sangat sedih, ia harus menguatkan dirinya lagi dan berkata “Ya”. “Jaga dirimu baik-baik”. Young-joo keluar dari kamar tidur menuju rauang tv. Jae-min tidak tahan ia mau pergi tapi Young-joo bertanya Jae-min mau pergi kemana. Jae-min tidak peduli, ia munujukan wajad sedihnya dan pergi meninggalkan Young-joo tanpa memberi penjelasan. Young-joo merasa ada sesuatu. Soo-jung duduk sedih didalam kamarnya. In-wook sedang pergi minum dengan teman kencannya.



Saat In-wook sudah mabuk ia mengigau menyebut nama Soo-jung. Teman kencannya kesal. In-wook mengigau meminta maaf dengan Soo-jung. Jae-min juga pergi minum dengan teman-temannya dan mabuk hingga tertidur di sana. Teman-temannya heran dengan keadaan Jae-min. Salah satu temannya bertanya pada teman lainya menanyakan tentang hungan Jae-min dengan gadis yang dulu. temannya menjelas bahwa ibu Young-joo tidak akan lepas tangan jika Jae-min masih berhubungan dengan gadis itu. Jae-min mengigau “Jangan telepon”. Tamn-temnanya heran.

In-wook dalam keadaan mabok berjalan sempoyongan menuju rumah Soo-jung. In-wook mengetuk dan memanggil nama Soo-jung. Soo-jung kaget In-wook ada di sana tapi ia tidak membukakan pintunya. “Lee Soo-jung. Aku mau... mengatakan sesuatu padamu”. Soo-jung tidak membuka pintu, tapi saat In-wook beranjak pergi Soo-jung keluar. In-wook berbalik melihat Soo-jung dibelakang pintu rumahnya. “Lama tak jumpa”. “Ya”. “Mixi sudah tidur?”. “Ya”. “Sebelah sudahada yang isi?”. “Ya”. “Kau bekerja di biliard bukan?”. Soo-jung tidak menjawab. “Aku dengar kakakmu bilang. Dulu.. aku pernah bekerja di biliard selama setahun lebih. Aku sudah berjanji main dengan kakakmu. Jadi lain kali kalau sempat aku dan kakakmu..kami akan pergi ke biliard mencarimu”. Soo-jung sedih. “Soo-jung. Soo-jungku yang cantik. Maaf. Aku suruh kau jangan melakukan.. hal yang akan melukai dirimu sendiri. Tapi aku malah membuatmu terluka. Dan dengan licik.. pindah dari sini tanpa mengatakan apa-apa. Aku benar-benar orang yang licik. Betul bukan?”. Soo-jung menangis. “Soo-jung. Kau mu memaafanku?” Mereka berpelukan dan Soo-jung menangis dalam pelukan In-wook. “Jangan menangis. Jangan menangis”. In-wook beristirahat di rumah Mixi, Soo-jung membuatkannya minum tapi karena terlalu mabuk akhirnya In-wook tertidur di sana. Mixi datang melihat Soo-jung sedang menata tidur In-wook. Mixi marah karena Soo-jung membawa pria masuk kerumahnya. Tapi begitu tahu itu In-wook Mixi berubah sikapnya.

Jae-min diantar pulang teman-temannya dengan taxi. Jae-min yang sedang mabuk ngotot tidak mau pulang, tapi teman-temannya juga ngotot Jae-min hars pulang karena istrinya menunggunya. Jae-min tetap menolak, akhirnya teman-temannya menyeretnya keluar dari taxi dan meninggalkannya diluar. Jae-min kesal pada teman-temannya, akhirnya ia pulang dalam keadaan mabuk. Young-joo membukakan pintu untuk Jae-min. Jae-min langsung tertidur di sofa. Young-joo mencoba mnegganti baju Jae-min, tapi Jae-min tiba-tiba berkata “Bukankah aku suruh kau jangan menyentuhku?”. Young-joo menatap Jae-min kesal dan masuk kedalam kamar.



Pagi harinya Soo-jung menyiapkan sarapan. Mixi terus menatap wajah In-wook yang sedang tertidur “Tampanya. Lihat seperti ini benar-benar tampan. Lihat seperti itu pun sangat tampan”. Mixi menyentuh tangan In-wook “Tangannya sungguh cantik”. In-wook mulai sadar. Mixi kaget “Tuhan. Maaf”. In-wook juga kaget dan terperanjat bangun. “Apa kabar?”. “Sudah lama tak jumpa”. “Ya. Maaf. Kemarin aku minum sampai mabuk, jadi..”. “Tidak...tak apa”. “Mengganggumu” kata In-wook ingin beranjak pergi. “Tunggu. Kenapa kau bangun?”. “Aku amu pulang”. “Tunggu. Tidak ganggu. Sama sekali tidak. Sekarang Soo-jung sedang menyiapkan sarapan. Soo-jung, lama lagi?” teriak Mixi halus. “Hampir matang”. Mereka sarapan bersama. “Sekarang kau pindah ke perumahan elit. Kami boleh bertamu ke sana?” tanya Mixi. “Tentu boleh”. “Kalau begitu kapan?”. “Setiap saat boleh”. “Benarkah kau mengundang kami ke sana? Tempat tinggal seorang bujangan, mana boleh sembarangan bertamu ke sana? Selain Soo-jung”. Mixi melirik Soo-jung begitu pula Soo-jung melirik Mixi. “Akhir pekan ini bisa tidak? Sempat tidak?”. “Benarkah.. benarkah bisa kesana. Soo-jung. Ayolah..” kata Mixi senang. “Maaf, aku ada kesibukan” kata Soo-jung. “Apa yang kau sibukkan?”. “Tak ada. Akkhir pekan suruh kakakmu bantu jaga biliard” kta Mixi. “Rasanya kurang baik” kata Soo-jung. “Malam sedikit tak apa. Atau setelah aku pulang kerja baru datang. Aku akan menunggumu” kata In-wook berharap. Soo-jung hanya diam menunduk sambil makan. Young-joo menyiapkan sarapan untuk Jae-min. Tapi Jae-min tak peduli dan alngsung pergi kerja. Young-joo kesal karena benar-benar tak dianggap Jae-min.

Jae-min mulai bekerja lagi dan meminpin rapat. Para karyawan memberinya selamat atas pernikahannya. Jae-min menanyakan In-wook yang tak ikut rapat. Salah seorang karyawan menjelaskan bahwa In-wook sedang dipanggil Pak Jung (Kakak Jae-min). Jae-min memulai rapat tanpa In-wook. Di lain pihak kakak Jae-min sedang kesal melihat lapora dari In-wok. “Aku terjepit di tengah, dianggap apa?”. “Maaf sekali”. “Bukan. Dulu aku memaksamu berkencan dengan orang yang tidak kausukai. Namun kau harus menjaga harga diri wanita. Kalau begini aku akan malu menemui guruku” (O... marah karena itu kirain..). “Dan siapa yang membuat dokumen ini? Kaukah?”. “Ya”. “Bwlakangan ini kau kenapa? Bagaimana kaua bekerja?” teriak kakak Jae-min sambil membanting laporan. “Kalau seperti ni terus, tak bisa”. “Aku akan membuat laporan baru”. “Proyek ini kau lepas tangan saja”. In-wook kaget dan melirik kakak Jae-min. “Kelihatannya aku memberimu tugas terlalu berat. Salah! Seharusnya bilang aku terlalu tinggi menilaimu. Belakangan ini merepotkanmu. Kelak kau bantu Jae-min mengurus bisis sirkulasi saja”. “Baik” kata In-wook meski ia tak senang disingkirkan begitu saja. “Keluarlah!”. In-wook pamit keluar, kakak Jae-min sersenyum sombong setelah In-wook keluar.
“Ada masalah. Oke. Aku akan menemuimu di hotel” kata In-wook dengan rekannya dari luar negeri. Jae-min belum pulang, ia melamun di kantornya. Ia ingin menelpon Soo-jung tapi tak jadi. Tiba-tiba telepon berbunyi Jae-min kaget dan berharap itu dari Soo-jung tapi ternyata tidak itu dari Young-joo. Jae-min malas-malasan mengangkatnya. Young-joo menyuh Jae-min segela pulang. Jae-min pulang dan mendapati In-wook masih bekerja. ­ia melanjutkan langkahny keluar dan In-wook mengikutinya di belakang. Saat mununggu lift In-wook berkata “Selamat kau telah menikah”. “Tak perlu mengucapkan selamat”. “Aku hampir tersentur olehmu”. Jae-min menoleh melihat In-wook. “Hari ini melihat apa yang kaulakukan untuk Lee Soo-jung. Aku mengira dia akan menjadi pengantin wanita. Tak menyangka hasilnya tetap sama”. Jae-min mlai kesal. “Aku mengerti. Jadi kau tak perlu merasa malu. Kau mana mungkin semudah itu melepaskan apa yang kaumiliki saat ini?”. Lift terbuka, In-wook masuk tapi Jae-min masih termangu kesal dan tak percaya mendengar perkataan In-wook kepadanya. Pintu lift tertutup.


Saat diluar gedung ia melihat Young-joo tengah menunggu Jae-min. Young-joo kaget. In-woo kjuga tapi ia lalu memberi salam kemudian pergi. Tapi Young-joo memnggilnya “Apa kabarmu?”. “Aku baik sekali. Terima kasih. Meski agak terlambat. Namun aku tetap mau mengucapkan selamat padamu”. “Terima kasih”. “Baik aku jalan dulu”. Young-joo menatap sedih kepergian In-wook dan terlihat oleh Jae-min.



In-wook bertemu dengan rekan-rekan luar negerinya dan merencanakan sesuatu. Setelah itu ia pergi kerumah ibunya. Ibunya terkejut In-wook datang, karena ia bermaksud menelepon In-wook sebelumnya. Ia lalu menggambil sebuah koran bekas dan berkata “Gadis ini, gadis yang dulu pergi ke rumahmu mencarimu itu?”. In-wook tak tertarik dan pergi ke belakang membereskan piring bekas. Ibuny heran dan menyusul anaknya kebelakang. In-wook meminta ibunya membut mie potong untuknya sementara ia membereskan piring bekas. Ibunya menurut. Ia lalu tanya tentang rumah baru In-wook. Ia berkata In-wook sudah lama pindah rumah tapi tak pernah mengundangnya kerumahnya. In-wook menyurnya datang saja. Ibuny berkata ia ingin dekali datang, tapi ia sibuk sekali. In-wook bertanya pada ibunya kapan ia merasa paling bahagia. Ibunya heran dan kaget. “Apakah banyak uang akan membuat kita bahagia?”. “Ada uang paling bagus. Aku berharap sebelum mati punya banyak uang”. “Menurutmu uang banyak ini berapa?”. “Ini.. mungkin 3 miliyar. Bukan. 30 juta sudah lumayan. Nisa memakai uang itu tanpa banyak nerpikir”. “Benarkah uang ini cukup pakai?”. “Tentu makin banyak makin bagus. Sayang sekali...kenapa? kau mau beri ibumu uang?”. In-wook diamkemudian berkta “Lepaskan saja”. Ibunya kaget “Lepaskan saja? Pekerjaan?” .”Ibu. Aku menikah saja”. Ibunya heran “Baik, tentu baik. Kau sudah pantas menikah. Tapi apa kau sudah punya pacar?”. In-wook tersenyum. Ibunya heran dengan sikap anaknya.

“Kau tertarik pada resor tidak?” tanya ayah Jae-min. “Ayah, siapa yang kau maksud?” tanya kakak Jae-min. “Ynag kumaksud Jae-min”. Jae-min kaget. “Kabarnya kau menandatanganni sebuah hotel di Puau Bali”. Young-joo dan kakak Jae-min terkejut mendengarnya. “Apa? Ayah, apa yang terjadi?” tanya kakak Jae-min. “Suatu tempat yang tak ada turis. Informasi apa yang kau dapat?” tanya ayah Jae-min. Jae-min bingung harus menjelaskan apa. “Tidak. Bukan begini”. “Jae-min, kenapa tiba-tiba membeli hotel di Pulau Bali?” tanya kakaknya. “Pemandangan di sana sangat indah. Kamarnya tidak banyak dan harganya pun murah”. Kakak Jae-min heran mendengar penjelasan Jae-min. “Aku pikir kalau membelinya mungkin kelak akan berkembang. Karena itulah aku telah memesan” terang Jae-min lagi. “Tempat seperti itu tak ada nilai investasi. Setelah rencana perkembangan sudah ditetapkan baru beli pun belum terlambat. Karena itulah aku membantumu membatalkannya” kata ayah Jae-min. Jae-min sedikit kesal ia memandanng ayahnya. “Sedang apa kau? Cepat main”. Jae-min kaget “Baik”. Ibu Jae-min dan Young-joo datang membawa kue dan buah untuk di makan terlebih dahulu. Ibu Jae-min memuji Young-joo yang membuat kue tiramisu untuk mereka, tapi Jae-min tak peduli. Kakak Jae-min curiga dengan sikap Jae-min.

Jae-min dan Young-joo pulang ke apartement mereka. Young-joo mau langsung masuk kamar tapi tak jadi. Dan mengahampiri Jae-min yang tengah mengambil minum. Youg-joo bertanya apakah benar Jae-min berniat membeli hotel di Pulau Bali. Jae-min tak peduli dan pergi mengacuhkan Young-joo tanpa memberi penjelasan. Young-joo kesal ia mengambil gelas dan membututi Jae-min duduk. Ia merebut botol minuman yang di bawa Jae-min dan mulai minum. “Harus berbuat begini sehingga suasana hatimu akan lebih tenang. Betul?”. Jae-min tak peduli, ia lebih memperhatikan tv. “Bagaimana kubeli untukmu?”. Jae-min tersenyum. “Jika berbuat begini suasana hatimu baru bisa tenang. Kubeli untukmu saja”. Jae-min masih tak peduli. “Mohon jangan memasang muka kecut padaku. Boleh? Jika kau menyalahkan diri karena kurang berani. Aku tidak menyalahkanmu. Tapi.. kau memasang tampang seolah-olah dipaksa kawin. Aku tak tahan. Kau yang pilih sendiri”. Jae-min kesal. “Suruh aku jangan menyentuh tubuhmu” Young-joo tertawa dan pergi kekamar. Jae-min kesal pada didinya sendiri. Young-joo sedih karena pernikahannya yang baru dimulai sepertinya gagal. Jae-min tak tahan ia mengeluarkan kekesalannya denga nemmbanting gelas ke tembok.

Jae-min berkeliling melihat mall bersama para rombongan. In-wook menjelaskan segalanya pada Jae-min. Tapi sepertinya Jae-min tidak mendengarkannya hal ini terbukti saat In-wook menyilahkan Jae-min untuk menuju tempat yang ia maksud, tapi Jae-min malah menuju Counter hp. Jae-min mengambil hp yang mirip punya Soo-jung dan membayangkan saat ia pergi membeli hp untuk Soo-jung. Mereka terlihat bahagia saat itu. Ia teringat Soo-jung mulai dari saat di Bali dan semua kejadian menyakitkan yang terjadi di Korea. In-wook melihat tikat Jae-min dan mengerti sesuatu. Jae-min terus memikirkan Soo-jung hari itu. In-wook pergi main biliard dengan kakak Soo-jung di tempat biliard yang di jaga Soo-jung. Hubungan Soo-jung dan In-wook masih kaku. In-wook mengantar Soo-jung pulang. Saat sudah akan sampai Soo-jung menyuruh In-wook pulang saja. Tapi In-wook malah berkata “Kita... menikah saja”. Soo-jung kaget dan berhenti berjalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar