Selasa, 25 Mei 2010

Memories Of Bali episode 19

Jae-min cemburu melihat Soo-jung pergi berdua dengan In-wook sehingga ia berfikir yang bukan-bukan tentang mereka. Jae-min tak tahan akhirnya pergi mencari mereka. Young-joo heran Jae-min malam-malam pergi keluar tapi ia seperti tahu tempat tujuan Jae-min. Ia menjadi kesal. Jae-min ngebut menuju rumah Soo-jung.


Soo-jung dan In-wook masih ngobrol di warung soju. “Kenapa dulu kau pergi ke Pulau Bali?”. “Karena kakakku”. “Kakakmu?”. “Waktu itu kakakku melakukan kesalahan. Karena ingin mengumpulkan biaya damai. Bahkan kami pun tak bisa menyewa rumah lagi. Meski itu cuma sebuah kamar kecil di ruang bawah tanah. Itu juga bersusah payah kami mengumpumpulkan uang baru bisa menyewa. Setelah mengambil uang jaminan rumah itu. Kami melunasi biaya damai. Sisa 1 juta saja. Aku ingat saat itu cuaca sangat dingin. Tak ada tempat yang bisa kami tuju. Cuma tinggal di sebuah hotel kecil. Saat kami sedang risau bagaimana menjalani hidup kelak. Kami pun membaca berita Pulau Bali di koran. Di atas tertulis (Surga terakhir di dunia).
Melihat wanita yang minum jus di bawah pohon kelapa. Dengan ekspresi yang bahagia. Aku benar-benar iri pada mereka. Daripada terus begini, meski harus mati. Untuk saat-saat terakhir melihat seperti apa surga itu. Waktu itu dengan membawa tujuan seperti ini, aku pergi ke sana”. “Sungguh berani” kata In-wook. Soo-jung tertawa mendengarnya. “Tapi...Surga..Harus ada uang baru disebut surga. Kau masih ingat tempatku tinggal disana bukan?”. “Ya”. “Tapi... jika kelak masih ada kesempatan aku mau ke sana lagi. Ingin sekali melihat matahari sore di sana. Juga ingin melihat teman-teman di sana” Soo-jung tertawa setelah berkata itu karena itu tidak mungkin. “Mau... pergi bersama?”. Soo-jung kaget. “Aku ingin berhenti bekerja. Bagaiman menurutmu?”. “Kenapa mau berhenti?”. “Karena tak ingin..melihat Jung Jae-min lagi”. Soo-jung menangis sedih mendengarnya “Maaf. Benar-benar maaf. Aku.. aku benar-benar tak bisa memaafkan perbuatanku. Jadi.. meski aku mati...aku pun tak bisa menikah denganmu”. In-wook sepertinya mengerti maksud Soo-jung.

In-wook menggendong Soo-jung pulang karena ia terlalu mabuk. Jae-min mengendari mobil terburu-buru ke rumah Soo-jung. In-wook melihat mobil Jae-min. Jae-min berjalan terburu-buru ia memanggil-manggil nama Soo-jung begitu sampai di depan rumah Soo-jung. Jae-min menggedor-gedor dan berteriak minta di bukakan. Tetangga baru Soo-jung terbangun dan keluar melihat Jae-min. “Sepertinya tetanggaku belum pulang. Mohon jangan berisik”. Jae-min menoleh, tetangga baru itu masuk kerumahnya kembali. Jae-min putus asa, ia berjalan lunglai pergi dari sana. In-wook dan Soo-jung tiba disana. In-wook melihat Jae-min dan mengacuhkannya. Jae-min termangu melihat mereka. In-wook membawa Soo-jung masuk kedalam rumah.


In-wook menidurkan Soo-jung. Ia melihat Soo-jung yang tertidur dan menghapus air mata yang masih ada di pipi Soo-jung. Ia lalu melihat keluar dan pergi menemui Jae-min. Jae-min sudah menunggu. “Sebenarnya kau mau apa?”. “Aku pernah bilang Lee Soo-jung adalah wanitaku” kata Jae-min kesal. “Kau sudah menikah, seharusnya kembali kepada keluargamu”. Jae-min tertawa “Jika tidak, apakah kau mau menikah dengan dia atau apa?”. “Betul”. “Betul?”. “Jadi... mulai sekarang kau tak boleh mengganggu Soo-jung lagi!”. Jae-min tak terima “Masa kau tak tahu? Soo-jung adalah wanita yang pernah kumain. Masa kau tak merasa malu?” kata jae-min kesal. “Jung Jae-min, apa hari ini kau mau mati di tanganku?” kata In-wook sambil mendekat menarik baju Jae-min. “Turun tangan saja!”. “Kau kira memakai cinta sebagai alasan. Lalu semua bisa dimaafkan? Kau tak tahu bertanggung jawab dan tidak tahu berkorban. Sebenarnya siapa yang mencintai siapa?”. “Kalau kau tak paham. Jangan bicara sembarangan!” teriak Jae-min(Jae-min berkorban menikah dengan Young-joo agar Soo-jung tidak di celakai ayahnya). “Dipukul berapa kali oleh ayahmu, apa yang hebat? Kaulah yang malu!” kata In-wook sambil mendorong Jae-min. Jae-min bangkit “Kang In-wook, tak peduli apa yang kaukatakan. Lee Soo-jung adalah wanitaku! Kau lihat saja!” kata Jae-min sebelum pergi. In-wook terdiam memikirkan perkataan Jae-min.


Pagi harinya Soo-jung sedang sarapan saat Mixi kembali dari tempat pemandian umum. Mixi bercerita bahwa pria gendut yang dulu mengajaknya nonton dan ia berkata bahwa pria gendut itu malah tertaarik padanya karena pada kencan buta dulu ia melihat kecantikan dalam diri Mixi. Soo-jung tertawa mendengarnya. Mixi lalu heran pada Soo-jung, ia bertanya Soo-jung punya keberuntungan dari mana karena setiap ia mabuk ada pria yang menggendongnya pulang. Soo-jung kaget. Mixi terus mengoceh. Ia berkata ia malu setiap kali melihat Soo-jung digendong pria karena mabuk. “Apalagi pria yang sudah beristri pun berkelahi di depan rumah. Sebenarnya kenapa?” tanya Mixi kesal. Soo-jung kaget karena ia benar tidak tahu apa-apa kejadian tadi malam. “Kang In-wook pria tulen. Dia juga seorang pria jujur. Jika tidak, siapa yang tahan? Soo-jung, kau harus memperhatikan ucapan dan tindak tandukmu. Wanita sepertimu jangan membuat pria yang masih menyukaimu dan... menggendongmu pulang terluka. Dengar tidak?”. “Apa maksudmu?”. “Kalau mau tahu apa maksud perkataanku ini. Telepon dan tanya Kang in-wook saja” tariak Mixi kesal dan pergi setelahnya. Soo-jung berusaha memahami cerita Mixi tadi.

In-wook berada satu lift dengan Jae-min. Tiba-tiba hp In-wook bunyi. In-wook menjawabnya di tengah keramaian dalam lift. Telepon itu dari Soo-jung, In-wook menerimanya dengan ceria. “Halo. Apa kau tidur nyenyak?” Jae-min melihat In-wook ia tahu Soo-jung yang sedang menelepon. “Aku baik-baik saja. Tak apa. Baik, nanti ku telepon”. Jae-min terus memperhatikan In-wook dengan muka kesal. In-wook cuek dengan sekitarnya.


Jae-min pusing harus melakukan apa pada In-wook. Asisten Jae-min datang memberitahu jadwal Jae-min hari itu. Ia berkata Jae-min jam 10 ada rapat stategi perusahaan yang akan membahas dana pemilu yang bermasalah karena belum dapat dana pinjaman. Ia memperingatkan Jae-min agar mempelajari data-data dulu sebelum rapat dan menyerahkan data-data yang ia maksud. Asisten Jae-min juga berkata bahwa Jae-min ada janji makan siang dengan keluarga Young-joo. Young-joo berpesan agar Jae-min tidak terlambat”. Ia berkata lagi bahwa Jae-min ada rapat dengan perusahaan periklanan jam 2 sore nanti. “Sudah!” kata Jae-min. Asistennya bingung. “Suruh bagian keuangan bawa data-data penyelidikan akuntan terhadap..bisnis sirkulasi kemari”. Asisten Jae-min tambah heran bukannya mempelajari data-data yang ia bawa tapi malah menyuruh membawa data lain, tapi ia tak bisa membantah.

Saat makan siang ibu Young-joo minta maaf karena ayah Young-joo tiba-tiba membatalkan perjanjian bertemu dengan menantunya. Jae-min tak tertarik dengan makan siang dan omongan itu. Ibu Jae-min yang akhirnya ikut makan bersama mereka berkata bahwa ia tentu memakluminya karena seluruh dunia juga tahu kalau ayah young-joo itu sangat sibuk. Ibu Young-joo berkata bahwa ayah young-joo berpesan agar ia mentraktir Jae-min hidangan yang paling enak dan menyuruh Jae-min makan banyak. “Baik” kata Jae-min. “Young-joo kalian masih belum melahirkan anak?” kata ibu Jae-min. Young-joo hanya menunduk. Jae-min melirik Young-joo. (bagaimana punya anak wong gak boleh sentuh tubuh Jae-min kok). “Baru menikah, siapa mau secepat ini melahirkan anak?” bela ibu Young-joo. “Tapi sepertinya pak direktur sangat berharap menggendong cucu”. “Oh ya, cucumu sekarang tinggal bersama ibunya. Sehingga tak bisa sering meihat dia bukan?” (anak kakak Jae-min). Ibu jae-min jadi malu. “Kau pasti sangat rindu padanya bukan?”. “Coba kita pikir. Anak Jae-min dan Young-joo pasti sangat cantik. Aku sangat berharap ada seorang anak yang lahir” . “Maaf sekali. Masih ada masalah di perusahaan yang belum diselesaikan. Aku mau pergi dulu” kata Jae-min sebelum pergi. Young-joo hanya menunduk. “Jae-min” panggil ibunya. Tapi Jae-min tak peduli dan tetap pergi dari sana. Ibu Young-joo menatap Ibu Jae-min heran. Ibu jae-min jadi tidak enak.

Jae-min main biliard ditempat Soo-jung. Soo-jung tetap acuh pada Jae-min. Jae-min melampiaskan kekesalannya dengan fokus main biliard. Jae-min senang pukulannya kena terus. Tapi Soo-jung tak peduli. Soo-jung sedang memesan seporsi mi kecap. Tiba-tiba Jae-min berkata “Nona, aku minta 1 porsi”. Meski kesal Soo-jung menambah pesanannya lagi. Jae-min dan Soo-jung makan di meja yang berbeda. “Nona, tisu” pinta Jae-min. Soo-jung kesal tapi tetap harus melayani tamu (Jae-min). Ia mengambil tisu dan menaruhnya kasar di meja Jae-min. Soo-jung langsung pergi, Jae-min tak tahan ia menarik tangan Soo-jung. “Sebenarnya apa maumu?” kata Jae-min. Soo-jung mencoba melepaskan tangan Jae-min tapi tak bisa. “Permintaanmu terhadapku adalah pernikahan bukan? Jika ya, kau boleh beritahu aku dulu”. Soo-jung tertawa mendengarnya. “Jangan menikah dengan Kang in-wook! Tak boleh! Aku tidak terima!” lanjut Jae-min. “Lap mulutmu dulu!” kata Soo-jung melepaskan tangan Jae-min dan pergi kemejanya. Jae-min melap mulutnya kemudian pergi membayar di meja Soo-jung. “Semuanya berapa?”. “Main biliard 2000 won, mie kecap 1200 won, jumlahnya 3200 won”. Jae-min mengambil uang di deompetnya. “Bayar 3000 won saja. Jae-min meletakkan uang 20.000 won. “Mi kecapmu aku yang bayar saja. Sampai jumpa” Soo-jung tertawa melihat sikap Jaae-min.





Kakak Soo-jung datang kerumah Soo-jung dengan Young Ye-tai. Ye-tai takut ketemu Soo-jung tapi kakak Soo-jung memaksa dan berkata bahwa Soo-jung akan memaafkannya. Ye-tai setuju mereka mengetuk pintu rumah Soo-jung tapi Soo-jung belum pulang. Mereka akhirnya menunggu Soo-jung didepan rumahnya. Ye-tai bertanya apakah itu rumah Soo-jung. Kakak Soo-jung berkata bukan, itu adalah rumah temannya. Ye-tai merasa prihatin Soo-jung harus tinggal di rumah temannya yang kecil itu. Kakak Soo-jung berkata semua gara-gara Ye-tai yang mengambil uang Soo-jung hingga ia tak bisa sewa rumah sendiri. Ye-tai merasa bersalah dan mau pergi dari sana. Kakak Soo-jung mencegah. Ia berkata tahu sifat adiknya dengan baik sehingga Ye-tai tak perlu kawatir dan ia juga menyarankan agar Ye-tai menunjukan peta harta karun itu pada Soo-jung. Ye-tai ragu karena ia tahu Soo-jung pasti tahu ini cuma akal-akalannya saja. Kakak Soo-jung memaksa lagi akhirnya Ye-tai setuju tapi ia tidak ingin menunggu di sana karena cuaca sangat dingin. Kakak Soo-jung memohon lagi sambil memeluk Ye-tai. Tetangga Soo-jung keluar dan meihat mereka berpelukan. Tetangga Soo-jung bertanya mereka siapa. Kakak Soo-jung berkata kalau ia dalah kakak tetangganya. Tetangga Soo-jung menganggap ia pasti kakak Mixi mengingat kelaukannya tadi. Tapi Kakak Soo-jung bilang bukan dan berkata bahwa ia adalah kakak Lee Soo-jung. Sikap tetangga Soo-jung langsung berubah menjadi ramah. Ia lalu pergi dari sana.

Soo-jung akhirnya datang. Ia senang kakaknya datang tapi ia juga heran dengan teman kakaknya yang bersembunyi dibalik tubuh kakak Soo-jung. Kakak Soo-jung suruh Soo-jung menebak siapa yang ia bawa. Soo-jung berusaha melihat dan berteriak “Young Ye-tai. Kau... kau pasti mati!” kata Soo-jung kesal. Ye-tai berusaha lari tapi Soo-jung terus mengejarnya dan memukulinya. Kakak Soo-jung berusaha menengahi. Saat suasana sudah tenang kakak Soo-jung dan Ye-tai akhirnya berhasil masuk rumah Soo-jung dan makan malam di sana dengan lahap. Sementar mixi dan Soo-jung duduk dengan kesal. Mixi berkata bahwa Soo-jung sering mengigau kalau bertemu dengan Ye-tai ia tak kan di ampuni. Mixi sangat kesal karena Ye-tai mengambil seluruh uang hasil kerja keras Soo-jung. “Itu karena.. aku mau mendapatkan lebih banyak uang untuk Nona Lee kami yang...bekerja susah payah”. “Semua sudah berlalu. Lupakan saja!” kata Soo-jung dingin. “Nona Lee, benar-benar maaf. Waktu itu aku benar-benar cuma ingin mendapatkan lebih banyak uang untukmu” kata Ye-tai sambil menangis. “Asal kura-kura itu bisa lewat. Aku bisa memakai uang itu sebagai modal. Bisa memulai usaha berlian. Menjalani bisnis pencarian harta karun pada kapal-kapal tenggelam. Dan pembangkit tenaga listrik dengan tenaga air di Cina” kata Ye-tai lagi sambil menangis. Semua orang di sana merasa tidak enak dan tidak percaya akan air mata Ye-tai, Soo-jung bersikap tak peduli pada Ye-tai. “Akhirnya aku berubah menjadi... seorang gelandangan. Istriku... anakku...”. Soo-jung jadi tak enak. “Tapi kau membuntuku cari kerja dan masak nasi untukku. Kau benar-benar baik padaku”. “Kalau sudah makan, cepat pergi!” Kata Soo-jung dingin. Ye-tai tambah menangis keras diperlakukan seperti itu. Soo-jung tak tahan ia akhirnya pergi keluar.

Di luar Soo-jung teringat perkataan Jae-min padanya waktu di tempat biliard. “Apa permintaanmu terhadapku adalah pernikahan? Kalau ya. Kau boleh katakan padaku dulu. Jangan menikah dengan Kang In-wook. tak boleh! Aku tidak terima!” kata Jae-min saat itu. Soo-jung jadi tertawa kecut mengingatnya.


Jae-min sudah di rumah saat Young-joo baru pulang dalam keadaan mabuk. “Kapan pulang?” kata Young-joo. Jae-min tak peduli dan malah menonton tv. “Jung Jae-min, apa kau tidak dengar?”. Jae-min menoleh kearah Young-joo. “Bukankah aku sudah bilang jangan meremehkanku? Kau sudah lupa bukan?”. Jae-min hanya diam dan kembali menonton tv. Young-joo kesal ia mengambil remot tv dan mematikannya. Jae-min mencoba mengambilnya kembali tapi Young-joo menjauhkannya. Jae-min kesal ia akhirnya bertindak kasar dan merebut remote itu dan menghidupkan tv kembali. “Aku takkan menyentuhmu. Jadi kau juga jangan menyentuhku” kata Jae-min. Young-joo tertawa “Jangan menyentuhmu? Siapa mau menyentuh orang yang suka main sepertimu?”. Jae-min tersenyum. “Tahu kenapa aku suka Kang In-wook?”. mendengar nama In-wook, Jae-min jadi kesal. “Dia punya semacam tekad. Sesuatu yang takkan ditemukan pada dirimu. Aku hidup hingga kini, tak pernah melihat pria setampan dan secerdas dia”. Jae-min tertawa menahan kesal. “Cukup!”. “Tapi kau tahu kenapa aku menikah denganmu? Karena aku seperti kau sangat vulgar. Kau kira begini bukan? Maaf sekali, sama sekali bukan! Pria seperti dia, malah menolakku”. Young-joo jadi sedih. “Dia mencintai wanita murahan yang bernama Lee Soo-jung itu. Karena itulah aku marah lalu menikah denganmu. Meski aku sudah menyesal. Tapi bisa apa? Inilah yang telah kita pilih. Betul tidak?”. Jae-min tidak menjawab dan malah pergi dari sana. Young-joo mencegah dan menarik baju Jae-min. “Kau mau kemana? Kemana? Kau mau ke tempat Lee Soo-jung bukan?” teriak Young-joo sedih. Jae-min kesal, ia menodrong Young-joo hinga jatuh ke sofa dan pergi dari sana. Young-joo menangis histeris karena Jae-min juga mencampakannya demi Lee Soo-jung.



In-wook meminta temannya mengirimkan data tentang sebuah hotel di Bali. “Aku suka. Tapi apa harganya tidak terlalu tinggi? Jangan terlalu mempercayai apa kata agen. Baik. Terima kasih. Sampai jumpa. Lain kali aku traktir minum. Oke? Bagus..Bye..” kata In-wook ditelpon dengan teman luar negerinya. In-wook tersenyum kemudian menempelkan sebuah gambar hotel di meja kerjanya (tiru2 mau beli hotel buat Soo-jung ceritanya). In-wook lalu dengan perasaan senang menelpon Soo-jung. “Sedang apa?”. “Tidur” kata Soo-jung pelan takut membangunkan Mixi. “Apa aku membangunkanmu?”. “Tidak, tak apa. Kau ada urusan apa?”. “Tidak”. “Cuma ingin dengar suaramu”. Soo-jung tersenyum di sebrang. “Aku rindu saat tinggal di sebelahmu. Aku rasa sebaiknya aku pindah ke sana lagi”. Soo-jung bingung. “Baiklah, sekarang aku ke sana. Tunggu aku!”. “Halo” kata Soo-jung berusaha mencegah tapi telepon sudah putus. Soo-jung kaget dan senang mendengarnya.


Jae-min pergi minum di bar sendirian. Ia teringat perkataan Young-joo padanya tadi. Tentang kenapa ia suka dengan In-wook. Jae-min tertawa tak percaya saat ia ingat perkataan Young-joo bahwa ia ditolak In-wook, karena In-wook jatuh cinta pada Soo-jung. Jae-min jadi kesal setelahnya dan bahkan mengamuk di bar itu. Para pelayan mencoba menenangkan Jae-min tapi Jae-min terus memberontak.



In-wook pergi kerumah Soo-jung dengan taxi. Soo-jung sudah menunggu lama cemas di luar. Tapi ketika In-wook datang ia berlagak biasa saja. “Dingin sekali. Kenapa keluar?”. “Sudah malam, kenapa kemari?” kata Soo-jung berlagak bersikap dingin. “Ya. Dalam perjalanan kemari aku sudah menyesal” kata In-wook bercanda. Soo-jung tertawa tak pecaya. “Tapi aku takut kau tunggu, aku tak boleh tak datang”. Soo-jung kaget. “Siapa menunggumu?”. In-wook tersenyum. “Bukankah kau sedang tunggu?”. “Karena kau bilang mau datang”. “Baiklah, aku pergi”. “Tunggu!” cegah Soo-jung tak rela. “Mana ada orang baru datang langsung pulang?”. In-wook tersenyum dan berkata “Aku datang cuma ingin melihatmu. Sekarang aku sudah lihat”. In-wook berjalan pergi. Soo-jung berteriak “Kalau begitu.. “. In-wook berbalik senang. “Bagaiman? Ada yang ingin kau katakan padaku?”. Melihat In-wook senang Soo-jung jaga gengsi dan berkata “Kalau begitu hati-hati di jalan”. “Ya” kata in-wook sedikit kecewa. “Selamat malam”. In-wook berbalik berjalan pergi tapi ia kemudian kembali lagi dan mencium Soo-jung yang berdiri melihat In-wook pergi. Soo-jung tertunduk malu mendapat ciuman itu. “Aku benar-benar mau pergi!” kata In-wook sambil tersipu-sipu. In-wook benar-benar pergi. Soo-jung tak percaya In-wook menciumnya. Jae-min duduk lunglai di tangga jalan dekat rumah Soo-jung. (Ia melihat kejadian tadi). Ia kaget dan tak percaya apa yang ia lihat. In-wook berbalik melihat rumah Soo-jung dan sadar apa yang ia lakukan sehingga jadi malu kemudian pergi. Jae-min masih duduk di tanga jalan. Soo-jung masih berdiri ditempatnya masih kaget dapat ciuman. Soo-jung masuk rumah. Jae-min jadi sedih dan menangis karena kejadian tadi. Agar tak bersuara ia nutup mulutnya.





Soo-jung masuk kedalam rumah dengan perasaan bahagia, tapi kemudian ia teringat sesuatu dan perasaannya jadi berubah sedih. Jae-min pulang kerumah dalam keadaan lunglai. Ia melihat kekamar dan Young-joo sedang tidur sendirian disana. Young-joo terbangun dan melihat Jae-min berdiri di depan pintu tapi ia tidak peduli dan melanjutkan tidurnya. Jae-min melihat Young-joo dengan tatapan kesal karena perkataannya tentang In-wook benar.


Pagi harinya. Kakak Jae-min heran ada masalah apa hingga ayah Jae-min memukuli Jae-min dulu. Asisten Jae-min yang ada disana (habis laporan kejadian itu sepertinya) berkata ia dengar sedikit pembicaraannya dan sepertinya tentang masalah wanita. “Langsung menarik kaki celana beliau sambil menangis dan berteriak.” kata asisten Jae-min menggambarkan kejadian saat itu. Tapi kakak Jae-min masih belum puas dengan penjelasan itu. “Pak Jung (Jae-min) berubah jadi aneh. Sebelum aku mengatakan, intern perusahaan sudah tersebar” kakak Jae-min tersenyum senang mendengarnya. “Bagaimana dengan Kang In-wook?”. “Berdasarkan apa yang dikatakan kakak Lee Soo-jung. Dia sering pergi ke biliard tempat di mana Lee Soo-jung bekerja”. “Mungkin aku bisa langsung menyerang mereka sekaigus”. Asisten Jae-min bingung apa maksudnya. “Data penyelidikan akuntan?” kata kakak Jae-min tertawa kemudian.

Asisten Jae-min mengantar beberapa orang kekantor Jae-min. Semua orang heran melihatnya termasuk In-wook. (sepertinya para akuntan public yang menyelidiki perusahaan Jae-min). Jae-min menyambut mereka dan melihat hasil laporan sambil mendengarkan penjelasan para akuntan dengan serius.


In-wook bertemu dengan rekan luar negerinya seorang gadis menyambutnya di luar. “Hai Grain” kata In-wook ramah. “Kabarnya kau patah hati karena pekerjaan? Kau kelihatan bertambah tampan. Ada pacar baru?”. “Bagaiman kau bisa tahu?”. “Semua tertulis di wajahmu”. “Kau kelihatan lebih cantik”. “Terima kasih”. Mereka samapi di sebuah ruangan. “Sampai jumpa lain kali”. “Terima kasih”. “Bye” . In-wook masuk ruangan “Hai.. tuan franco”. “Senang bertemu”. “Duduk”. “Baik”. Mereka lalu memulai rapat. In-wook terlihat senang menjelaskan penjelasan mereka para rekan luar negeri yang akan bekerja sama dengan perusahaan grup Pax.


Soo-jung sedang bekerja saat menerima telepon dari In-wook. “Halo.. ada apa?” kata Soo-jung. Ternyata In-wook mengajak Soo-jung bertemu dangan ibunya. Soo-jung takut ia berjalan di belakang In-wook. Soo-jung makin memelankan langkahnya dan berhenti karena ragu. “Sedang apa kau?” kata In-wook. Soo-jung kaget “Aku...”. In-wook mengampiri Soo-jung kemudian menariknya berjalan kerumah ibunya.

Ibu In-wook sedang menyiapkan masakan saat In-wook dan Soo-jung datang. Ia lalu berlari keluar menyambut tamu. Ia kaget setelah melihat yang datang bukan pelanggan melaikan In-wook dengan Soo-jung. Ia juga terkejut melihat In-wook menggandeng tangan Soo-jung. Soo-jung mencoba melepasakan genggaman In-wook karena tidak enak pada ibu In-wook. “Bi, selamat malam”. “Selamat malam. Ada urusan apa?” kata ibu In-wook tidak senang. “Kami datang makan. Duduk di dalam” kata In-wook pad Soo-jung. “Duduklah!” kata ibu In-wook sedikit kesal. Soo-jung sedikit takut. “Baik” katanya sambil menunduk.



Ibu In-wook bertanya mereka mau makan apa. In-wook berkata terserah. Soo-jung berniat membantu menyiapkan masakan tapi di tolak oleh ibu In-wook. Soo-jung jadi sedikit tidak enak. Saat makan bersama, ibu In-wook terus memandangi Soo-jung dengan perasaan tidak suka. “Apa kabarmu belakangan ini?”. “Aku menjadi kasir di tempat biliard”. “Tempat biliard?”. “Bukankah kau mau datang ke rumahku? kenapa tidak datang?” kata In-wook memotong pembicaraan ibunya. “Aku tak boleh sembarangan meninggalkan restoran. Pacarmu bagaimana?” tanya ibu In-wook pada Soo-jung lagi. Soo-jung kaget “Apa?”. “Pria yang dulu di depan rumahmu pergi bersamamu itu. Yang membawa mobil impor itu”. Soo-jung tambah tak enak, ia melihat ke arah In-wook. “Kami mau menikah!” kata In-wook. Ibu In-wook kaget, Soo-jung juga kaget dan takut melihat reaksi ibu In-wook nanti. “Tidak, bukan begini!” kata Soo-jung mencoba menjelaskan. “Kau jangan bicara!” kata In-wook. “Aku mau beritahumu dulu” kata In-wook. Soo-jung terrunduk ketakutan, ibu In-wook kesal dan tak percaya keputusan anaknya dan akhirnya ia hanya bisa pergi keluar rumah untuk menenangkan diri. Soo-jung menatap kepergiannya tak enak. “Kenapa kau bicara begitu? Bukankah aku sudah bilang tidak akan menikah denganmu?”. “Benarkah?”. “Kau begini..benar-benar membuatku tak enak” kata Soo-jung sedikit sedih. “’Benarkah tak mau menikah?”. “Tak mau!” kata Soo-jung sambil menunduk. “Sudah kenyang? Kita pergi!”kata In-wook sedikit kecewa dan kesal.

In-wook pergi keluar dia menghampiri ibunya mau pamit. “In-wook, aku mau berbincang-bincang denganmu. Kau suruh dia pulang dulu”. In-wook tersenyum dan berkata “Sudah tak mau menikah”. “Tak mau menikah apa?” ibunya bingung. “Dia bilang tak mau menikah denganku. Jadi kau boleh tenang”. “Apa?” kata ibu In-wook kaget. Soo-jung keluar dan berkata “Bi, terima kasih makan malammu. Sampai jumpa”. “Aku akan datang lagi” kata In-wook pamit. “Ayo”. Mereka berdua mau pergi. Ibu In-wook langsung berlari masuk ke dalam rumah. “Bibi kelihatannya sangat marah”. “Kita duduk saja dirumahku” kata In-wook. “Tak mau!”. Tapi In-wook memaksa, ia menggenggam tangan Soo-jung dan menariknya pergi ke rumahnya.

Soo-jung tiba di rumah In-wook yang baru. Ia melihat-lihat seisi rumah dan saat melihat meja kerja In-wook ia tersenyum melihat gambar sebuah hotel di Bali. Soo-jung menoleh ke In-wook. “Karena kau bilang sangat rindu pada Pulau Bali” kata In-wook menjelaskan. Tiba-tiba ada bunyi bel. Soo-jung dan In-wook kaget. In-wook membuka pintu, Soo-jung melihat siapa yang datang. Ternyata yang datang adalah Young-joo dan ia seperti biasa langsung masuk begitu saja saat pintu terbuka. Young-joo berhenti dan langsung memeluk In-wook begitu sampai di dalam. “Aku sangat merindukanmu” kata Young-joo. Soo-jung kaget melihat kejadian itu. In-wook melepas pelukan Young-joo dengan kasar. “Kau mau apa lagi?” teriak In-wook marah. Young-joo berbalik dan tersenyum tapi ia malah terkejut melihat Soo-jung ada di sana. “Kenapa? Ada tamu? Benar-benar kurang enak. Beri aku segelas minuman. Habis minum aku akan pergi”. Young-joo tak peduli dengan Soo-jung ia langsung duduk di sofa. “Maaf. Mohon kau segera pergi!”. Young-joo tertawa In-wook berani mengusirnya. “Kau sungguh keterlaluan. Aku kan sudah bilang minum segelas langsung pergi”. Young-joo akhirnya mengambil minum sendiri. Soo-jung berniat pergi tapi In-wook mencegahnya. “Kenapa? Jangan pergi!” kata In-wook. In-wook menarik Soo-jung dan menyurunya duduk di kursi makan “Kau tinggal di sini!”. In-wook membuatkan minuman untuk Soo-jung. Young-joo melihat Soo-jung tajam, Soo-jung sedikit tidak enak. Young-joo mengambil hpnya dan menelepon Jae-min. “Ini aku. Kau datang menjemputku”. In-wook dan Soo-jung kaget dengan tindakan Youung-joo. Jae-min di seberang yang tak tahu apa-apa berkata ia sedang sibuk kerja. “Aku sekarang ada di rumah Kang In-wook”. Jae-min kaget. “Aku mabuk. Tapi sekarang Kang In-wook tak bisa mengantarku pulang”. Jae-min tertawa. “Kau tahu tempat ini bukan? Aku menunggumu”. Jae-min sebenarnya malas, ia melanjutkan kerjanya tapi ia tak bisa konsentrasi. “Sedang apa kau!” teriak In-wook marah. “Kau tak bisa lihat?” balas Young-joo. “Aku rasa aku pulang dulu” kata Soo-jung. “Kenapa? Kau takut apa? Kau takut Jung Jae-min kecewa bukan?” kata Young-joo. Soo-jung menoleh kesal. “Choi Young-joo!” teriak In-wook. “Kang In-wook, sadarlah! Menikah dengan dia? Kau tahu dia pernah mengatakan apa padaku? Dia bilang aku bisa menjadi istri Jung Jae-min atau tidak. Masi belum tentu”. In-wook melirik Soo-jung. “Kau masih ingat tidak?” kata Young-joo pada Soo-jung. Soo-jung tertawa, ia menjadi kesal. “Kehilangan Jung Jae-min, kali ini ganti Kang In-wook bukan?” teriak Young-joo. Soo-jung menatap Young-joo marah. “Kau mau tidur di sini atau manunggu suamimu datang menjemputmu. Terserah kau! Kita pergi!” kata In-wook sambil menarik Soo-jung. Tapi Soo-jung sudah marah ia melepaskan tangan In-wook dan berkata “Perlu kupanggilkan taksi?”. “Apa?”. “Atau aku yang mengantarmu?” kata Soo-jung dingin. Young-joo tertawa melihat sikap Soo-jung. “Kenapa? Bisa berhutang budi kepada pria tapi tak bisa berhutang budi pada wanita. Beginikah?” balas Soo-jung menindir perkataan Young-joo dulu kepadanya. “Apa yang kaukatakan?” tariak Young-joo marah. “Tak mau ya sudah. Sepertinya dia mau menunggu suaminya datang baru mau pergi. Kita juga minum segelas minuman sambil menunggunya” kata Soo-jung dingin. Soo-jung mengambil minuman sendiri, In-wook terdiam melihat reaksi Soo-jung pada Young-joo. Soo-jung duduk dengan In-wook meminum minuman.


Jae-min sudah sampai parkiran ia berniat menelpon Young-joo tapi tak jadi. Jae-min sampai di rumah Kang-wook. Kang In-wook membukakan pintu. Jae-min masuk, ia kaget melihat Soo-jung juga ada di sana. Jae-min melirik Soo-jung kemudian melihat istrinya. “Sudah datang?” kata Young-joo. “Cepat bawa dia pergi!” kata In-wook. Jae-min melirik In-wook kemudian melirik Soo-jung lagi. Jae-min tak percaya yang ia lihat kemudian membawa istrinya pergi. “Ayo!” kata Jae-min sambil menarik Young-joo. “Sebentar!” teriak Young-joo menolak. Jae-min memapah Young-joo pergi dari sana. “Mau apa?” kataYoung-joo. Tapi Jae-min tetap membawa pergi Young-joo. In-wook duduk minum lagi dengan Soo-jung, tapi Soo-jung malah terlihat sedih.




Jaae-min sampai dirumahnya dalam keadaan sangat marah. Ia membanting mantelnya di kasur. Jae-min lalu duduk di tepi kasur sambil berpikir. Young-joo melanjutkan minumnya di rumah. Soo-jung sudah kembali kerumah ia teringat tatapan Jae-min kepadanya dan sedih karenannya, tapi kemudian ia berusaha untuk tetap tegar dan tidak memikirkannya. In-wook berpikir di rumahnya kemudaian ia melihat gambar hotelnya.


Pagi harinya In-wook menyerahkan laporan pada Jae-min. “Seperti biasanya. Tak ada hal khusus” kata In-wook yang melihat Jae-min tak biasanya memeriksa laporan. “Jadi aku tak perlu membaca dengan teliti langsung tanda tangan... dan berikan kepadamu saja?” jawab jae-min dingin. “Apa kau merasa aku sangat lucu? Kau jangan lupa, anjing pun bisa seperti tuannya. Apakah karena tinggal terlalu lama di bawah orang yang lucu” lanjut Jae-min. “Maaf”. “Apa?” kata Jae-min dingin. “Aku memang tinggal terlalu lama”. Jae-min sedikit terseyum. “Maksudmu aku orang yang lucu?”. “Maaf sekali. Aku tak ada maksud itu”. Jae-min menandatangani laporan dan menyerahkannya dengan membuang laporan itu ke meja. Ia melanjutkan pekerjaannya, In-wook mellihat Jae-min kemudian mengambil laporan dan pergi dari sana. Jae-min menghela nafas setelah In-wook pergi.


Jae-min bertemu dengan kakaknya di sebuah bar. Kakaknya menanyakan maksud Jae-min menyuruhnya bertemu di luar. Tapi Jae-min tak menjawab. Mereka lalu minum bersama. “Ada masalah apa sampai kau terlihat gelisah?” kata kakak Jae-min. “Masalah dengan Kang in-wook apa berjalan lancar?” tanya Jae-min balik. “Hampir berakhir” kata kakak jae-min sedikit heran. Jae-min menganggug-anggug. “Kalian bicara mengenai investasi. Masalah apa itu?” tanya Jae-min lagi. “Cuma ada teman yang mau menginvestasi” kata kakak Jae-min sedikit takut. “Kak, sebenarnya apa yang kauinginkan?”. “Apa?”. “Kau mau bisnis sirkulasi?”. “Apa yang kau katakan?”. “Makanya aku menikah dengan Young-joo, kau tidak begitu gembira bukan?”. “Kau omong kosong apa?”. “Hubungan Kang In-wook dan Young-joo sejak dulu kau sudah tahu. Kenapa suruh Kang In-wook kembali? Aku benar-benar merasa aneh. Dia kan datang untuk menghadapiku. Tapi apa keuntungan bagimu kalau menghadapi aku?”. Kakak Jae-min tersenyum. “Sebelumnya aku pernah tanya apa kau menyukai Young-joo. Betul tidak? Aku kira begitu. Kemudian aku baru tahu tak sesimpel itu”. Kakak Jae-min tertawa. “Kak, katakan sejujurnya saja. Sebenarnya berapa banyak yang telah kau pakai?”. “Apa?” kata kakak Jae-min kaget. “Pembukuannya sangat sempurna. Apa itu perbuatan Kang In-wook?” kata Jae-min menahan kesal. “Aku sama sekali tak tahu apa yang kaukatakan” kata kakak Jae-min menyangkal. “Puluhan miliyar yang tadinya berencana untuk membeli...sebuah perusahaan moneter. Sekarang semua sudah terbang”. Kakak Jae-min kaget mendengarnya. “Dan berapa miliyar untuk perusahaan menengah kebawah”. “Bukan begitu. Sebenarnya aku takut salah paham, makanya aku tidak mengatakan. Bukan aku sendiri, tapi bekerja sama sengan beberapa teman. Sahamnya masih ada”. “Sudah berubah menjadi kertas bekas” kata Jae-min dingin. Kakak Jae-min jadi tak enak. “Jae-min, bicara tentang bisnis. Tak mungkin setiap kali membuat keputusan 100% tepat. Ayah sendiri tahu hal ini, makanya beliau diam saja” kata kakak Jae-min mencoba menjelaskan. “Bukankah tetap menguntungkanmu? Bisnis sirkulasi pun diberikan kepadamu” lajut kakak Jae-min. “Kalau begitu bisnis sirkualasi berikan kepadamu saja” kata Jae-min. Kakaknya kaget. “Apa?”. “Kita kan saudara” kata Jae-min. Kakak Jae-min tertawa karena itu tidak mungkin. “Aku tidak bercanda! Kau juga tahu aku tidak tertarik pada bisnis. Apalagi hal seperti ini hasil kerjamu akan lebih bagus”. “Kau selalu bilang tidak tertarik pada bisnis. Sebenarnya kau sangat tertarik. Makanya kau bisa menikah dengan Young-joo. Bisnis sirkulasi sekarang sudah menjadi milikmu”. “Betul. Karena itulah sekarang aku hampir gila”. Kakak Jae-min tersenyum senang mendengarnya. “Kenapa? Karena wanita itu? Kau ini! Cinta itu apa? Ada orang demi cinta rela mencampakkan semua. Tapi sekarang kau mau bercerai atau ada rencana lain? Meski begitu, apakah bisnis sirkualsi boleh sembarangan diberikan kepadaku? Apa ayah Young-joo akan diam saja?”. “Aku pikir... kita bisa bekerja sama”. “Bagaimana caranya?”. “Seharusnya kau lebih tahu daripada diriku” kata Jae-min kesal. “Bicara seharian, kau suruh aku menjadi orang jahat” kata kakak Jae-mn sedikit cuek. “Kau harus bantu aku. Tak peduli suruh aku melakukan apa pun boleh”. “Katakan! Kau mau aku membantumu apa?”. “Yang lain tak usah. Bantu aku menghancurkan Kang In-wook! membuat dia tak bisa bangun kembali!”. Kakak Jae-min tersenyum-senyum senang mendengarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar